1. Awal Kepindahan
Langit nampak mendung, warna kelabunya memenuhi langit sampai nampak begitu mendung. Pagi hari, namun nampak seperti petang yang sedikit lagi akan malam. Nampak seorang gadis dengan penutup kepala merah berjalan di belakang seorang perempuan yang nampak lebih dewasa darinya. Keduanya berjalan menyusuri koridor di sebuah sekolah. Si gadis dengan penutup kepala itu, tidak mengatakan apa-apa dan hanya melihat ke kiri kanan. Keduanya masih berjalan menyusuri koridor, lalu masuk ke sebuah ruangan bertuliskan “XI B”. Kini, si gadis dengan penutup kepala itu berdiri berdampingan di sebelah wanita yang sedari tadi ia ikuti di hadapan sebuah kelas dengan murid yang yang menatap keduanya lurus. Tidak lama, sang wanita di sebelah nya mulai bicara.
“Selamat pagi, semuanya! Sebelum kita memulai pelajaran, ibu ingin memperkenalkan calon teman baru kalian. Silakan, Die!” Ucap sang wanita mempersilakan si gadis dengan penutup kepala merah itu.
“Selamat pagi, semuanya! Perkenalkan, saya Diena Rattenzuko. D-I-E-N-A. Kalian bisa memanggil saya, ‘Day’!” Ucap gadis dengan penutup kepala itu.
“Kau nampak sepeti karakter dongeng ‘gadis berkerudung merah dan serigala’!” Ucap seorang anak laki-laki pada Diena diiringi tawa kecil seuruh anak di kelas itu.
“Diena ini siswa dari program homeschooling sekolah kita dan sekarang pindah ke program reguler. Mengenai jubah penutup kepala, itu adalah permintaan langsung dari keluarga Diena. Jadi, ibu harap kalian bisa mengerti!” Ucap sang guru menjelaskan.
“Kenapa harus mengenakan penutup kepala? Buruk rupa?” Teriak seorang murid yang kemudian diikuti tawa oleh semua murid di kelas itu.
“Nona Elison!” Tegur sang guru.
Diena perlahan membuka penutup kepalanya dan menampakkan wajah mulusnya dengan penutup mata kanan berwarna putih. Wajah Diena yang mulus itu nampak tegas dengan potongan rambut pendek sepundak dan poni yang membelah tengah dahi sempitnya. Diena menatap lurus teman-temannya yang menatap terkejut ke arah dirinya. Semua murid di kelas itu menatap lurus pada Diena dan hanya melihat mata Diena yang bermata ungu itu.
“Purple Eyes, temannya Edward bersaudara rupanya.” Ledek seorang murid bermata hijau sembari melirik dua orang murid kembar bermata ungu yang duduk berdampingan di salah satu pojok kelas.
“Pinkan Elison, jaga ucapanmu!” Ucap sang guru dan dihiraukan oleh Pinkan.
“Maaf, apakah mata kananmu baik-baik saja?” Tanya seorang murid bermata biru.
“Maaf jika saya membuat teman-teman tidak nyaman dengan keadaan saya! Mata kanan saya mengalami kebutaan permanen setelah kecelakaan yang saya alami 2 tahun lalu, tapi sekarang semuanya sudah baik-baik saja.” Jelas Diena dengan sopan.
“Ibu harap kalian bisa berteman baik dengan Diena.” Ucap lembut sang guru. “Baiklah, Die, silakan duduk di bangku kosong tepat di sebelah Brietta dan Cecillia!” Mempersilakan Diena.
Diena mengenakan kembali penutup kepalanya dan langsung duduk di kursi kosong yang ditunjuk oleh sang guru. Semua orang menatap Diena dengan jubah merah itu. Atau mungkin yang sebenarnya mereka lihat adalah warna mata Diena.
“Hai, perkenalkan aku Brietta Muzzle, salam kenal, ya.” Bisik Brietta berkenalan pada Diena dan hanya dibalas senyuman oleh Diena.
“Aku Cecillia Hanazono, salam kenal juga.” Ucap Cecil setelahnya dan juga hanya dibalas senyuman oleh Diena.
Hari pertama Diena masuk sekolah tidak berarti dia diberikan kerenggangan untuk berkenalan dengan tempat baru, pelajaran langsung dimulai setelah perkenalan itu. Semua orang menatap sang guru kala menjelaskan materi pelajaran saat itu, namun di tengah kesibukan semua orang di kelas saat itu, ada seseorang yang menatap ke arah Diena sesekali. Diena, di tengah kesibukannya, ia melirik sedikit ke kiri kanan dan menyadari ada beberapa orang yang menatapnya penuh rasa ingin tahu.
Diena yang menyadari dirinya tengah di tatap oleh orang lain kemudian bergumam perlahan, “Got you!” Bibir Diena terangkat setapak, ada kesenangan yang dirasakan Diena setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Of Eyes (Selesai)
FantasyKala dunia menentukan kasta berdasarkan warna mata, sungguh menyedihkan kehidupan Diena. Takdir buruk seakan sengaja digariskan pada Diena hanya karena warna matanya. Cerita Pendek Selesai