Bab 14 (Terlalu pekat)

38 8 0
                                    

Malam itu dengan langit yang tanpak kelam kehidupan keduanya berlanjut dengan luka yang telah diukir pekat.

*****

Media ramai dengan pemberitaan kecelakaan yang dialami keluarga Bae pemilik perusahan arsitektur terkemuka (BS Company), sekretaris park Insung terlihat sibuk menerima penghormatan dari pelayat yang sebagian besar merupakan staf-staf dari perusahaan mereka. meski begitu terpukul melihat sahabat sekaligus orang yang sudah ia anggap sebagai ayah, pria paruh baya yang selalu bersama dengannya kini telah tiada, sekrtaris Park insung tidak bisa berlarut-larut karena ia harus mengurus segala hal yang menjadi tidak kondusif. untuk mempermudah pelayatan, insung menjadikan rumah sakit sebagai tempat penghormatan Ny Bae dan Tn Bae , semetara seo joon dan sooji belum juga sadar meski telah melewati masa kritisnya. 

*****

Seo joon bisa merasakannya sesaat setelah ia mendapatkan kesadarannya, bagaimana badannya terasa remuk, bahkan ia bisa menebak dengan cepat dimana ia sekarang berada bau ini terlalu khas, rumah sakit,kilasan ingatan tentang bagaimana kecelakaan itu terjadi membuatnya semakin yakin alasan dari keberadaannya disini, perlahan tangannya terangkat menyentuh perban di kepalanya dengan infus yang masih mengalir ditangannya, meski kesulitan seo joon mencoba bangkit, seketika ia tersentak, bagaiamana keadaan orang tuanya dan sooji, dan siapa yang membawanya kemari?, ia mencoba mencari handphonenya hendak menghubungi sekertaris park namun ia tidak tau dimana keberadaan benda itu sama sekali.

Suara pintu yang dibuka menyadarkan seo joon, melihat ke arah sekertaris park yang kini berdiri di depan pintu sedikit terkejut melihat seo joon yang sudah sadar segera Bergegas mendekati seo joon

"kau sudah sadar ?, ada yang sakit ?, biar aku panggilkan dokter?" park Insung menanyai seo joon dengan khawatir

"samchoon, dimana appa, eomma , dan sooji...?" seo joon tidak menjawab pertanyaan insung sama sekali,malah memilih menanyakan keadaan keluarganya. Insung terdiam beralih menatap mata seo joon yang melihatnya lekat menunggu jawaban.

"seo joonah" berujar lembut tidak ada yang bisa ia katakan,ingin menyembunyikan ini semua namun ia tidak benar-benar bisa melakukannya.

Seo joon bisa melihatnya bagaimana kesedihan dan perasaan kehilangan itu bertahan dalam mata Insung, seolah udara menipis degupan jantung seo joon seakan berhenti, ia tidak bisa merasakan badannya sendiri, ia ketakutan sampai ia tidak mampu untuk mengeluarkan pertanyaan dan kalimat lain dari mulutnya, ia berharap semuanya tidak seperti yang ia bayangkan, semoga ini hanya tebakannya dan tidak sepenuhnya benar.

"seo joonah, aku akan panggilkan dokter, tunggulah sebentar.." baru saja  park Insung berbalik hendak memanggilkan dokter

"samchoon?, hanya bawa aku bertemu mereka, ku mohon" seo joon berujar lirih suaranya tercekat , seketika bumi menghilangkan cahaya di sekitarnya menjadi terasa gelap, dan itu menyesakkan.

Hanya sisa beberapa orang lagi, tidak seramai sebelumnya.., akhirnya sekertaris park membawa seo joon ke tempat penghormatan dengan kursi roda, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya mata cerah itu terlihat redup bibir pucat seo joon memperlihatkan betapa kosongnya ia sekarang. Meski sudah dapat melihatnya tepat di depan matanya, bagaimana photo kedua orang tuanya diletakkan diantara bunga-bunga putih yang disusun rapi, ia masih tidak bisa mempercayainya sama sekali. Myungsoo dan Minhyun yang sedari awal sudah ada di tempat penghormatan membantu melayani tamu. Melihat kedatangan seo joon, keduanya perlahan mendekatinya.

Tepat di hadapan photo kedua orang tuanya, seo joon menundukkan kepalanya pelan, menggumamkan dalam hatinya sebentar lagi ia akan bangun dari mimpi buruk ini

"tidak apa-apa ini hanya mimpi..."

"tidak apa-apa.." 

"bae seojoon bangunlah..."

" Kumohon.. ,bangunlah..bangunlah...ku mohon" seo joon bergumam terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini hanya mimpi belaka, sampai tepukan pelan dipundaknya menyadarkannya

Myungsoo menepuk pundak seo joon pelan mencoba menyalurkan kekuatan, ia dan minhyun juga sangat terkejut mendengar kabar kecelakaan mobil mereka, sebab itu keduanya bergegas mendatangi seo joon, menatap sendu sahabatnya itu myungsoo terenyuh,seo joon adalah tipe anak yang periang seo joon  jarang bahkan hampir tidak pernah terlihat kusut  untuk pertama kalinya mereka melihat keadaan seo joon yang begitu terpuruk.

Lelehan airmata itu mengenai tangannya begitu deras, perlahan isakan pelan itu berubah menjadi tangisan keras yang pilu, ia terus bergumam memanggil kedua orang yang begitu disayanginya itu berharap keduanya akan kembali padanya.

"eomma, appa, je-jebalkumohon kembalilah, jangan seperti ini jebal"

Sooji menyaksikan semuanya dari luar tempat berduka, masih belum mendekati seo joon, ada rasa bersalah dan luka yang menahannya, saat ia tersadar ia berharap tuhan akan mengabulkan doanya, tapi sepertinya sooji harus menelan ludah pahitnya. Airmata tanpak mengalir di pipinya yang terlihat pucat masih dengan baju pasiennya.

Sekertaris park mengalihkan pandangannya dari seo joon mencoba menghalau air matanya sampai ia melihat sooji yang menatap kosong kearah mereka.

"sooji.." gumaman sekertaris park membuat myungsoo mengalihkan pandangannya menatap diam wajah cantik yang kini terlihat kehilangan cahayanya tidak jauh berbeda dengan sahabatnya.

Sooji mengambil sedikit keberaniannya yang tersisa, mencoba mendekati posisi seo joon yang berada disamping myungsoo.

Ketiganya hanya menatap sooji yang telah berlutut dihadapan seo joon, menyentuh tangan seo joon yang terkepal erat, mengalihkan pandangannya yang dari tadi terus menunduk, menemukan sooji dihadapannya, membuat seo joon menghentikan isakannya menatap sooji lekat yang kini mengeluarkan air matanya

"oppa..." sooji memanggil seo joon pelan berusaha mengontrol suaranya yang tercekat karena masih saja menangis

"ma-maafkan aku " hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut sooji sebelum ia mengeluarkan isakan pedihnya membuat seo joon kembali menetesakan air matanya, ia merasa bersyukur dengan adanya sooji di sisinya, tapi tetap saja ia masih merasa kehilangan

"a-aa-aku,aku berjanji tidak akan meninggalkan oppa, karena itu oppa kumohon, maafkan aku" tidak menahannya lagi sooji menangis keras membuat seo joon ikut menangis keduanya menangis dengan kepala tertunduk menyalurkan rasa sakit satu sama lain. Malam itu dengan langit yang tanpak kelam kehidupan keduanya berlanjut dengan luka yang telah diukir pekat.

****

bersambung......

LAVENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang