Bab 8

335 60 5
                                    

Gea mengerjap sambil berusaha mengumpulkan nyawanya yang—kelihatannya—masih terserak di alam mimpi. Ia terduduk di atas kasur dengan ekspresi bingung, rambut berantakan juga mata yang sebenarnya sedang dipaksa untuk terjaga. Ia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Pagi-pagi terima telepon dari Raditya Saguna? Gila. Nggak masuk akal. Kalau memang dirinya tadi sedang bermimpi, mimpinya kali ini kelewat absurd dan sangat random.

Namun sayangnya, yang baru saja terjadi bukanlah mimpi. Raditya Saguna memang benar-benar menghubunginya, berbicara dengannya. Dia bahkan ... sebentar. Gea menarik napas panjang dan dalam untuk menetralisir perasaan terkejut yang masih tersisa di jantungnya. Pria itu bahkan meminta Gea meluangkan waktu untuk mengobrol dengannya?

Ya, Gea tidak salah mendengar. Pria itu jelas mengatakan 'Mengobrol' dan sesaat setelah penelepon yang diduga sebagai Radit itu berkata demikian, Gea langsung menutup teleponnya. Pikiran awal yang terlintas di otaknya adalah penipuan. Bagaimana tidak, terlalu sulit baginya untuk mempercayai bahwa yang menghubunginya benar-benar Radit. Awal hubungannya dengan sang aktor tidak baik, tidak ada alasan bagi Radit menelepon dan meminta ditemani mengobrol. Sangat tidak masuk akal. Jelas penipuan!

Rasa terkejut yang sebelumnya ada telah berganti sepenuhnya dengan perasaan ngeri. Selama ini ia hanya sering melihat berita tentang penipuan semacam ini di berita-berita yang berseliweran di medsosnya. Tidak pernah terbersit di pikirannya bahwa ia hampir saja menjadi korban dari voice pishing. Definisi kecanggihan teknologi bila berada di tangan yang salah bisa sangat merugikan memang benar adanya. Untuk itu, Gea cukup aware.

Ia menyibak rambut panjangnya sambil mengembuskan napas keras lalu mengumpat di dalam hati, merutuki kesialannya pagi ini. Ia menyesal tidak menonaktifkan data paketnya, seharusnya ia melakukan itu sejak Jum'at malam kemaren. Rusak sudah momen cuti hari pertamanya sepanjang bulan ini. Kalau sudah terjaga seperti ini akan sangat sulit baginya kembali tidur. Ditariknya napas panjang dan dalam lalu duduk bersila di atas kasur. Kebiasaan yang selalu ia lakukan tiap pagi sebelum beraktifitas, bermeditasi sebentar sambil mengucapkan kalimat afirmatif positif untuk dirinya sendiri: 'Gue hebat, gue mandiri, gue sukses, gue cerdas, gue pinter, gue mampu nyelesein masalah apapun, gue cantik, gue sexy, gue menarik, gue bahagia.' Gea terus merapal mantra yang sama hingga lima kali berturut-turut di tiap paginya.

Namun, baru saja ia menyelesaikan satu putaran kalimat afirmasinya, suara notif pesan singkat di ponselnya terdengar. Berusaha mengabaikan notif tersebut, Gea pun melanjutkan rutinitasnya, tapi denting notif itu terus hadir dan menganggu konsentrasinya. Diraihnya benda mungil berwarna lavender itu lalu membuka aplikasi pesan singkatnya.

+62 8112 367 xxx: Did u just hang up on me?

+62 8112 367 xxx: Gue butuh bantuan lo.
Temenin gue ngobrol apapun
15 menit aja
Setelah itu, gue nggak akan ganggu lo

Gea mendengkus keras membaca semua pesan WA tersebut. Wah, ia baru tahu kalau penipu bisa sangat gigih bila mereka mau. Baru saja Gea akan melanjutkan meditasinya kala denting notif kembali terdengar. Gea menarik napas dan membuka pesan tersebut.

+62 8112 367 xxx: Kenapa di read doang
Lo angkat telpon lo sekarang
Atau gue minta pembatalan kontrak kerjasama ke StarNet.
Fyi, lo tahu persis gue punya cukup duit buat bayar penalti kalian yang seujung kuku itu.
Ur choice. Pick it up or let's cancelled everything.

Lagi-lagi Gea mendengkus keras. Penipu ini bahkan tahu persis kalau Radit sedang ada kerja sama dengan StarNet. Hebat juga.

The Unwanted PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang