Bab 17 ( Dewasa)

56 7 1
                                    

*****

Sooji  tidak baik-baik saja, setiap hari ia selalu dihantui rasa bersalah, meski pada awalnya ia juga sempat ke sekolah paska kecelakaan namun ketika mimpi buruk itu  mulai menyerangnya tidak banyak yang bisa ia lakukan, dirinya seperti terkurung di ruangan sempit  penuh sesak tanpa cahaya sama sekali, ada pisau tajam yang menancap di dadanya, wajahnya tampak pucat ia kesulitan untuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya karena pada akhirnya ia akan memuntahkan semuanya, kepergian orang tuanya adalah salahnya jadi tidak pantas baginya untuk tetap hidup dengan baik, ia merasa harus mengganti rugi dan membayar semuanya, di lain sisi sooji sama sekali tidak ingin membuat seo joon khawatir namun, suara berisik di kepalanya terlalu ramai dan lagi-lagi rasa bersalah memenuhinya karena membuat sang kakak khawatir, seo joon tidak bisa mengabaikannya meski sooji sudah menekankan  bahwa ia baik-baik saja, seo joon tetap memintanya  atau lebih tepat memaksanya untuk beristirahat saja hari ini.

"nona" bibi choi menyapa ceria sesaat ia mendapati sooji yang menuruni tangga, membalas dengan senyuman kecil masih dengan wajah pucatnya sooji mendekati bibi choi yang masih sibuk di dapur, hari sudah hampir sore, namun rumah tampak sangat sunyi  dan itu menyesakkan tidak ada lagi sosok  yang telah memberi nafas di kehidupannya karena itu dunianya kembali terasa gelap, menatap sendu ke arah meja makan satu persatu ingatan menyenangkan muncul di kepalanya berputar pelan dengan sayup-sayup memori yang membisiki telinganya. namun ironisnya sooji merasa terluka berbanding terbalik dengan bahagia yang ada di ingatannya.

"nona?" bibi choi menyentuh pundak sooji pelan mencoba menyadarkannya  yang malah  melamun.

"aku ke atas dulu bi " tersadar sooji segera bergerak pergi ia tidak ingin menangis di hadapan bibi choi, lebih tepatnya ia tidak ingin menangis di hadapan siapapun.

"nona! makanlah dahulu" menghentikan langkahnya  sooji menatap bibi choi dengan senyum yang dipaksakan.

"aku akan makan saat seo joon oppa kembali" tidak mengindahkan bujukan bibi choi, sooji melangkah pergi kembali ke kamarnya, sementara wanita tua tersebut menatap sendu punggung sooji yang perlahan menghilang menuju lantai dua.

****

Menatap jauh dari balik jendela besar kamarnya sooji bisa melihat sebuah mobil yang ia kenal baru saja memasuki halaman rumah diikuti mobil lainnya yang sooji tau betul milik siapa. tidak berniat menyambut kedatangan tamu tersebut sooji hanya menatap kosong dari jendela kamarnya. 

"tuan muda." Bibi choi langsung menyambut seo joon dan myungsoo yang baru saja memasuki rumah, myungsoo memutuskan mengikuti seo joon kembali sekalian menjenguk sooji tapi sepertinya gadis itu masih mengurung diri di kamarnya.

"sooji dimana bi?" seo joon langsung bertanya sementara myungsoo hanya diam memperhatikan.

"ah nona muda ada di kamarnya"

"sudah makan? "

"nona muda menolak untuk makan ia menunggu tuan muda" bibi choi menjelaskan, seo joon menghela nafasnya pelan melirik myungsoo yang balas menatap seo joon dengan wajah biasanya meski sebenarnya ia juga merasa tidak sabar ingin menemui gadis tersebut.

"bibi bisa menyiapkan makan malamnya sekarang aku akan mengajaknya turun"

****

Ketiganya menikmati makan malam mereka dalam diam, kedua pria tersebut sesekali melirik sooji yang memakan makanannya tenang, tidak berbicara sama sekali, seo joon hanya memandang sendu sang adik wajahnya masih terlihat pucat dan porsi makan gadis itu sangat tidak menjanjikan bahkan sepertinya sooji kesulitan menelan makanannya terlihat dari bagaimana sang adik  mengunyah lambat padahal makanan yang disuapnya sangat sedikit, hanya membiarkan seo joon menahan diri namun, berusaha menyodorkan beberapa lauk kearah sang adik,  menerima perlakuan hangat seo joon  sooji tersenyum kecil, senyum yang lagi-lagi terlihat dipaksakan pada wajah tanpa cahaya itu membuat seo joon meringis dalam diam.

LAVENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang