Bab 5

525 116 26
                                    

"Permisi," ucap Gea singkat. Wanita itu lalu mengangguk sopan dan melangkah pergi, menjauh darinya dan juga Keyra.

Radit terus menatap punggung Gea hingga dia benar-benar menghilang, masuk ke area lobi tower apartemennya. Baru kemudian ia memusatkan perhatiannya pada Keyra.

Dilihat dari penampilannya, baju panggung yang masih melekat, hair do dan make up yang masih ada serta kacamata hitam yang bertengger cantik di hidung mancungnya. Radit tahu, wanita dihadapannya ini langsung datang menemuinya begitu selesai menghadiri suatu acara.

"Bisa kita ngobrolnya di dalam mobil gue?" ujar Keyra. "Lo pasti nggak mau muka kita kepampang di berita gosip tv atau feed Lambe Turah besok pagi, kan, Dit?" lanjutnya sambil tersenyum.

Radit menarik napas dalam-dalam. "Kalo lo udah tahu, kenapa masih ke sini," sindirnya.

Keyra tersenyum. "Cuman mau ngobrol aja, Dit. Nggak perlu sesengak itu."

"Lo balik aja, Key. Gue lagi nggak mood ngobrol. Gue butuh istirahat, besok gue ada syuting pagi-pagi bener."

"Iya, gue tahu. Makanya gue ke sini. Nyempetin ketemu lo, sebelum lo pergi ke luar kota."

Radit mendengkus pelan, Keyra bahkan tahu schedulenya besok adalah syuting ke luar kota. Ponakan pemilik StarNet ini memang beda kelasnya. Ia lalu menarik napas, memanjangkan sabarnya. Radit sudah bersiap mendebat ucapan Keyra, tapi niat tersebut urung dilakukan karena suara gelak tawa beberapa orang dari arah belakang. Ia menoleh untuk memastikan. Benar saja, ada beberapa orang yang memang tengah berjalan ke arah towernya.

Radit mengembuskan napas keras sambil menatap Keyra yang tersenyum kecil kearahnya. Sebenarnya, ia tidak harus menuruti Keyra. Toh, tak akan ada yang mengenali dirinya dengan penampilannya saat ini, tapi tidak dengan Keyra. Wanita itu terlalu mencolok. Sekali lihat pun, orang akan tahu siapa sosok dihadapannya ini. Belum lagi, peringatan keras Bagas terhadapnya. Manajernya itu sangat mewanti-wanti dirinya untuk tidak terlibat skandal apapun bila memang ingin turut serta dalam proyek film religi Pramana.

"Lima menit," ucap Radit tegas.

"Lima belas menit. Buruan," ucap Keyra, balik badan dan berjalan terlebih dahulu ke arah parkiran mobil yang berada di luar sisi gedung apartemennya.

Radit menarik napas panjang sebelum akhirnya membuntut di belakang wanita itu. Matanya sempat terpaku menatap bongkahan bulat yang tampak begitu padat dan seksi bergerak berirama seiring dengan langkah kaki Keyra.

Holly shit! umpat Radit dalam hati sembari buru-buru mendongak, mengalihkan pandangan dari bokong Keyra.

Saat Keyra sudah hampir mencapai sisi mobil, seorang pria berhoodie keluar dari pintu supir dan menatapnya keheranan. Pria itu mengangguk sopan padanya lalu menarik lengan Keyra sedikit menjauh, dia tampak membisikkan sesuatu. Radit mendengkus pelan. Ia hapal maksud dari tindakan tersebut, Bagas juga selalu melakukan itu tiap kali ia kedapatan sang manajer 'Bertingkah'.

Tampak pria itu menghela napas keras sambil balik badan. Dia sempat menatapnya sekilas lalu kembali tersenyum sekedarnya.

"Dit," panggil Keyra yang sudah bersiap naik ke kursi belakang pengemudi.

Ini cewek emang sengaja nguji iman gue, batinnya sekali lagi saat melihat posisi Keyra saat ini. Kaki kanan menekuk, naik ke pijakan mobil sementara kaki kiri masih berdiri tegak di kerasnya batako, badan sedikit condong ke dalam sehingga bokong itu semakin tampak bulat sempurna layaknya semangka? Melon? Entahlah, apapun buah yang bulat pastinya.

Radit berjalan ke arah Keyra sambil mempertahankan sikap cool-nya.

"Oke. Say it. What do you want," tanyanya ketika ia dan Keyra sudah duduk di kursi belakang mobil sang penyanyi. Dilepasnya masker yang sedari tadi menutup wajahnya lalu menyimpannya di saku jaket yang ia kenakan.

The Unwanted PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang