Nana duduk berdampingan dengan Erland di cafe malam ini, mereka semua pergi untuk merayakan ulang tahun Erland disana. Semua makanan mereka, Erland yang tanggung. Tapi, untuk malam ini saja.
"Jadi rumah kamu di sewakan?" tanya Erland.
Nana mengangguk.
"Kamu tinggal sama mereka sekarang?"
"Iyah, karena mama ke Belanda untuk urus resto barunya."
"Ga jadi launching disini?"
"Ga jadi."
"Ohh."
Nana membuat cerita bohong kepada Erland jika dia hanya di titipkan di rumah itu karena, mamanya ke Belanda. Sedangkan kak Vina juga ikut ke sana karena mau membantu mamanya.
Untung saja Nana bisa memikirkan alasan itu secepatnya, karena jika tidak Erland bisa curiga.
"Kapan kamu punya cincin? Waktu bulan lalu ga ada."
Nana melirik cincin nikahnya, dia lupa untuk mencopot cincin itu.
"E-a-i-ni mama yang beliin, hadiah."
"Oh."
Erland terus menatap Nana, seperti dia tahu jika pacarnya itu sedikit mengarang cerita padanya. Tapi dia tetap berpositif thinking pada gadis ini.
Nana terus tersenyum berusaha tidak terlihat gelisah. Karena itu bisa membuat Erland curiga padanya.
"Tadi sore keluar ke mana? Sama siapa?" tanya Erland.
Pertanyaan itu cukup membuat Nana berfikir keras untuk sebuah alasan.
"Kan aku bilang ke resto mama yang lama," balas Nana.
"Oh iya."
Erland tersenyum dan kini menyelipkan rambut Nana yang terlepas di belakang telinga. "Gimana sih liburannya tanpa aku?"
"Ga seru banget, aku jarang keluar. Soalnya mau sama siapa," balas Nana dengan wajah sedihnya.
"Kasihan yah pacar aku. Gimana kalau besok kita keluar jalan?" ajak Erland.
"Mauu," Nana mengangguk mantap.
"Dan oh ya, mama kangen banget katanya sama kamu," ucap Erland tersenyum.
Nana dia buat bahagia, mama Erland memang sangat baik dan begitu penyayang.
"Iyah, aku juga kangen banget sama calon mama mertua," balas Nana.
Erland tertawa. "Iyah, kata mama dia kangen banget sama calon menantu."
***
Malam berikutnya mereka kembali keluar bersama seperti janji Erland. Sepulang sekolah, Nana tidak pulang ke rumah. Dia dan teman teman lainnya langsung ke sebuah tepat untuk mereka nongkrong, sekaligus balapan.
Nana dan Erland duduk berdampingan. Mereka terlihat bercanda gurau. Ada Jihan dan Eri juga disana. Ada juga teman teman perempuan lainnya, yang merupakan pacar pacar anak anak laki laki disini.
"Land balapan lagi yuk, kalau gua menang cewek lo buat gua," ucap salah satu teman Erland.
"Enak aja lo pikir cewek gua apaan," tukas Erland.
"Ga papa sayang," ucap Nana tersenyum.
"GA YAH, GA ADA TARUHAN BALAPAN PAKE KAMU!"
Nana tertawa melihat wajah Erland. "Iya iya," ucap Nana dengan sisa tawanya.
"Gua mau," celetuk Eri.
"ERI, IH KESEL," pekik Jihan tak terima.
Semua tertawa. "Wah parah Jihan, lo ga di sayang."
"Kayak kelas Erland aja ga mau, padahal dia tuh kapan sih kalah balapan. Lah, kamu menangnya jarang, sok mau aku taruhannya," protes Jihan.
"Bercanda sayang kuh," Eri sontak mencubit pipi Jihan gemas.
"Aku kelanjur ngambek," Jihan memalingkan wajahnya.
Mereka tidak ada geng khusus. Tapi mereka banyak teman juga, bahkan punya tempat untuk nongkrong sekaligus balapan. This is colap (cowo balap).
Ting!
Nana melihat notifikasi itu masuk di handphone miliknya, seketika wajahnya berubah saat melihat nama Zidan. Bukan tidak senang, tapi bagaimana jika Erland lihat? Karena sekarang posisi mereka sangat berdekatan.
(Kak Zidan)
Kapan pulang? Udah malam.Nana menatap pesan itu, dan sedikit menjauh dari Erland.
(Anda)
Bentar yah(Kak Zidan)
Udah malam Nana! Lo keluar langsung dari sekolah tadi.(Anda)
Tau kok, tapi kan sama Erland juga. Ga mungkin kenapa kenapa.(Kak Zidan)
Bukan soal Kenapa kenapa,
Tapi udah malam. Omah nanyain."Balas pesan siapa?" tanya Erland saat Nana Kembali.
"Mama," Nana berbohong.
"Kenapa?"
"Dia nanya, aku dimana. Katanya janga terlalu larut pulang." Balas Nana.
"Oh."
Nana Kembali duduk, tak membalas pesan terakhir dari Zidan.
"Jadi mau pulang sekarang?" tambah Erland.
"Nanti aja, kalau Jihan udah mau balik, kita balik juga."
"Iyah," Erland dengan pelan mengelus puncak kepala Nana dengan lembut.
***
KANTIN SMA PELITA
Mereka berempat duduk di kantin. Erland dan Eri terlihat kelelahan setelah berlari 20 putaran di lapangan, entah kesalahan apa yang mereka buat di kelasnya.
Hari ini pelajaran penjas di kelas Nana dan Jihan, jadi mereka menyaksikan pacar mereka menjalankan hukuman itu.
"Kasihan banget pacar aku," ucap Nana merapikan rambut Erland yang terlihat berantakan bahkan penuh dengan keringat.
"Kenapa sih tiba tiba di hukum?" tanya Jihan yang datang membawakan air untuk mereka.
"Si Erland, ngajak gua cerita. Mana tadi guru killer lagi, terpaksa dihukum," balas Eri.
"Malah nyalahin gua, lo kenapa mau?"
"Wijay?" tanya Jihan.
"Ga ketahuan," balas Eri.
"Pada mau makan ga? Biar gua yang pesen," tawar Nana.
Mereka semua mengangguk mantap atas tawaran itu, memang sejak tadi mereka sudah lapar. Apalagi ditambah sudah mendapatkan hukuman.
Gadis dengan baju olahraga dan rambut diikat itu, kini berlari untuk segera memesan makanan untuk mereka berempat.
Dretttt
Kak Zidan
Erland melirik handphone Nana yang dia tinggalkan di meja. Handphone itu bergetar dan menunjuk nama kak Zidan.
Erland kini pura pura tak melihat handphone itu, dia segera fokus ke handphone nya. Sesekali menatap Nana dari kejauhan.
See you next chapter.
Apakah ini awal kehancuran?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Merrried [TERBIT]✔️
أدب المراهقينPART MASIH LENGKAP Hidup Nana gadis kelas 3 SMA yang bernama asli Karina Sri Aruna kini berubah 180° akibat ulah gila dari kavina kakaknya. Dia harus menjalani hidup yang penuh drama yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Hidup yang tak sama sek...