CHAPTER 10 - MENCARI JAWABAN

23 5 0
                                    

Jessika rebahan di ruang tengah, menatap tv yang sedang menyala. Tontonan berita malam hari adalah tontonan yang dia suka. Serasa hening, hanya ada suara tv.

Sesekali saat iklan, ia mengganti channel tv ke beberapa saluran. Jam menunjukkan jam 11 malam, entah kenapa ia tidak bisa tidur.

Hari ini padahal dia capek, berkeliling dengan Alfa. Yang semestinya membuat dirinya mudah tidur.

Suara gemuruh di dapur menganggu konsentrasi Jessika, seperti ada orang yang sedang memasak. Tapi siapa? Hanya ada dirinya dan Mbak Asih, sang Papa belum sembuh total.

Menoleh ke belakang, pandangan kurang jelas karena kondisi rumah gelap. Memastikan kalau itu Mbak Asih,
"Mbak?, Mbak Asih?,"

Suara semakin terdengar jelas, tidak ada jawaban dari dapur.

Jessika berdiri menghampiri, menyalakan lampu ruang tengah. Ternyata memang Mbak Asih. Terdiam menatap air yang mendidih. Mungkin dia ingin merebus mie instan, karena mie instan masih dibungkus ada di samping kirinya Mbak Asih,
"Mbak?,"

 Mungkin dia ingin merebus mie instan, karena mie instan masih dibungkus ada di samping kirinya Mbak Asih,"Mbak?,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih tidak dijawab, Jessika mencolek lengan Mbak Asih, tanpa ada balasan dari Mbak Asih.

Reflek, Mbak Asih mencelupkan kepalanya ke dalam panci berisi air panas, berkali-kali hingga wajahnya memerah melepuh.

Reflek, Mbak Asih mencelupkan kepalanya ke dalam panci berisi air panas, berkali-kali hingga wajahnya memerah melepuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mbak Asihhh!!!!!,"

Bukannya menolong, Jessika sedikit menjauh karena takut. Tindakan Mbak Asih yang dilihat ini diluar dugaannya.

Kringggg..... kringggg.......

Fokus Jessika teralihkan dengan suara telfon di HP nya, mengambil HP di saku kanan. Kaget. Nama yang menelfon dia adalah Mbak Asih. Padahal di hadapannya sudah jelas itu Mbak Asih.

Dengan penuh keraguan dan ketakutan, Jessika putar balik badan mengangkat sambungan telfon nya,
"Halo?,"

"Permisi, Non. Saya belum pulang karena ini masih di luar. Dari tadi nyari beberapa barang kebutuhan dapur masih belum ketemu dan ini masih jalan pulang." Ujar Mbak Asih, nada sedikit cepat.

Tanpa menjawab omongan Mbak Asih, jantung Jessika berdebar kencang. Lantas, yang bersamanya sekarang itu siapa? Pelan-pelan menoleh kembali ke Mbak Asih.

PENGHUNI RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang