Bab 12 (ego pria)

54 8 1
                                    



"aku tidak akan menghajarmu lebih dari ini, karena aku tidak mau menjadi pengecut sepertimu.."

******

"sooji?..." panggilan itu membuat sooji menjadi orang pertama yang melepaskan genggaman tidak sengaja mereka.

"ehem" dohwan berdeham pelan, kemudian langsung pergi sesaat mendapati myungsoo yang bergerak ke arah meraka tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"oh oppa?...apa sudah selesai?, seo joon oppa mana?", sooji tidak ambil pusing dengan kejadian yang baru saja ia alami namun, berbeda dengan myungsoo, setelah menatap dohwan yang sudah pergi ia berbalik lalu menatap sooji lama, ia melihatnya saat dohwan menyentuh sooji posisi itu terlihat asing karena posisi dohwan  yang membelakanginya,myungsoo hanya bisa melihat raut terkejut sooji dan kedua tangan mereka yang saling berpegangan.

"kau baik-baik saja?...." sooji mengangguk kaku raut wajah myungsoo sedikit berbeda dan entah kenapa itu membuat sooji gugup, menyadari jika sooji menatapnya aneh myungsoo mengulas senyum kecilnya.

"ah seo joon dan minhyuk akan datang sebentar lagi, kenapa tidak menunggu di dalam?"myungsoo mencoba bersikap sesantai mungkin yang syukurnya diikuti sooji yang sepertinya mulai menatap myungsoo seperti biasanya.

"aku hanya ingin melihat hujan..." menjawab singkat sesekali sooji mengelus kedua lengangnya pelan mencoba menyalurkan rasa hangat sooji mulai merasa kedinginan, menyadari sooji yang memeluk tubuhnya sendiri myungsoo yang memang membawa jaket yang sengaja tidak ia pakai karena masih menggunakan jas sekolahnya.

"tuk..." sooji berpaling menyadari saat rasa hangat tiba-tiba membelai punggung dan pundaknya, sempat terdiam tidak hanya punggungnya yang menghangat namun hatinya juga, lagi-lagi perasaan yang berusaha ia tahan mati-matian berusaha meluap.

"sepertinya kali ini oppa menemukan waktu yang tepat" celetukan sooji membuat myungsoo terkekeh kecil, teringat kejadian malam di taman pesta sederhana ulang tahun ayahnya, sooji ikut tersenyum sambil memakai jaket yang myungsoo berikan tidak hanya tubuhnya namun, perasaannya juga menghangat, tindakan sederhana myungsoo membuatnya merasa istimewasooji lagi-lagi berharap lebih, seperti bermain di dunia fantasinya sendiri dengan hujan kali ini menjadi saksi letupan-letupan harapan yang semakin menggebu-gebu di dadanya.

*****

Sooji seperti merasa dimarahi, seolah peristiwa malam itu adalah kesalahannya, seo joon masih memperlakukannya seperti biasa, namun sikap diam kakaknya itu membuat sooji merasa dimarahi., di balik jendela sooji memandang kosong jalanan yang masih diguyur hujan seo joon yang duduk di sampingnya tampak sibuk dengan handphonenya.

"ahjussi antarkan sooji pulang, aku akan turun di depan" sooji yang mendengar ucapan seo joon segera berbalik menatap seo joon namun sang kakak tidak membalas tatapannya sama sekali segera membuka pintu sesaat choi ahjussi memberhentikan mobil, sooji yang masih terdiam menatap seo joon yang berlari-lari kecil menuju bangunan yang sooji hapal studio tinju insung ahjussi.  tidak banyak bicara  sooji hanya membiarkannya saja, ia cukup mengerti seo joon sedang kesal karena peristiwa tadi malam. sebenarnya seo  joon tidak berniat mendiami sang adik namun perasaan rasa bersalah atas apa yang sang adik alami membuat ia menjadi marah.

*****

Studio sudah lumayan sepi hanya ada beberapa penjaga yang sedang bersih-bersih, seo joon yang masih menggunakan seragamnya meletakkan tasnya dengan kasar,  sesaat terhenti mendapati sosok yang berdiri tenang di tengah ring,

"ternyata kau tidak sepengecut itu" dohwan yang juga masih menggunakan seragamnya tersenyum kecil mendengar penuturan seo joon. ini pertamakalinya dohwan mendatangi studio sejak kelas satu, masa lalunya dan seo joon cukup rumit ditambah ia bergabung dengan manusia seperti jackson membuat hubungan mereka yang memburuk semakin memburuk.

"sebenarnya aku sedikit terkejut saat kau memintaku datang kemari..." dohwan melompat kecil menuruni ring beralih meninju pelan samsak yang tergantung di tengah studio, seo joon hanya membiarkannya saja sambil merogoh handphone dari tasnya.

"ting, ting..." bunyi notifikasi terdengar nyaring dohwan bergerak mendekati tasnya yang ia letakkan di kursi samping seo joon berdiri. terhenyak saat mendapati bahwa notifikasi yang ia dengar ternyata berasal dari handphone lainnya menyadari ketertegunan dohwan, seo joon yang masih memegang handphonenya tidak lagi mengirim pesan  beralih menekan tombol panggil tak berselang lama bunyi panggilan masuk kembali terdengar.

"tak kau angkat?"seo joon bertanya dengan nada rendah, mencoba menghalau semua amarah yang tiba-tiba meluap dari dadanya berusaha menahan diri, pesan yang masuk malam itu saat adiknya sooji disekap, pesan yang memberitahukan tentang keberadaan sang adik meski merasa bersyukur namun nomor baru itu tidak asing dan seperti dugaannya nomor itu milik dohwan.

"cih..." berdecih pelan mematikan panggilannya seo joon masih menatap dohwan yang terlihat mati kutu.

"ternyata kau benar-benar lupa, setidaknya jika ingin mengelabui seseorang pastikan lebih dulu, kau jadi terlihat bodoh..." dohwan memejamkan matanya erat sial dia lupa fakta bahwa nomor lain miliknya ini juga diketahui seo joon meski pria itu tidak pernah menyimpannya, ingatan dulu saat mereka sibuk mengerjai para senior mereka, pertemanan yang terjalin namun merenggang karena ego masing-masing.

"buk.." dohwan tersungkur sesaat seojoon melayangkan tinjunya tidak hanya sampai disitu seojoon kembali mendekati pria itu dan mencengkram lehernya bersiap untuk melanjutkan serangannya namun tertahan, malah melepas keras kerah dohwan seo joon bangkit berteriak kesal..sementara dohwan masih saja terdiam.

"aku sama sekali tidak peduli jika kalian terus mengusikku, namun menyentuh adikku dan membuatnya seperti itu bukankah keterlaluan?" menatap nyalang dohwan yang tertunduk dalam, dohwan bisa saja mengelak bahwa ia bukanlah pelakunya namun rasanya percuma karena sepertinya seojoon tidak akan percaya.

"kau terlihat semakin pengecut," ucapan dingin itu kembali terdengar, sebenarnya seo joon tau bahwa dohwan bukanlah pelakunya namun tetap saja adiknya ikut terlibat dan satu hal yang membuat seo joo semakin marah, dohwan sama sekali tidak berubah, selalu mudah diperalat sangat lemah dan seo joon membencinya.

"aku tidak akan menghajarmu lebih dari ini, karena aku tidak mau menjadi pengecut sepertimu.." seo joon bergerak pergi meninggalkan dohwan yang terduduk menyeka pelan sudut bibirnya kemudian tersenyum miris..

"pengecut.." gumamnya, seo joon benar dia memang pengecut, orang yang patut disalahkan dari  retaknya persahabatan mereka adalah ia, karena memilih menjauh dan menyalahkan seo joon dari semua tuntutan ayahnya yang terus memintanya agar bersikap dan bertindak seperti seo joon dan itu menyebalkan. seo joon benar ia memang pengecut.


*****

bersambung....





LAVENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang