ribuan memori

10.3K 118 24
                                    

"Oohhh!! Dimass!! Aaahhhh kkyyaaaahhh!!!"

"Marshaaa ouhhhhh!!"

1, 2, 3, 4, 5. Apa itu? Itu merupakan jumlah tembakkan yang aku lepaskan di liang vaginanya. Marsha terduduk lemas di dengan tubuhnya menyandar di dadaku. Kupeluk tubuhnya, nafasnya masih tak beraturan. Setelah beberapa saat, nafasnya mulai kembali normal. Saat itulah dia mengangkat kepalanya dan menatapku.

"Kenapa Sha?"

"Nggak apa-apa, hehehe." Tawanya. Ada 2 gigi taringnya menyembul tiap kali dia tertawa. Ia kembali menidurkan kepalanya di dadaku.

"Sha."

"Hmm?"

"Kenapa kamu mau diajak main lagi?"

"Hmm, karena kamu udah bukan punya Azizi kan?"

"Jadi kalau aku masih punya Azizi kamu nggak mau?"

"Nggak lah. Itu namanya kamu selingkuh. Aku nggak mau jadi pelakor, sayang."

Sekarang aku dan Marsha semakin dekat, aku merasa bahagia ketika di dekatnya. Perasaan bahagia ini berbeda dengan yang dulu. Mungkin karena Marsha tipe orang yang berbeda dengan Azizi. Marsha tidak banyak menuntut, dan dia seseorang yang mau menurunkan ego nya.

"Dimas."

"Kenapa Sha?"

"Cari makan yuk! Aku belum makan dari siang." Ajak Marsha.

"Yuk, mau makan apa?"

"Aku pengen sate, ke sate langganan ku yuk!"

"Dimana?"

"Deket sinii! Eh, anak tukang sate nya cantik banget loh!" Sebuah informasi yang sebenarnya tidak terlalu penting. Karena untuk sekarang, Marsha adalah wanita tercantik saat ini.

"Hahaha! Kalau cantik, terus kenapa?"

"Yaa, siapa tau kamu mau sama dia kan?"

"Kenapa aku nyari yang jauh, kalau di depan mataku udah ada?" Ucapku sambil mencubit pipinya. Marsha benar-benar seseorang yang ekspresif. Ketika ia tersipu malu, ia akan menunjukkannya dengan memukul-mukul dadaku.

"Sekarang kan?" Tanyaku.

"Besok Dim, ya sekarang lah!"

"Pakai baju dulu kalau gitu."

Kami bersiap-siap untuk makan diluar. Marsha mengenakan hoodie oversize yang menutupi hingga pahanya. Dia mengenakan celana, hanya saja celana itu takkan terlihat karena ditutupi oleh hoodie yang ia kenakan. Dibalik hoodie itu, dia tidak menggunakan apa-apa. Aku juga hanya mengenakan hoodie, dengan celana training menutup kelamin ku.

"Kamu yakin nggak pakai apa-apa?" Tanyaku.

"Yakin, toh punyaku kan kecil. Hihihi!"

Kami berjalan menuju tukang sate langganannya. Tempatnya tidak terlalu jauh, hanya lima menit dari kos-kosannya. Tempatnya hanya tenda sederhana, namun cukup ramai. Kami sempat kesulitan untuk mencari tempat duduk yang kosong. Untung saja kami dapat.

"Nah, disini sate kambingnya enak tau!"

"Pokoknya aku percaya sama kamu deh, Sha."

"Hai Marsha, ih tumben bawa cowok!" Sebuah suara yang begitu familiar berbicara dengan Marsha.

"Hehehe! Dim, ini nih yang aku bilang! Namanya On–" belum selesai Marsha berbicara, wanita itu sudah langsung mengenali diriku.

"Lah?! Dimas?!"

"Oniel?! Lo ngapain disini?!"

"Ini punya bokap gue!"

"Loh, kalian udah kenal?!" Tanya Marsha.

wanita itu jatuh cinta pada seekor kudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang