Nana lebih bisa melupakan semuanya sekarang. Bertemu dengan beberapa temannya disini membuatnya melupakan apa yang terjadi.
Mereka berkumpul di sebuah cafe biasa yang mereka datangi. Disana mereja bercanda gurau bersana, sekaligus menghibur Nana yang belakangan ini sedikit sedih atas kepergian omahnya.
***
Sepulang dari sana Nana tidak pulang ke rumah, dia pergi ke rumah Erland, karena mama Erland memanggil dirinya untuk kesana lagi. Katanya, untuk makan malam bersama malam ini.
"Mama, kami pulang," teriak Erland.
Eva berlari keluar untuk membuka kunci pintu. "Ehh anak anak mama udah balik. Ayo makan malam, dimeja sudah siap. Ada papa juga," ucap Eva menggandeng Nana untuk masuk.
"Aku yang anak mama loh, kok aku ga di gandeng?" Protes Erland.
Nana tertawa dan semakin mengeratkan gandengan Eva padanya.
Mereka segera duduk di meja makan. Nana dan Erland duduk berdampingan, sedangkan Eva tepat di seberang Nana, dan papa Erland berada di tengah tengah mereka.
Nana sedikit canggung jika ada om Beni disana, tapi mau bagaimana lagi, tante Eva sangat antusias mengajaknya makan ke rumahnya.
"Kalau mau tambah, tambah aja yah Na. Mama masak banyak," ucap Eva meraih ayah goreng di depannya.
"Iya," balas Nana.
Suasana hening, hanya ada suara detingan piring dan sendok saja. Aura Beni memang se seram itu hingga membuat mereka tak berani untuk berbicara banyak.
Beberapa menit kemudian...
"Papa ke kamar yah ma," ujar Beni Setelah meneguk habis air minum miliknya.
Eva memangguk.
"Tumben cepet pulang si papa ma."
"Ga banyak kerjaan katanya."
"Oh."
"Tambah Nana!" Seru Eva saat melihat piring Nana sudah kosong.
"Udah kenyang ma."
"Makan yang banyak lah."
"Perut Nana meletus ntar."
Nana sangat senang jika datang ke rumah ini. Sikap Eva padanya sungguh membuat Nana nyaman. Kadang Nana sedih jika melihat sikap Eva padanya yang bagaikan anak sendiri, beda dengan Yunita sangat membenci Erland.
"Mau pulang jam berapa?" tanya Erland.
"Jam 9 aja," balas Nana beranjak dari duduknya.
***
21:30
Nana masuk ke dalam rumah, terlihat sangat sepi. Bahkan pak tejo tidak ada di posnya.
"Mba Ijah," teriak Nana.
"Mba?"
Nana mencari Ijah, namun tak kunjung datang. Biasanya hanya sekali panggil, Ijah akan datang menghampiri dirinya.
"Mba Ijah pulang kampung tadi. Papanya sakit, jadi dia harus kembali. Katanya sekitar 5 harian disana. Dia di antar sama pak Tejo," ucap Zidan saat masih berada di tangga.
Semua yang di katakan Zidan sudah komplit, jadi Nana tak ada pertanyaan lagi saat ini.
Nana berjalan ke tangga dan segera menuju kamar. Matanya sudah sangat pekat, dia sungguh sangat mengantuk. Lagipula besok dia sudah akan masuk kembali ke sekolah, jadi dia harus tidur segera agar tidak terlambat bangun.
"Di kulkas ada makanan, kalau lapar ada disana," ucap Zidan saat Nana melalui dirinya.
"Nana kenyang, dari rumah Erland makan."
Zidan diam, seharusnya dia tahu itu. Dia kembali melanjutkan langkah kakinya menuju ke bawah.
***
Suara alarm kini sudah berbunyi, gadis itu masih berada di dalam selimut. Alarm itu sudah kelima kalinya berbunyi, tapi Nana terus saja mematikannya.
Sekali lagi alarm itu kembali berbunyi, Nana melirik handphone miliknya itu melihat kalau sudah pukul setengah 6 pagi. Nana meloncat dari tempat tidur, segera masuk ke kamar mandi dia hanya memiliki waktu 1 jam saja untuk bersiap.
Nana mengeluarkan baju sekolah miliknya dari lemari, ada tas juga dan buku yang harus dia bawa hari ini.
06:00
Semua sudah siap, tinggal sarapan saja yang belum. Nana berfikir bagaimana dia bisa sarapan, mba Ijah tak ada di sini.
Nana keluar kamar setelah meraih tasnya di atas meja. Nana melihat jika Zidan masih saja tertidur di sofa, sepertinya dia tidak akan pergi ke kantor lagi hari ini.
Zidan enak jika mau berlama-lama untuk cuti, karena kantor itu miliknya. Beda dengan Nana yang 3 hari izin saja dia sudah pusing mengejar materi. Lagipula SMA PELITA bukan milik papanya.
Nana berjalan masuk dapur melihat isi meja yang kosong. Nana melirik lemari dapur yang biasanya tak pernah kosong dari makanan.
Nana tersenyum gembira saat lemari itu penuh dengan makanan, mba Ijah pintar karena menyiapkan semua sebelum dia pulang kampung.
Nana meletakkan kembali tasnya, dan kini membuat susu dan sereal untuk dia makan pagi sebelum ke sekolah.
Nana sarapan sendiri saat ini. Tidak seperti biasanya yang akan sarapan bersama. Sungguh perbedaan yang sangat menonjol.
Ting!
(Bby💕)
Aku udah dekatNana kembali merapikan meja makan, menyimpan semua piring kotor bekas makannya di wastafel.
Nana meraih tudung saji di dekat kompor dan segera menutup makanan yang dia buat untuk sarapan Zidan. Nana memang marah, tapi dia bukan iblis yang bisa tega membiarkan Zidan tak sarapan pagi.
Nana merobek secarik kertas dalam bukunya, dan menuliskan beberapa kata disana. Tak lupa menyimpannya di atas meja makan.
***
Disisi lain Zidan terbangun saat mendengar klakson motor berbunyi beberapa kali. Sebenarnya dia tidak tertidur, tapi malas saja untuk bangun dan beraktifitas.
Zidan melihat Nana dan Erland kini sudah berangkat sekolah. "Nana sarapan apa pagi ini?" Batin Zidan.
Zidan turun ke bawah, perutnya juga sudah keroncongan sejak tadi. Dia sebenarnya tidak tahu akan sarapan apa pagi ini, karena tak ada makanan.
Saat melangkahkan kakinya di anak tangga terakhir, tiba tiba sebuah kertas kecil datang padanya. Entah dari mana.
Zidan memungut kertas itu dan mulai membaca beberapa kata yang tertulis disana. "Ada sereal dan roti bakar di meja makan. Ada susu juga, Nana yang buat," ucap Zidan membaca isi kertas kecil itu.
See you next chapter 💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Merrried [TERBIT]✔️
Novela JuvenilPART MASIH LENGKAP Hidup Nana gadis kelas 3 SMA yang bernama asli Karina Sri Aruna kini berubah 180° akibat ulah gila dari kavina kakaknya. Dia harus menjalani hidup yang penuh drama yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Hidup yang tak sama sek...