part12, cemburu+Naura hilang

12 6 2
                                    

tepat jam 1 malam Gus Arkan dan kedua sahabatnya, mereka pun melakukan sholat tahajud di malam hari,
meskipun di perkemahan, saling bergantian berwudhu tetapi mereka tetap, melaksanakan sholat malam, bergantian dengan para santri,
dan di tempat para santriwati juga sama, para santriwati melaksanakan sholat malam, bergantian berwudhu,

di pimpin oleh Gus arkan melaksanakan sholat malam, bukan hanya para santri yang di pilih tetapi, para guru sekolah dan murid juga, ikut melaksanakan sholat malam itu, ada sebagian guru perempuan yang mengagumi Gus arkan, saat membaca ayat suci Al-Quran, sangat merdu, ketika sesudah sholat, karena suara lantunan ayat suci Al-Quran, suara Gus Arkan, yang membuat semua guru ikut sholat malam, meskipun dalam keadaan kemping, yang tadinya suara Gus Arkan tidak lah besar, tetapi Masi bisa terdengar oleh mereka semua,

"Masya Allah, ternyata Masi ada laki-laki, yang taat agamanya, hingga di manapun ia berada, lebih mementingkan ibadahnya,"
ucap kagum para guru kaum wanita, ada juga yang memuji-muji Gus Arkan, karena kekagumannya,

sementara Naura yang mendengar, semua para guru cantik, memuji-muji Gus Arkan, ia juga, merasakan rasa yang sama seperti apa yang para guru itu rasakan, ada rasa tak rela karena orang yang di bicarakan adalah, orang yang Naura juga kagumi, tetapi Naura hanyalah bisa memendam perasaan itu semua,

pagi telah tiba, mereka pun di tugaskan mencari kayu bakar untuk besok malam adalah malam terakhir dan mencari jejak di lakukan nanti malam,

Naura dan kak ana, serta Ning Syifa dan santriwati perempuan, hari ini mereka harus mencari kayu bakar, di tempat terdekat,

"semangat ayo semua, pagi ini, kita sudah mendapatkan separuh kayu bakar, tinggal dikit lagi kita selesai"
ucap kak ana, kepada mereka semua,

"kak ana, ini kayunya biar Jesi yang bawa," balas Jesi yang mengambil kayu bakar, yang berada di tangan kak ana, namun kak ana justru tidak memberikannya,

"terimakasih Jesi, tetapi tidak usah, Naura dan Ning Syifa bagaimana! apa kayu yang kalian kumpulkan juga, sudah banyak"
ucap kak ana, yang menanyakan kayu, yang di kumpulkan Naura dan Ning Syifa,

"sudah kak ana,"
ucap Ning Syifa, yang lebih dulu menjawab pertanyaan kak ana, sementara Naura, hanya menganggukkan kepalanya,

Naura pun maju dan menawarkan diri, untuk membawa kayu bakar yang Ning Syifa bawa,

"Ning Syifa, biar kayunya Naura saja yang bawa,"
ucap tawar Naura yang memang, sedang membawa kayu tidak terlalu banyak, Ning Syifa pun tersenyum,

"tidak usah Naura, biarkan Ning Syifa saja yang membawa kayu ini, kita di sini sama-sama sedang bertugas, jangan saling membantu"
ucapan Ning Syifa pun membuat, para santri yang tadinya juga, mau membantu membawa kayu bakar itu, pun langsung mundur seketika, mereka pun langsung melanjutkan perjalanannya, mencari kayu bakar, hingga lumayan banyak,

Ning Syifa yang sedang berjauhan istirahatnya dengan kak ana dan juga Naura, serta para santriwati, akhirnya mereka bisa mendapatkan kayu bakar lumayan banyak, tak lama Ning Syifa pun terjatuh karena tersandung batu, kakinya berdarah,

"aahhkk...sakit"
ucap jerit Ning Syifa yang langsung membuat semua mata tertuju kepadanya, Naura dan kak ana yang sedang berada jauh dengan Ning Syifa pun langsung mau menuju tempat Ning Syifa, tetapi mereka semua terkalahkan karena Gus Arkan, yang memang kebetulan dekat dengan Ning Syifa, langsung membantu Ning Syifa,

"ya Allah,"
ucap kaget Gus Arkan yang melihat darah lumayan banyak, Gus Arkan pun langsung duduk di samping Ning Syifa, dan membuka tas ranselnya,

"sakit Gus"
Ucap sakit Ning Syifa, karena Gus Arkan yang tengah membersihkan darah dengan air, yang memang Gus Arkan bawa,

Catatan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang