10.MENJADI MENANTU

141 20 0
                                    

"Gimana? udah lihat kamarnya? apa yang kurang Na? Biar omah bisa lengkapi kekurangannya." tanya omah saat melihat Nana yang turun dari lantai dua.

Nana menyengir sembari mendekat. "Lemari sih omah, karena lemari di atas penuh sama bajunya kak Zidan. mana genap buat baju Nana."

"Besok omah beliin."

Nana tersenyum puas. "Makasih omah."

"Kan sekarang kamu menantu omah jadi sudah kewajiban omah buat kamu senang dan betah."

"Oh ya Na, Mama boleh bicara hal penting sama kamu? kita naik di atas ya," ajak Yunita.

Nana menggangguk dan mengikuti apa yang Yunita perintahkan.

Mereka berdua masuk di kamar Zidan, Yunita duduk di sofa, begitupun Nana. mereka mulai berbicara.

Sepanjang pembicaraan Nana hanya diam dan mendengarkan penjelasan mamanya. "Ga papa kan Na?" tanya Yunita meminta izin Nana.

"Harus mama? Kenapa?"

"Nggak ada lagi yang lain yang omah Dewi bisa utus ke sana."

"Jadi Mama tinggal di sana?"

"Iya Mama tinggal di sana"

"Rumah? siapa yang jaga? tuh kan kalau Nana nggak tinggal di sini nanti bisa tinggal di sana."

"Rumah akan mama sewakan, biar tidak kosong. dan kamu tidak perlu ke sana ini sudah menjadi rumah kamu karena kamu sekarang sudah menjadi istrinya Zidan."

Yah, ada sebuah resto Omah Dewi di Belanda yang kini diujung tanduk. Orang kepercayaan omah Dewi kini berhianat bahkan hampir membuat resto besar itu hancur. Karena sudah menjadi besan, jadi Yunita punya hak untuk mengembangkan resto itu.

***

"ASTAGHFIRULLAHALADZIM NANA BAJUNYA DIPAKAI!" Zidan yang tiba-tiba saja membuka pintu kamar terkejut melihat Nana dengan pakaian mini.

"KAKAK SIH MAIN MASUK AJA," Nana terkejut dan melihat ke arah pintu. Seraya menarik selimut.

"Ngapain disini?" tanya Zidan cepat.

"Ya-ya- tapi kata Oma ini juga kamar Nana kok."

Zidan diam, dia lupa kalau dirinya sudah menikah dengan Nana. Dia sendiri tadi yang mengantar cewek ini ke sini. "A-a- ma-maaf maaf lupa."

"Ini apa? Kok ada tali panjang? Ada gorden panjang juga? Kamar ini lo bagi dua?" tanya Zidan saat melihat semua itu ada di kamarnya secara tiba-tiba.

"Iyah, soalnya kata omah kita harus sekamar. Dan Nana ga mau itu, jadi Nana bagi kamarnya. Nana di sofa, dan kak Zidan tetap di tempat tidur kak Zidan," jelas Nana.

"Gua aja di sofa," balas Zidan.

"Nana aja."

"Gua aja, masa gua biarin lo di sofa sih."

"Okeh, Nana di tempat tidur, deal?" Nana mengulurkan tangan kanannya.

"Deal!"

Detik berikutnya Zidan berjalan ke arah tempat tidur. "Ehh, mau kemana? Tadi katanya mau ke sofa."

"Mau ambil baju, lemarikan disana."

Nana tersenyum. "Lupa!"

"Berarti besok, lemari kak Zidan akan di pindahkan disana. Dan disini lemari Nana," ucap Nana.

Zidan yang sibuk memilih baju kini berbalik melihat Nana. "Oh iya, lo ga punya lemari yah. Terus bajunya mana?" Tanya Zidan.

"Tuh, masih di dalam koper," Nana menunjuk koper besarnya.

Mendadak Merrried [TERBIT]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang