film favorit

10.4K 108 7
                                    

Suara gemericik air dari kamar mandi membangunkan diriku pagi ini. Kulihat jam menunjukkan pukul 9. Masih pagi, pikirku. Aku duduk di pinggir kasur, otakku masih melakukan booting. Harus melakukan apa aku hari ini selain kuliah jam 10 nanti? Sepertinya aku tidak ada kegiatan lain. Mungkin mengerjakan tugas? Tapi dosen-dosenku sedang berbaik hati dengan tidak memberikan kami tugas minggu ini dan minggu depan.

"Sayang." Aku menoleh menuju suara itu, Azizi keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang membalut tubuhnya. Ia menghampiriku dan ikut duduk di sebelahku sambil mengusap-usap rambut panjangnya yang masih basah dengan handuk.

"Temenin aku potong rambut yuk?"

"Sekarang?"

"Abis kamu kelas lah."

"Oke." Aku mencium pipinya yang masih basah. Kini aku lebih sering tidur di kamarnya daripada di kamarku sendiri. Tentu kalian tahu apa yang aku lakukan di kamarnya, disini entah mengapa suasananya lebih nyaman daripada di kamarku sendiri.

"Mandi gih, ntar kamu telat loh." Ucapnya sambil memilih-milih baju. Ia melepas balutan handuknya, membuat seluruh tubuh bagian belakangnya kini terlihat. Bokongnya yang begitu berisi membuat penisku berdiri sekarang, padahal semalam aku sudah menghajar bokongnya berkali-kali.

"Hnggg... Dimas, jangan mulai deh." Kupeluk tubuhnya dari belakang, kuciumi lehernya sambil mengusap-usap payudaranya.

"Sekali deh."

"Nggak, nanti malem aja lagi."

"Hmm, yaudah." Aku menarik pelukanku dari tubuhnya, tanpa sengaja aku melihat pergelangan tangan kirinya. Masih penuh dengan luka suntikan.

"Belom ilang juga ya?" Tanyaku seraya kuelus bagian tangan yang penuh luka itu.

"Bakal lama ilangnya sayang, jelek ya?"

"Jelek, soalnya bukan aku yang bikin luka."

"Oh jadi kalau kamu yang bikin, bagus?"

"Nggak juga sih, namanya luka ya pasti jelek."

"Ini tuh jadi pengingat buat aku, kalau aku pernah bikin kesalahan fatal. Tiap aku liat luka ini entah kenapa emosiku meluap lagi, kayak pengen marah sama diri aku sendiri." Balasnya, aku jarang melihatnya seperti ini. Kupeluk lagi tubuhnya, ku sandarkan dagu ku di bahunya.

"Jangan kayak gitu lagi, ya?"

"Iya sayang." Ia mengecup bibirku pelan, ku balas lebih dari sekedar kecupan. Sebuah cumbuan kuberikan kepadanya, lidah kami saling mengait disana. Hanya sebentar, tapi mampu menaikkan birahiku dengan cepat. Azizi tahu sepertinya aku semakin bernafsu, ia menarik bibirnya dari bibirku.

"Udah sana mandi, nanti telat."

Aku bergegas kembali ke kamarku, namun saat lewat meja makan kulihat Adel sedang makan. Kudekati meja makan untuk melihat apa saja lauk yang Kak Indah masak pagi ini, semur ayam dan sayur asem. Sepertinya aku makan dulu sebelum mandi.

"Eh, Dim. Lo abis berantem apa sih sama Azizi? Kayaknya heboh banget ya?" Tanya Adel saat aku sedang mengambil lauk.

"Lah, lo belom tau?"

"Belom, sebulan kemarin gue sibuk banget. Nggak sempet ngepoin kalian."

"Oh, ya udah nggak usah tau aja Del."

"Idihh, gue kepo Dim. Gue nanya Azizi juga nggak dijawab, nanya Ashel sama Kak Indah sama aja, Freya nggak usah diharapkan lah."

"Hahaha, tanya anak itu aja deh." Aku menunjuk Azizi, dia baru keluar dari kamarnya. Ia menghampiri kami dan ikut duduk di meja makan.

wanita itu jatuh cinta pada seekor kudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang