29. KEMBALINYA MUSUH LAMA

100 5 0
                                    

Seminggu kemudian...

Malam ini Nana hanya duduk di kasur, dia hanya menatap kosong ke depan, ada yang sedang dia pikiran di kepalanya. , "Kok ga hamil yah? Tapi bagus sih kalau ga hamil. Tapi aku telat, duhh gimana nih," monolog Nana.

Sekarang pukul 17:00 sore, dan mungkin sebentar lagi Zidan pulang dari kantor.

Kiekkkkkk

Betul saja, orang yang di omongin sudah datang. Zidan melihat Nana di kasur seperti sedang memikirkan sesuatu. Zidan segera mengganti pakaiannya. Selama kejadian itu, mereka belum pernah seranjang, jadi masih tetap di area masing masing.

Zidan mendekati Nana. "Lagi mikirin apa?" tanyanya.

"Ga papa," balasnya.

Zidan duduk di kasur. "Boleh ga duduk disini?"

"Duduk aja, kenapa ga boleh? Ini kasur kak Zidan."

"Disini belum ada anak aku?" tanya Zidan tiba tiba memegang perut Nana.

Nana menunduk menatap perutnya. "Apaan sih, ga ada," tukas Nana.

"Yah, kirain udah ada."

"Ga mungkin, kita lakuin cuma sekali."

"Ga ada yang ga mungkin."

"Yakin banget sih."

Detik berikutnya Zidan berbaring di pangkuan Nana. "Kalau udah mau makan malam, bangunin!"

Rasanya Nana tak berani menolak, dia hanya diam dan membuat posisi nyaman. "Hmm."

"Ikhlaskan pahanya?"

"Hmm."

"Kok hm  doang?"

"Iyah."

"Janji deh, ini malam aja."

***

Di kantin Jihan dan Nana lagi menunggu para pacar mereka. Namanya juga beda kelas, jadi begini deh.

"Han, emang bisa seseorang suka dengan dua orang bersamaan? Cinta setelah cinta?"
Nana menatap kosong ke depan, tanpa melirik Jihan di dekatnya.

"Emangnya siapa kayak gitu?" tanya Jihan.

"Yah nanya aja."

Jihan tersenyum tipis Kembali melihat layar handphone miliknya. "Gua bukan teman baru lo, yang kenal baru sebulanan. Lo lagi bicarain diri lo kan?" tebak Jihan.

"Gua juga ga tahu sih gua sebenarnya kenapa. Kok bisa kayak gini. Gua ga mau kehilangan dua duanya," jelas Nana.

"Ga bisa gitu Na, lo harus milih dari mereka. Kalau lo mau sama Erland, berati setelah 3 bulan, lo harus lepas kak Zidan. Tapi kalau lo mau tetap sama kak Zidan, Lo harus putusin Erland dari sekarang."

"Tapi gua sayang sama Erland."

"Yaudah berarti harus pisah sama Zidan."

"Tapi, gua juga ga sanggup. Kek ada rasa yang ga biasa gitu yang gua rasain kalau sama Kak Zidan."

"Yaudah putusin Erland. Biar gimana pun lo ga bisa hidup seperti ini terus Nana."

Nana diam masih terus menatap kosong ke depan, dia juga tak tahu apakah yang terjadi pada dirinya. Disisi lain ada Pacarnya, sedangkan di sisi lain ada Zidan yang juga nyaman menurutnya.

"Hai sayang," sapa Erland yang tiba-tiba saja merangkul Nana dari arah belakang, seraya mengecup ubun ubun Nana.

"Lama banget datangnya."

"Tadi abis ke perpustakaan dulu bawa buku," balas Erland.

"Loh, Eri mana?" tanya Jihan melihat arah Erland datang.

"Loh, ga ke sini bareng Wijay?"

"Ga ada, dari tadi gua berdua aja sama Nana tau."

4 orang cowok kini berlari ke arah mereka, terlihat seperti ada sesuatu yang sangat gawat dan darurat.

"Berita hot," ucap Eri segera duduk diikuti keempat cowok di belakangnya.

"Apa?"

"Remon balik!"

"Hah?" Nana tak percaya dengan perkataan itu.

"Lo serius?" tanya Nana lagi.

"Kok lo tahu?" Erland menatap Eri dengan sangat penasaran.

"Gio, ceritain!"

"Kemarin, gua lagi di mall sama adek gua. Tiba tiba gua di serang sama beberap orang, dan itu Remon," jelas Gio.

"Lo lebam gini gara gara dia?" Erland memegangi pipi kanan Gio yang terlihat luka.

Gio mengangguk kecil.

"Lalu?"

"Dia nanyain Lo sama Eri. Katanya, dia mau ngulang pertandingan 2 tahun lalu."

"Lalu Lo jawab apa?"

"Gua diam, ga jawab apa apa."

"Ga ada yang boleh ladenin dia!" Tegas Nana menatap mereka semua.

"Tapi Na, ini masalah harga diri. Mereka bakal bilang kalau kita pengecut dan ga-"

"Biarin! Lo ga ingat kejadian 2 tahun lalu?" ucap Nana lagi.

"Semua akan baik baik aja," tambah Erland.

Nama berbalik menatap pacarnya itu, yang merupakan salah satu korban Remon dulu. "Pokoknya aku bilag nggak Erland. Ga ada yang boleh terima tantangannya!"

"Gua setuju sama Nana," tambah Jihan.

"Tapi kali ini kita akan hati hati, biar kejadian dulu ga keulang."

"Aku bilang nggak Erland, pokoknya T I T I K."

Nana beranjak dari duduknya meninggalkan mereka.

"Sayang, tunggu dulu sih," Erland berlarian menghampiri Nana yang kini sudah menjauh dari kantin.

"Apa sih?"

"Ga akan terjadi apa apa nanti," ucap Erland meyakinkan.

"Kamu ga tahu apa yang aku rasain waktu itu. Aku pikir kamu ga akan balik lagi, aku ga akan lihat kamu lagi."

Mata Nana mulai terlihat berkaca kaca, air matanya sudah membendung. Tinggal menunggu saya untuk terjatuh.

"Tapi mereka akan ngecap aku kalau aku takut sama dia."

Air mata Nana kini sudah menetes membuat sebuah garis di pipinya. "Pokoknya aku ga mau kamu temuin dia. Kalau tidak kita-"

Nana berhenti seraya menghapus air matanya.

"Kita apa?"

"Terserah deh, aku cape."

Nana berbalik badan hendak pergi, namun tiba tiba saja pandangannya kabur, semua terasa berputar bagi Nana. Nana memegangi perutnya yang terasa sakit, kepalanya yang terasa sakit.

Bug...

Nana terjatuh di lantai, tubuhnya terasa lemas. Penglihatannya buram dan berputar. Benda sekelilingnya seperti menyatu.

Erland yang tak jauh dari dana, berlari menghampiri Nana. "Sayang?"

Tanpa berlama-lama, melihat nan yang terlihat pucat fna lemas, dia segera mengangkat Nana dan membawannya ke UKS.

"Sayang, bangun."








See you next chapter
Jangan lupa niggalin jejak yaww aku sayang kalian.

Mendadak Merrried [TERBIT]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang