TUJUH

1K 82 2
                                    


       Bukan ciuman melainkan sebuah kecupan yang tidak lebih dari 2 detik. Renjun tidak berani menatap Jaemin setelahnya, Renjun berdiri menunggu dan matanya hanya tertuju pada sepatu hitam putih Jaemin. Renjun sudah siap jika Jaemin akan memukulnya atau setidaknya memberi banyak makian.

    Bukan sebuah pukulan tapi Jaemin hanya mengangkat wajah Renjun. Jaemin kaget tapi ia bersikap tetap tenang dengan berusaha tersenyum pada Renjun dan tampak wajah Renjun merah padam dengan matanya tertutup rapat. Saat Jaemin melepas tangannya, Renjun membuka mata dan menatap lurus. Karena perbedaan tinggi badan, letak mata Renjun sejajar dengan dagu Jaemin dan kesanalah matanya berfokus. Renjun terlalu malu untuk melihat mata Jaemin.

"Maaf sudah lancang. Aku gak mau nyembunyiin perasaan ini lebih lama lagi. Aku mau ngaku kalo aku suka kamu lebih dari teman. Tapi aku sadar kalo kamu bukan gay jadi aku gak berharap kamu balas perasaanku. Aku juga tadinya sudah bertekad untuk hapus perasaan ini, tapi hari ini kamu ngebuat aku jatuh cinta lagi dengan semua perhatian kamu. Aku juga kadang mikir gimana rasanya nyium kamu. Aku sadar kalo aku teman yang gak tau diri yang tega-teganya mikir kaya gitu ke kamu, tapi setelah ini aku janji bakal membuang perasaanku buat kamu. Aku bisa terima kalo setelah ini kamu gak mau kita temenan lagi." Ucap Renjun cepat, ia tumpahkan semua isi kepalanya melupakan rasa malu dan tanpa banyak berpikir.

Kemudian Renjun membungkukkan badan "Sekali lagi aku minta maaf. Setelah ini aku bakal menjauh dari kamu biar aku benar-benar bisa berhenti suka sama kamu. Terima kasih karena sudah jadi teman yang baik buat aku. Kamu gak salah, tapi aku yang ngerasa gak pantas jadi teman kamu."

       Renjun berbalik dan menutup pintu cepat. Meninggalkan Jaemin yang terpaku di tempatnya, ia seperti kehabisan kata-kata. Jaemin kembali mencerna perkataan Renjun satu-persatu. Jaemin ingin mengetuk pintu Renjun tapi ia sendiri bingung harus berkata apa pada Renjun. Renjun tidak menatap Jaemin dan saat membungkuk, Jaemin sadar bahwa Renjun menyembunyikan air mata. Jaemin mendengar getaran dalam suara Renjun. Jaemin ingin memeluk dan menenangkan Renjun tetapi bukankah dengan begitu Jaemin justru menambah kesulitan Renjun. Jaemin hanya akan menambah harapan kosong untuk Renjun. Jaemin tidak ingin menjadi orang jahat untuk Renjun. Jaemin tidak mau melukai Renjun. Jaemin pulang bukan hanya membawa rasa lega karena telah memastikan Renjun sampai dengan selamat tapi Jaemin juga membawa kegundahan. Jaemin tidak mau kehilangan teman sebaik Renjun tapi disisi lain ia juga tidak mau menyulitkan Renjun.

       Pikir Renjun tidak seharusnya ia menangis lagi, bukankah malam itu ia sudah sangat banyak menumpahkan air mata. Tapi ternyata menyatakan cinta yang sudah jelas-jelas pasti ditolak punya rasa sakit yang berbeda, rasa sakit yang penanganannya belum dipersiapkan oleh sistem pertahanan tubuh Renjun.

.
.

       Sementara di tempat lain, Jaemin masih memikirkan fakta bahwa Renjun menyukainya lebih dari sekedar teman. Jaemin tidak benci, kesal atau kecewa sedikitpun setelah mengetahui hal itu. Semua itu adalah hak Renjun. Jaemin juga jadi memikirkan kembali perasaan Renjun saat ini, ia menyesal kenapa tadi tidak mengatakan apapun setelah mendengar pengakuan Renjun.

Ponsel Jaemin berdering, begitu melihat siapa yang menelpon Jaemin tersenyum.

"Halo, Minnie." ucap sang penelpon

 "Halo, Hana".

       Penelpon Jaemin adalah Hana, teman sekaligus calon tunangan Jaemin yang sedang melanjutkan pendidikan di luar negri karena ayahnya dipindah tugaskan. Hana dan Jaemin berteman sejak kecil, orang tua mereka adalah teman baik. Ibu mereka lah yang memiliki ide menjodohkan anaknya dan tanpa paksaan. Jaemin yang menyukai Hana sejak kecil tentu tidak menolak dan sudah diputuskan pertunangan akan dilaksanakan begitu mereka lulus sekolah. Untuk saat ini, Jaemin dan Hana hanya berteman, semua itu atas keputusan Hana. Hana juga menyukai Jaemin namun menjadikan Jaemin sebagai pacar tanpa bisa berada di dekatnya bagi Hana akan menjadi tidak adil untuk Jaemin. Selama perasaan dan komunikasi mereka terus terhubung, bagi Hana itu sudah cukup. Jaemin tentu mengikuti keinginan Hana, selama gadis itu bahagia.

New Circle | JAEMREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang