CHAPTER 7 - KONDISI TIDAK KARUAN

21 6 0
                                    

Kejadian kemarin sangat diluar nalar dan mendadak. Pak Cahya tidak ikut pemakaman, sedangkan sekarang hanya ada Jessika, Alfa dan Mbak Asih. Tatapan sayu menatap makam sang adik, Alfa sebagai pacar hanya bisa menenangkan disamping Jessika.

"Kamu pasti kuat, yang sabar ya sayang." Ujar Alfa, mengelus badan Jessika yang hanya terdiam.

Hening.

"Non, Mbak balik dulu ya ke rumah." Pamit Mbak Asih menghampiri Jessika.

Jessika menganggukkan kepala, menatap Mbak Asih,
"Iya mbak, makasih ya."

"Iya, Non."

Mbak Asih pergi meninggalkan Jessika dan Alfa. Tapi, beberapa langkah setelah berpamitan, Mbak Asih membalikkan badan menatap Alfa. Alfa pun juga sadar jika dilihat Mbak Asih, menatap balik. Seperti ada maksud tersendiri. Tatapan tajam.

Jessika menoleh ke Alfa, menyadari si pacar butuh pelukan lebih erat untuk menguatkan.

Alfa kembali fokus ke Jessika, dan Mbak Asih melanjutkan perjalanan pulang.

🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️

Di daerah tempat tinggal Pak Cahya sekarang memang tidak banyak warga dan jarak dari rumah ke rumah cukup jauh. Maka dari itu, Jessika memutuskan untuk mentiadakan acara tahlil / doa bersama.

Suasana sore hari mendung, Mbak Asih bersih-bersih piring kotor di dapur sendirian. Jessika dan Alfa melanjutkan ke rumah sakit untuk menjenguk Pak Cahya.

Mbak Asih menyalakan lampu, namun tidak bisa. Entah konsleting listrik atau rusak, ya mungkin konsleting listrik, pikir Mbak Asih.

Wanita bermuka polos ini mengambil dan menyalakan lilin, meletakkan di setiap ruangan. Terakhir, dia kembali ke dapur. Mencuci piring.

GUBRAKKKKK.........

Kaget. Mbak Asih mengecek di sekelilingnya, tidak ada siapa-siapa. Mungkin hanya gedoran pintu atau apa, karena angin sore ini cukup kencang.

"Ihihihihi.......,"

Terdengar suara wanita tertawa kecil dari kejauhan, entah Mbak Asih tidak tau. Suara itu muncul kedua kalinya. Kali ini cukup dekat, di ruang makan.

 Kali ini cukup dekat, di ruang makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengecek di ruang makan, gelap. Suara itu mendadak hilang.

PRAKKK.... PRAKKK.... PRAKKKK.....

Mbak Asih tau itu suara gedoran dari rak lemari atas kulkas. Ukurannya cukup besar, dan ia melihat jelas pintu rak seperti ada yang menggerakkan.

Jelas ketakutan dan dibuat merinding. Namun, ia penasaran. Berjalan mendekat, dan di bukaaaa.........

Tidak ada apa-apa. Hanya ada bumbu dapur saja, tidak ada yang aneh.

Bernafas lega, Mbak Asih menoleh ke belakang, dan ternyata ..........

Sosok berrambut panjang melipat badannya menghadap Mbak Asih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sosok berrambut panjang melipat badannya menghadap Mbak Asih. Mulut terbuka lebar dan kedua bola matanya berwarna putih semua.

"Aaaaghhhhhh!!!! Aghhhhh!!!!!!," Teriak Mbak Asih, berlari sekencang mungkin.

Hantu wanita tua itu berjalan mengikuti Mbak Asih, bukan jalan biasa, namun kayang seperti posisi awal tadi. Sesampainya di pintu rumah, tidak bisa terbuka. Menggedor berkali-kali dengan rasa panik pun tidak ada yang tahu, Mbak Asih gak tahu harus berbuat apa.

"Tanggung jawab!!.....," Rintih wanita tua kepada Mbak Asih dengan melotot.

Mbak Asih hanya menggelengkan kepala, tidak paham apa maksud sosok itu.

Tangan wanita tua berusaha menggayuh leher Mbak Asih, seperti ingin mencekiknya. Namun usaha hantu wanita tua gagal karena Jessika dan Alfa datang, membuka pintu,
"Mbak?, kamu ngapain, Mbak?,"

Jessika bingung melihat Mbak Asih duduk ketakutan, padahal tidak ada siapa-siapa selain mereka.

Mbak Asih membuka kedua matanya, ternyata ada Jessika dan Alfa, kemudian berdiri merapikan pakaian sampai rambutnya,
"Ma-maaf, Non..."

"Kamu kenapa, mbak?"

Menggelengkan kepala, ragu untuk menjawab,
"Gak ada, Non. Permisi..." Mbak Asih berjalan cepat kembali ke dapur melanjutkan pekerjaannya.

Jessika tidak mau mengambil pusing menatap Alfa, mengisyaratkan ingin istirahat. Alfa mengantar Jessika ke kamar, berjalan perlahan.

Apa maksud hantu itu? Tidak ada yang tau?

🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️

Di depan kamar, Alfa tersenyum ke Jessika, senyuman penuh arti,
"Kamu pasti bisa ngejalanin ini semua, Sayang. Bisa."

Jessika terharu dengan ucapan Alfa, ia merasa bangga mempunyai pacar seperti Alfa. Tidak menuntut banyak kepadanya, selalu ikut dan nurut apa saja kemauannya, itulah Alfa dan alasan mengapa Jessika masih bertahan.

"Terima kasih ya, Al. Aku gak tau setelah ini aku seperti apa kalo gak ada kamu di samping aku." Jawab Jessika, nafas pelan.

"Udah tugas aku jagain kamu. Pokoknya abis ini jangan sedih-sedih lagi, ya.. aku usahain tiap seminggu tiga kali ke sini nemenin kamu."

Jessika tersenyum senang, menganggukkan kepala,
"Jangan berlebihan seperti itu. Kasihan kamu, bolak-balik dari Jakarta ke Bandung cuman buat nemenin aku."

"Iyakan emang tujuannya itu...," sahut Alfa, memeluk erat Jessika dengan girang. Jessika pun ikut tertawa melihat keras kepalanya Alfa.

Di sisi lain, Mbak Asih mengurungkan niatnya yang ingin mengantarkan segelas susu ke Jessika setelah tahu Jessika sedang bermesraan dengan Alfa.

🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️

PENGHUNI RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang