Bab 6 ( diam-diam)

50 10 0
                                    

*****

"kau sooji bukan?...." hampir saja sooji memutar bola matanya saat pertanyaan itu menyambut paginya. menutup kembali lokernya sooji berbalik hendak melihat siapa sosok yang bertanya, tidak ada raut wajah tertentu orang yang tidak mengenal sooji pasti berpikir bahwa gadis itu sedang kesal namun nyatanya tidak, sooji memang jarang tersenyum lebih sering menunjukkan wajah datarnya khususnya pada orang yang tidak dekat dengannya, tidak ada yang berbicara gadis dengan kuncir kuda itu menatapnya intens sehinnga membuat sooji merasa sedikit tidak nyaman.

"kau cantik, karena itu kita berteman. " mengulurkan tangannya ke arah sooji,dan  bukan salah sooji jika wajahnya sekarang terlihat bingung.

"sedang mengumpulkan koleksimu lagi?" uluran tangan gadis tadi masih belum sooji balas namun mendengar pertanyaan dari pria yang baru saja muncul gadis bernamtag hyeri itu menarik tangannya kembali kemudian mencibir remeh.

"kuakui seleramu memang cukup bagus."

"yak lee dohwan itu bukan urusanmu, pergilah kau sangat mengganggu " sooji terdiam memperhatikan dua orang di samping lokernya berdebat.

"Jackson mengganggu koleksimu."

"mwo?!..." entah apa yang keduanya bicarakan namun setelah dohwan menyinggung koleksi Hyeri bergegas melupakan niat awalnya meninggalkan dohwan dan sooji yang masih terdiam di tempatnya terlalu bingung.

"kau sudah mengenalku kan?" dohwan berdeham pelan menunggu sooji merespon pertanyaannya entah kenapa ia merasa canggung sekarang.

"ne" jujur saja dohwan hampir saja merasa malu jika saja sooji tidak menjawab.

"kalau begitu saya pergi dulu sunbaenim " merasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi sooji membungkuk kemudian berlalu. dohwan tidak berbicara lagi hanya terdiam memandang punggung sooji yang menjauh namun di depan sana ia bisa melihat jackson sedang mencegat langkah gadis itu.

sooji menghela nafas lelah apakah penderitaannya di SMA ini akan berlangsung setiap hari?, yang benar saja ini baru hari keduanya dan sudah begitu banyak skenario penuh drama berlangsung. berniat mengabaikan pria yang menghadangnya sooji memilih berjalan ke arah kanan namun sepertinya pria yang ia siram kemarin tidak berniat membuatnya jadi mudah.

ketika pandangan keduanya bertemu jackson mendenguskan senyum remeh, mendapati raut wajah gadis di hadapannya "tak" seragam putih itu mengenai wajah sooji jackson melemparnya cukup keras membuat  sooji cukup terkejut, dohwan hanya memperhatikan dari jauh tidak berniat untuk ikut campur.

"kau tau..." sooji kembali mendongak menatap jackson yang berdiri santai di hadapannya.

"selalu ada ungkapan bahwa kau tidak bisa menarik orang sembarangan karena mereka yang berasal dari bawah akan terus di bawah," sooji tercekat tau betul maksud ucapan pria di hadapannya namun ia sama sekali tidak berniat goyah sekuat tenaga sooji mencoba manahan diri agar tidak terpancing pria yang sepertinya memiliki dendam kesumat padanya setelah insiden kemarin.

"dan melihat orang sepertimu aku jadi yakin sepertinya ungkapan itu tidak salah sama sekali, orang-orang seperti kalian membuatku kesal, karena itu kau harus mencuci seragam yang telah kau kotori supaya kau sadar dimana seharusnya kau berada." terkekeh sinis jackson merasa sangat bersemangat, apa yang akan seo joon lakukan jika tau bahwa ia telah mengusik adik kesayangannya.

sooji mengepalkan tangannya erat berusaha sekuat tenaga, memejamkan matanya pelan kemudian menunduk berusaha memungut seragam yang terjatuh, lalu meninggalkan jackson tanpa kata dan syukurnya pria itu membiarkannya begitu saja.

*****

sekolah itu melelahkan bahkan untuk gadis dengan otak encer seperti sooji belajar itu tetap saja melelahkan ditambah lagi ia begitu banyak menerima perhatian kosong dari anak-anak di sekolahnya, sooji tidak ingin memikirkannya sama sekali tindakan dan ucapan yang ia terima pagi tadi, toh ucapan seperti itu bukan hal yang asing lagi ia sering mendengarnya, namun sooji juga  tidak bisa mengabaikan perasaannya sendiri bohong jika sooji tidak pernah terusik, ia hanya berusaha mengabaikannya karena berlarut-larut tidak akan membuatnya baik-baik saja, dibanding merasa sedih sooji lebih merasa sedikit marah namun dirinya tidak benar-benar menemukan alasan yang pantas untuk marah karena semua ucapan mereka benar adanya, ia hanyalah anak angkat kedua orang tuanya bahkan kakaknya tidak ada hubungan darah dengannya.

bunyi bel tanda pembelajaran hari ini berakhir telah  terdengar, beberapa siswa berseru kesenangan bergegas membereskan barang-barang mereka terburu-buru seolah-olah penyiksaan yang mereka hadapi telah berakhir menyisakan sooji yang masih duduk santai di kursinya  sambil mencoret-coret sketsanya.

"tok-tok" ketukan di pintu kelasnya membuat sooji berpaling menatap sosok yang menjeda kegiatannya setelahnya kembali fokus.

"kenapa tidak keluar?.." seo joon sudah menduduki kursi yang ada di depan meja sooji  menghadap sang adik yang tidak menatapnya sama sekali...

"geunyang...." 

"geunyang?" seo joon merespon dengan kesal, mendengar nada suara sang kakak sooji mendongak 

"aku sedang tidak ingin langsung pulang" seo joon mengerutkan kening mendapati respon lemah sang adik kemudian menatapnya lama, sooji bukanlah orang yang terbuka, sang adik lebih senang menanggung semuanya sendirian, bahkan kejadian pembulian yang sering kali sooji alami ditutupi dengan baik jika bukan karena salah seorang guru melaporkan bahwa sooji dilarikan ke rumah sakit, banyak orang mengatakan bahwa sooji adalah gadis yang kuat namun bagi seo joon tidak, meski tidak ada hubungan darah sama sekali tumbuh bersama membuat ikatan keduanya menjadi sangat erat seolah keduanya terhubung satu sama lain, seo joon tau betul perangai  sang adik, sooji akan menjadi lebih pendiam ketika terusik, senyumnya tidak akan penuh jika sedang bersedih dan seo joon mengetahuinya.

"apa ada hal yang menganggumu? " coretannya terhentik sejenak, sooji tidak bisa membohongi pria di hadapannya dan mengetahui fakta itu malah membuatnya tersenyum kecil.tanpa memandang seo joon sama sekali sooji berceletuk pelan

"aku  tidak ingin pulang, eomma dan appa juga tidak di rumah, sepertinya oppa juga akan pergi lagi, aku sedang tidak ingin sendirian." menghela nafasnya pelan seo joon merasa jengah karena ucapan sang adik bukanlah jawaban dari pertanyaan yang ia lontarkan

"huh..baiklah apa ada tempat yang ingin kau kunjungi ?" sangat cepat membuat seo joon mencibir pelan saat sooji menatapnya berbinar tentu saja ini kesempatan langka sooji tidak sebebas gadis pada umurnya bukan karena kedua orang tuanya namun, itu semua tindakan seo joon yang sering mengekangnya melarangnya pergi kesana kemari dengan alasan yang dibuat-buat dan seo joon melakukannya karena tidak senang sooji berkeliaran padahal pria itu sendiri sering bermain hingga larut, sangat tidak adil.

****

Studio tinju yang didirikan insung beberapa tahun lalu menjadi tempat seo joon ,Minhyun juga myungsoo menyalurkan hobby mereka bergulat dengan sasak tinju atau satu sama lain. hobby yang kadang membuat sang ibu mengeluh karena tak jarang seo joon kembali dengan wajah tak karuan.

Sooji memilih tinggal di kafe lantai satu  kebetulan kafe dan studio tinju milik Insung berada  dalam bangunan yang sama,sementara seo joon dan Minhyun yang mereka temui tadi pergi lebih dulu ke lantai 3.

Minumannya masih penuh sooji baru saja memesan setalah kembali dari satu penatu yang tidak jauh dari kafe yang ia tempati, tentu saja seo joon tidak mengetahuinya itu akan menjadi masalah besar karena baju yang baru saja ia antarkan adalah milik jackson musuh bebuyutan sang kakak.

Myungsoo yang baru saja turun dari mobilnya setelah memarkirkannya di depan bangunan tidak terkejut sama sekali saat mendapati sooji yang duduk sendirian di kafe yang kebetulan memiliki dinding kaca sehingga orang-orang dari luar dapat memperhatikan, seo joon sudah mengabarinya lebih dulu, tidak langsung menuju studio di lantai tiga myungsoo bergerak mendorong pintu kafe bunyi lonceng kecil diatas pintu tedengar, ucapan selamat datang yang dilayangkan pelayan kafe dibalas myungsoo dengan senyuman kecil namun gadis yang menjadi alasannya memasuki kafe ini sepertinya tidak menyadarinya karena terlalu fokus dengan sketsa yang myungsoo sangat hapal dan melihatnya membuat myungsoo tersenyum geli.

"tuk-tuk...." tangan kekar itu..namun sepertinya sangat halus akan sangat menyenangkan apabila tangan yang terkepal itu melingkupi tangannya. terlalu  berlebihan jika sooji katakan ia bisa mengenal sosok yang mengetuk mejanya hanya dari tangan yang masih bertengger di mejanya bahkan aroma khas pria itu langsung berebut masuk ke indra penciumannnya mengirim sinyal pada otaknya bahwa sosok itu adalah seseorang yang ia kenal. sooji yang awalanya hanya membolak- balik sktetsanya mendongak. matanya langsung berlabuh seolah ada gravitasi yang menarik dirinya saat mendapati mata tajam milik pria yang membuat nya diam-diam terus mengirimkan doa-doa kasih sayang.sooji tidak bisa tidak tersenyum  mendapati sosok myungsoo yang menatapnya hangat keduanya  saling menyunggingkan senyuman mewakili perasaan diam-diam yang terpupuk.

****

bersambung....

LAVENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang