Juu Ni

696 49 4
                                    

Saat ini Arfa telah dirawat di kamarnya selama 3 jam, Arham panik saat menemukan putranya sudah tergeletak di lantai ruangan sempit itu

Ia langsung membawa Arfa ke kamarnya dan menelpon dokter pribadi keluarga Atalaric

Sungguh Arham menyesal telah menghukum putranya secara berlebihan, padahal dulu trauma Raizel tidak akan kambuh separah ini

Namun apa ini? Kenapa putranya bisa terbujur pingsan dengan nasal kanul dihidungnya??

"Zel, maafin Papa, Papa ga bermaksud buat kamu sakit lagi" Ujar Arham lirih menahan tangis sambil memegang tangan putranya lembut

"Tapi kalo dipikir pikir, ini juga salahmu yang membantah perintah Papa" Lanjut Arham

"Ekhem, n-niat m-minta maaf n-ngga sih" Ujar Arfa terbata sambil menghempaskan tangan Arham

Namun, tidak sesuai ekspetasi, tangan Arham hanya terhempas sedikit karena tubuh Raizel masih lemas

"LOH LOHH, KOK BANGUN?" Pekik Arham kaget

"H-heh, maksudnya apaan? Papa doain Raizel ngga bangun gitu?" Ujar Arfa pelan dengan sedikit terbata karena tenggorokannya kering

"Eh ngga gitu, mulutnya reflek ini" Ujar Arham sambil menepuk mulutnya pelan tapi diabaikan oleh Arfa

"A-ada orang baru bangun dari pingsan bukannya ditawarin minum malah diteriakin" Ujar Arfa menyindir

Arham yang mendengar itu langsung tergesa mengambilkan minum untuk putranya dan membantunya minum

Setelah itu, Arham langsung menelpon dokter pribadi yang kebetulan masih berada di kediaman Atalaric, sekarang sudah tengah malam, tapi Arham memaksa dokter tersebut agar menunggu putranya sampai sadar

"Keadaan Raizel udah stabil, nanti kalo udah lega, nasal kinulnya bisa dilepas"

"Kalo nanti Raizel demam, hubungi gue aja, gue mo izin pamit dahulu Ar" Ujar dokter tersebut dengan bahasa santai

Dokter tersebut merupakan sahabat Arham dari kecil, jadi ia bersikap santai kepada Arham, kalau orang lain mah mana berani bersikap santai dengan manusia seperti Arham

"Siapa yang mengijinkanmu pergi Neo?" Ujar Arham dingin

"Diem lo, bini gua lagi nunggu di rumah" Ujar dokter tersebut ketus

"Ahahaha YPBBA ya om" Ujar Arfa tertawa pelan

"Apaan YPBBA?" Tanya Arham

"Yang punya bini bini aja ahahahaha" Ujar Dokter Neo dan langsung kabur dari kamar itu, bisa diamuk kalau tidak kabur

Arham hanya mendecih pelan melihat itu, dari dulu sahabatnya itu tidak pernah berubah

"Emang bener itu?" Tanya Arham

"Apanya?Pft" Ujar Arfa menahan tawa

"Ck yang dikatakan Neo" Ujar Arham

"Bener kok ahahaha" Ujar Arfa sambil tertawa

Arham merasa kesal karena ditertawakan, namun itu tidak bertahan lama karena melihat putranya bisa tertawa lepas, Arham hanya tersenyum kecil

"Zel" Panggil Arham pelan

"Hmm?"

"Sepertinya tadi kamu mimpi buruk ya? Kamu terus menggigau dengan menyebut Ayah dimimpi mu" Ujar Arham

Arham sebenarnya heran, biasanya putranya memanggilnya Papa, lalu siapa yang di panggil ayah di mimpinya itu?

Raut wajah Arfa menjadi murung karena teringat pada mimpi kehidupan pertamanya, ia sangat menyesal, jika saja waktu itu ia tidak bermain petak umpet, pasti ayahnya masih hidup

Kitsukōyaku (Antagonis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang