Bab 6

417 83 10
                                    

Radit menarik napas panjang dan dalam saat hawa dingin—entah dari AC lobi atau memang hawa subuh—menyapa tubuhnya yang terbalut rapat hoodie berwarna hitam. Dimasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodie sambil menguap lebar dengan mata yang masih meminta untuk diistirahatkan. Ia melirik jam besar bulat yang berada di ruang lobi StarNet Television. Masih jam setengah lima pagi dan ia sudah standby untuk mengikuti syuting perdana reality shownya.

Sekali lagi ditariknya napas panjang dan dalam, mengistirahatkan punggungnya dengan lebih nyaman sembari perlahan memejamkan mata. Radit tidak peduli betapa ramainya para kru yang tengah bersiap di lobi saat ini. Ia hanya berpikir, kalau ia tidak mencari celah untuk tidur sebentar, bisa-bisa ia malah tertidur pulas selama syuting berlangsung nanti. One mississippi ... two mississippi ... and ...

"Kopi," ucap sebuah suara yang langsung membuat matanya kembali terbuka. Bagas berdiri di samping kursi sambil menyodorkan paper cup berisi kopi hitam untuknya.

Radit meraihnya dengan enggan. "Thanks, Bang."

Bagas tak menyahut. Dia hanya ikut duduk di kursi kosong yang ada di sampingnya. Diseruputnya perlahan kopinya sementara Bagas tampak fokus membaca—entah sudah keberapa kalinya—itinerary yang ia buat sejak dua minggu lalu. Manajernya ini jelas punya trust issue terhadap kemampuannya merancang sebuah perjalanan.

"Lo nggak bisa tidur semalem?" tanya Bagas tanpa menengok ke arahnya.

Radit mengembuskan napas. "Hm," jawabnya singkat.

"Kepikiran hari ini? Nervous?" tanya Bagas lagi.

"Hm," jawabnya berbohong.

Betul memang Radit kurang tidur, tapi bukan karena perasaan gugup syuting reality show perdananya ini. Lagipula kalaupun ia memang merasa gugup, baginya itu hal yang biasa. Ia selalu merasa gugup di syuting perdana apapun, baik itu film, sinetron ataupun reality show seperti kali ini. Alasan yang sebenarnya adalah karena Keyra dan Gea. Radit seketika menghela napas saat sekelebat bayangan keintimannya dengan Keyra juga lekuk tubuh Gea semalam kembali hadir tanpa ia minta. Gosh! Their amazing sexy body drives me crazy for sure!

"Lo bakal baik-baik aja. Anggep aja lagi syuting kayak biasanya."

Ucapan Bagas membuat Radit menengok sebentar. Namun, bukan berarti menghentikan aktifitas otak dewasanya yang tiba-tiba berproduksi tidak pada tempatnya ini. Hell yes, bagaimanapun juga Radit adalah pria normal dengan hormon testosteron yang pasti akan bereaksi berlebihan bila dihadapkan pada sosok wanita cantik dan seksi. Sekalipun itu hanya berupa memori semalam tadi.

"Anggep aja proyek ini healing while working."

"..."

Suara Bagas makin terdengar jauh seiring dengan otaknya yang semakin jauh mengingat tiap momennya bersama Keyra. Bagaimana tubuh itu terasa begitu rapat menekannya. Bibir lembut dan juga lidah yang begitu memabukkan, lalu ...

"Lakuin apapun yang lo mau. Asal masih sesuai sama image lo. Lo bebas ngomong apapun. Asal juga masih sesuai sama image lo."

Gosh, they're just amazing ...

"Paham kan, Dit."

Kali ini otaknya berganti membayangkan Gea. Sejak pertama melihat wanita itu, Radit sudah bisa melihat potensi dibalik blouse hitam dan juga rok spandek berwarna senada tersebut. Namun, kemaren malam, Gea seperti memberikannya kesempatan untuk memvalidasi secara langsung apa yang ia bayangkan sebelumnya. Wanita itu ... Gosh! Her body, her bare face, slender neck ... Oh God, she's truly a hidden gem!

The Unwanted PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang