hati dan paru-paru

7.6K 117 16
                                    

"Sayang, kita jadi kan ke Jepang?"

"Hm? Jadi, mau kapan?"

"Besok!"

"Ya nggak besok juga. Kita siap-siap aja belum."

"Makanya sekarang siap-siap!"

"Tiketnya?"

"Nanti minta cariin Ayah."

"Yaudah, kita siap-siap kalau gitu."

"Hehehe, let's go!"

Aku senang dia tampak excited seperti sekarang. Ia tampaknya sudah menerima apa yang terjadi padanya. Sudah sebulan sejak saat itu, sudah banyak hal yang terjadi diantara kami. Azizi dan aku akhirnya berbicara kepada orangtua kami soal penyakit yang diidap Azizi. Respon mereka sesuai dengan tebakanku. Orang tua Azizi benar-benar menerima apa yang dialami Azizi, orang tuanya berterima kasih kepadaku telah berada di sisinya selama waktu-waktu sulit kemarin. Orang tuaku sama seperti mereka, Ibuku bercerita kalau ia juga mengalami hal yang sama, intinya kita harus tetap mencoba setiap saat.

"Maksudnya Ma?!" Tanyaku.

"Halah, kayak kamu nggak ngerti aja!" Kami semua tertawa mendengarnya, Azizi tampak lebih tenang setelah mendengar candaan yang dikeluarkan Mamaku.

"Nanti kita coba terus ya sayang?" Ucapku pada Azizi.

"Bukannya udah dicoba terus?" Balasnya.

"Heh?!"

Kini ia sudah menerima apa yang terjadi padanya. Aku bahagia ia telah melewati masa-masa tersulit dalam hidupnya, mungkin juga salah satu masa tersulit dalam hubungan kami. Suatu waktu dia sempat memintaku untuk mengakhiri hubungan kami, ia merasa tidak pantas untuk menjadi pasanganku. Tentu aku menolaknya, hanya karena masalah seperti ini aku harus kehilangan lagi perempuan yang sangat aku cintai. Aku tidak mau itu, aku bahkan berjanji padanya kalau dia tetap memaksaku untuk meninggalkan dirinya, maka aku akan melakukan sebaliknya.

"Ih, nggak usah banyak-banyak bawa baju. Nanti kita kan beli disana!"

"Nggak deh, aku nggak mau belanja disana."

"Nggak, pokoknya aku nggak mau kamu bawa barang sebanyak itu. Nanti aja kita isi kopernya pas pulang dari sana."

"Yaudah, iya-iya. Tapi aku maunya yang mahal-mahal belanjaannya." Candaku.

"Aku beliin sekalian tokonya deh!" Balas Azizi.

Kami berangkat keesokan harinya. Tentu, kehebohan terjadi di kosan ini. Kami tidak bercerita apapun soal rencana kami, tahu-tahu kami sudah mau berangkat ke bandara pagi itu.

"Honeymoon ceritanya?" Tanya Freya.

"Hehe, sepertinya gitu." Balasku.

"Aaargghh!! Gue mau cari pacar sekarang juga!" Ucap Chika frustrasi.

"Elo sih kebanyakan milih Chik. Kemarin ada yang mau sama lo, eh malah ditolak!" Ashel membalas ucapan Chika.

"Males, alay anaknya. Apa-apa kudu masuk story Instagram, dikata gue konten apa?!"

"Hahaha! Udah ya guys, see you next week!" Aku dan Azizi mengucapkan selamat tinggal pada mereka. Kami menggunakan taksi online untuk menuju ke bandara, Ashel sempat menawarkan diri untuk mengantar kami. Tapi Azizi menolaknya, ia tak mau merepotkan dirinya yang sedang sakit.

Segala tetek bengek yang berhubungan dengan administrasi kami saat pergi dan selama berada disana sudah diurus oleh Azizi, sehingga aku hanya perlu membawa tubuhku masuk ke pesawat. Azizi itu unik, manja tapi disaat yang bersamaan sangat bisa diandalkan. Selama di bandara aku hanya mengekor padanya yang berjalan kesana kemari mengurus administrasi kami. Aku senang menjadi kekasihnya, ia benar-benar melengkapi diriku yang tidak tahu menahu soal hal-hal seperti ini.

wanita itu jatuh cinta pada seekor kudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang