34 ~ PENGUNTIT 2

497 85 2
                                    

CEEESSS!!

perasaan dingin menyelimuti pikiran dan tubuh Lintang sekarang badannya meringding

Boba segera bangkit dan memposisikan tubuhnya di depan Lintang bersiap menyerang sekaligus melindungi

...

Orang yang berdiri di depan rumah itu akan masuk baru, dia sudah melangkah mendekat ke arah Lintang

Lintang sendiri bisa melihat sesuatu menegang di bawah sana tak tertutupi apapun

MENJIJIKAN!!!

sangking takutnya tubuh Lintang berkeringat dingin

Boba maju dan mengigit kaki orang itu tapi tak berpengaruh karena taring Boba yang masih kecil dan dengan gampangnya Boba di tendang membentur dinding sampai tak bisa bergerak dan hanya bisa meringis kesakitan

Kaing

Kaing

Kaing

"BOBA!!!!"

Lintang bangun dengan sekuat tenaga menuju Boba, tapi kakinya di cekal dengan satu tangan

"LEPASKAN!!!"

Lintang memberontak dan menendang-nendang wajah si pengintit, bukannya sakit saat terkena tendangan si penguntit malah tersenyum dan mencekal kaki satunya hingga mengangkang memperlihatkan semua benda keramat Lintang

Wajah si penguntit tersenyum dan memajukan wajahnya dia ingin mencium selangka lintang sama seperti Tara tadi malam

"TIDAK!!! BERHENTI!! AKU BHKAN TAK MENGENAL MU!!! LEPAS!!"

"Bidadari kau lupa dengan ku? Kita pernah bertemu dulu di desa!"

"siapa?"

"bidadari kau bener-benar lupa?!"

Lintang mengangguk dengan takut

"ini aku Raji ... wahai bidadari ... kau tambah cantik hehe ..."

senyum cerah terbit di wajah Raji saat memperkenalkan dirinya, tapi tidak dengan Lintang, sekuat tenaga Lintang berusaha kabur dengan menendang-nendang lagi tapi sia-sia punggungnya sakit sekrang

"hiks ..." tanpa sadar Lintang menangis, membuat senyum Raji memudar, dengan perlahan dia mendekat ke arah Lintang mengurung Lintang di bawah tubuhnya, tangannya mengusap pipi Lintang yang basah dengan berani Raji menjilat pipi itu sampai mengecup kelopak matanya 

tubuh Lintang ketakutan dia tak bisa bergerak semua kenangan-kenangan mengerikan kembali  menghantuinya 

'TIDAK TIDAK!! AKU TAK MAU INI TERULANG LAGI! KALI INI AKU AKAN MELAWAN!!'

mata Lintang bergerak gelisah melihat sekeliling mencoba melarikan diri dan menemukan daun telinga Raji yang koyak sebelah, dengan semua keberanian yang Lintang kumpulkan agar setidaknya tangangannya mau bergerak

GREP!!

sekuat tenaga Lintang memegang daun telinga Raji hingga memerah dan membuat Raji sedikit menjauh darinya, tak menyia-nyiakan kesempatan Lintang menendang Raji sekuat tenaga sama seperti saat menendang Timin yang menimbulkan suara keras sampai Raji sepenuhnya melepas tubuh Lintang

dengan kesempatan itu Lintang berdiri mengabaikan sakit pada pinggul dan kedua kakinya akibat cengkraman Raji yang sangat kuat, bahkan menimbulkan bekas memerah hampir kebiruan

Lintang berlari ke sudut ruangan mengambil Boba ke gendongannya lalu kabur keluar dari rumah

"bidadari ... kau menendangku?"

Raji berbicara pada dirinya sendiri lalu bangkit berdiri, dia merasakan sesuatu lebih mengeras dari sebelumnya di bawah sana

"haaa haaa haaa kaki bidadari sangat kecil dan indah haa haa hehehehe"

nafas Raji mulai memberat, memlihat kesamping dan menemukan ada kulit beruang yang di pakai Lintang tadi tertinggal, jadi bidadarinya berlari sambil telanjang?

"hehehe betapa cabulnya ..."

...

Lintang berlari sejauh mungkin dari rumah, beberapa kali dia hampir jatuh tersandung akar pepohonan yang besar, hingga Lintang bertemu Tara sedang menarik sebuah batang pohon besar sendirian bagai kuda di kereta tanpa roda

terlihat usaha Tara dari keringat yang bercucuran membasahi seluruh tubuhnya bahkan rambutnya ikut lepek 

"TARAAAA! HIKS! HUAAA!!"

Tara di kejutkan dengan kedatangan Lintang yang begitu tiba-tiba dan lagi di mana kulit beruang coklat yang di berikannya

PLAK!

suara kulit keduanya yang basah karena keringat beradu, dengan sekuat tenaga Lintang memeluk Tara membenamkan wajahnya di dada Tara, tubuhnya bergetar ke takutan

dengan bingung Tara memeluk Lintang dan sesekali mengusap punggungnya, untungnya di sana tidak terlalu panas karena rimbunnya pepohonan

setelah Lintang mulai tenang, di lihatnya wajah Tara yang tersenyum kepadanya, rasa bersalah mulai muncul di hati Lintang baru tadi malam dia bercumbu mesra dengan Tara suaminya itu, dan kemudian dia di sentuh oleh pria lain 

"Tara aku minta maaf pada mu, itu itu i itu bukan salah ku! kau harus percaya padaku!! dia yang menerobos masuk!! dia dia! dia!"

Tara menyentuh wajah Lintang dengan lembut mencoba menenangkannya, di lihatnya ke bawah semua barang milik Lintang terlihat, jadi dengan bahan kulit miliknya yang tersisa, Tara melepas celananya dan mengenakannya pada Lintang yang masih bergetar ketakutan

tak masalah jika dia telanjang

sedikit demi sedikit Lintang mulai tenang tapi pelukannya pada Boba tidak mengendur, dia sedang bingung tidak ada rumah sakit hewan di sini, di tempat yang tidak ada pralatan medis seperti ini bahkan bisa membuat flu ringan menjadi penyakit yang mematikan bagaimana dengan Boba?

Tara dengan sabar duduk di sebelah Lintang dengan sabar dia juga ikut mengelus kepala Boba

"bisa cerita?" dengan lembut Tara bertanya, tadi ketika melihat ke bawah kaki Lintang sudah memerah menjadi ungu, di angkatlah kaki Lintang kepangkuannya di elus dengan lembut menggunakan tangan kasarnya, berharap bisa sedikit menjadi lebih baik

Lintang bersandar di lengan kokoh Tara tak terasa air matanya mulai keluar, tubuhnya kembali bergetar

"a ada seseorang menerobos masuk ke r rumah hiks, Tara ku mohon jangan marah d dia menyentuhku hiks hiks huaaaa!"

Tara bergerak memeluk Lintang seharusnya tadi dia mengajak Lintang 

"mau kelinci?"

"kelinci?"

Tara mengangguk sebagai jawaban, padahal dia tau ada seseorang sedang mengintai tempatnya

"hiks kau tak marah pada ku?"

Tara menggeleng

Lintang pun diam, dia agak terkejut Tara tak marah padanya, dulu dia akan di bersihkan jika terkena hal seperti ini oleh ayah angkatnya, itu sangat menakutkan dan membekas di kepala Lintang


Terjebak di zaman yang berbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang