CHAPTER 5 - NAOMI TRAUMA LAGI?

28 6 0
                                    

Jessika baru sadar, ada luka sayatan di lengan kanan Naomi. Begitu juga dengan Naomi, sayatan itu terasa saat dia di lantai 1. Jessika segera mengambil kotak P3K di dapur. Naomi cukup tenang dengan merasakan sedikit perih luka di lengannya.

Jessika duduk di samping Naomi, membersihkan darah yang mengalir dari luka sayatan itu,
"Kamu abis ngapain tadi, Naomi?" Tanya Jessika sambil mengusap lengan Naomi.

"Aku liat sosok wanita tua diatasku, kak. Dia melayang, ngikutin aku sampai aku jatuh. Dan luka ini, aku yakin ini bukan luka jatuh tadi, kak." Jelas Naomi, dengan nada resah.

Jessika tidak percaya, namun tidak mau membuat Naomi sakit hati, mencoba menenangkan,
"Naomi?, kamu tau kan dulu kamu pernah hampir depresi?, mungkin halusinasi kamu kambuh lagi, makanya ----,"

Belum selesai berbicara, Naomi yang sedikit kecewa dengan respon si kakak, menyanggah,
"Makanya aku kayak orang gila??!!, iya??!!, aku gak mimpi, aku gak halusinasi, kak!!!,"

Spontan, Jessika memeluk Naomi. Meminta maaf jika ucapan tadi menyakiti hatinya. Tapi, Jessika masih tidak percaya dengan penjelasan Naomi. Mengelus-elus pundak Naomi,
"Tenang. Kakak gak bermaksud seperti itu. Kakak cuman gak mau kalau kamu kayak dulu lagi."

Sedikit lelah, Naomi hanya bisa diam tidak mau berdebat, membenarkan hal yang orang lain gak tau sebenarnya seperti apa. Perlahan pasti sang kakak bakal percaya, entah kapan. Yang pasti, ini bukan halusinasi, cakaran di lengan nya menjadi bukti bahwa kejadian tadi benar-benar ada.

🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️

Hari berganti, Naomi mencoba melupakan kejadian kemarin. Jessika dan Naomi duduk di ruang makan, menikmati sepotong roti dan segelas susu. Naomi sudah siap denhan seragam putih abu-abunya.

Tak lama, Pak Cahya datang dari luar pintu. Ya, kemarin beliau tidak pulang rumah, alasannya ada meeting dadakan di luar kota. Sudah berpakaian rapi, menyapa kedua anaknya yang tengah sarapan.

"Pagi, sayang. Maaf ya kemarin papa gak pulang." Sapa pria bertubuh atletis itu, mencium kening Jessika dan Naomi.

Naomi menganggukkan kepala, masih sedikit terngiang-ngiang. Jessika membalas dengan senyuman,
"Gak papa kok, Pa. Amann."

Pak Cahya duduk,
"Oh iya, papa ada kabar baik buat kita."

Jessika dan Naomi memperhatikan, Pak Cahya menjelaskan,
"Nanti siang, kalian kedatangan ART baru. Sengaja papa gak ngasih tau kalian, dan papa dapet ART ini dari rekan kantor papa. Kinerjanya bagus, masih cukup muda juga."

"Seru tuh, bisa se frekuensi kalo umurnya gak terlalu jauh. Boleh lihat fotonya gak, Pa?" Ujar Jessika.

Pak Cahya memperlihatkam foto calon ART baru itu, wanita cantik berusia 25-28 tahunan, bertubuh ramping dan cukup mungil. Berpenampilan sederhana seperti ART kebanyakan,
"Namanya Kinarsih. Kalian nanti bisa manggilnya mbak asih aja."

PENGHUNI RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang