Daomu Biji Vol. 3 End

17. Pintu Masuk Aula Istana 1

Istana Surgawi di Atas Awan (Bagian 2)

Shunzi terkejut saat mendengar ini dan jelas tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi dia tidak sendirian—tidak seorang pun dari kami yang tahu apa yang sedang direncanakan Chen Pi Ah Si.

Untuk sesaat, saya bahkan berpikir bahwa Chen Pi Ah Si mencoba memisahkan kami sehingga ia dapat membunuh Shunzi untuk membungkamnya. Namun ketika saya memikirkannya lagi, saya menyadari bahwa saya salah. Pertama-tama, ia berusia lebih dari sembilan puluh tahun—bahkan jika ia melancarkan serangan diam-diam, ia mungkin tidak akan dapat membunuh seorang prajurit pensiunan di masa jayanya. Kedua, kami masih membutuhkan Shunzi untuk menuntun kami kembali menuruni gunung, jadi tidak masuk akal untuk membunuhnya sekarang.

Aku tidak mengerti apa yang direncanakan Chen Pi Ah Si, jadi aku hanya menepuk punggung Shunzi dan menyuruhnya berhati-hati.

Shunzi, yang jelas-jelas tidak tahu bagaimana perasaannya mengenai hal ini, menatapku sekali lagi lalu mengikuti Chen Pi Ah Si.

Kami yang lain berbalik dan terus berlari di sepanjang jalan spiritual. Untungnya, kami telah membuang banyak perlengkapan kami; jika tidak, tidak seorang pun dari kami akan mampu bertahan dalam latihan yang begitu intens.

Ada total enam gerbang batu di jalan roh, yang mewakili enam alam kelahiran kembali dalam agama Buddha Han. (1) Meskipun suku Jurchen mempraktikkan perdukunan, jejak desain Han dapat dilihat di mana-mana.

(1) Kosmologi Buddha biasanya mengidentifikasi enam alam kelahiran kembali dan keberadaan: dewa, dewa setengah, manusia, hewan, hantu kelaparan, dan neraka. Enam alam ini adalah tempat makhluk hidup bereinkarnasi sesuai dengan karma mereka yang terkait dengan tindakan mereka di kehidupan sebelumnya.

Aku berlari begitu cepat hingga aku merasa sedikit pusing, dan bagian kulitku yang terbuka mulai terasa gatal—semua itu pertanda jelas bahwa udara di sekitarku benar-benar buruk.

Sebelum aku menyadarinya, beberapa atap hitam yang runtuh dan dinding yang rusak mulai terlihat dalam cahaya senter kami, dan kami segera tiba di depan altar di ujung jalan setapak. Di belakang altar, di puncak enam puluh anak tangga batu yang bobrok, terdapat pintu masuk utama ke makam kekaisaran.

Dalam konsep pemakaman tradisional, makam dan mausoleum sering disamakan, tetapi sebenarnya keduanya adalah dua hal yang berbeda. Mausoleum adalah bangunan di atas tanah yang digunakan untuk upacara pengorbanan dan penguburan, sedangkan makam merujuk pada istana bawah tanah.

Makam dan kuburan tidak harus terletak di tempat yang sama. Bahkan, banyak makam yang terpisah ribuan kilometer. Misalnya, makam Jenghis Khan terletak di tengah padang rumput Ordos di Mongolia Dalam, tetapi peti mati di makam tersebut hanya terbuat dari rambut unta yang konon berisi jiwa Jenghis Khan. Tidak seorang pun tahu di mana di padang rumput itu jasad dan barang-barang kuburannya disembunyikan. (2)

(2) Saat Genghis Khan terbaring di ranjang kematiannya, seorang pendeta perdukunan mendatanginya untuk melakukan ritual cindariin hurrcag — ritual untuk menangkap sebagian jiwa untuk generasi mendatang di dunia ini. Sang dukun mencabut sehelai rambut putih dari dahi seekor unta dan menaruhnya di mulut sang Khan; rambut itu menyerap napas terakhir sang Khan, dan bersamanya, sebagian jiwanya.

Istana Surgawi di Atas Awan memiliki bangunan tiga lantai: tingkat pertama adalah istana di atas tanah yang kita lihat dalam lukisan bayangan di makam bawah laut, yang merupakan istana roh simbolis; tingkat kedua adalah makam kekaisaran di bawah tanah; dan tingkat ketiga adalah makam bawah tanah tempat raja dimakamkan. Bersama-sama, ketiga tingkat ini mencerminkan konsep Buddha tentang "tiga ribu dunia", (3) dan melambangkan perubahan identitas Raja Wannu setelah kelahiran kembali—apakah ia menjadi dewa, manusia, atau hantu kelaparan.