CCTV - 2. Taruhan Dua Karyawan

789 18 0
                                    

CCTV
2. Taruhan Dua Karyawan
- Esa Oentono -

Hari-hari berlalu dan gue dapati kosan gue ini sudah bertambah penghuninya dua orang. Masih ada tiga kamar lagi tersisa. Gue pun melihat usaha car wash ini juga makin maju saja. Terbukti dari ada waktu-waktu dimana beberapa mobil yang siap mengantri menunggu giliran dicuci. Pada segi karyawan pun nampak tak ada yang berbuat onar, semua berjalan sangat mulus, minim masalah.

"Yus, lo coba cek kamar nomor 3 itu deh. Kok rasanya gue denger dia ngetok-ngetok tembok gitu. Jangan sampe dia beneran renov tuh kamar seenak jidat dia ya." Kata gue kepada Yusril saat meeting minggu kami terjadi.

"Masak sih ko? Ntar gue cek deh." Jawabnya ragu.
"Tapi kok ya kayak gak mungkin gitu lo ko. Soalnya penghuni kamar nomor 3 itu kayak. Hmmm apa ya ngomongnya?" Mata gue dan Asman saling menatap Yusril.
"Kaya ngondek gitu ko. Kayak cewek lah. Masak ya dia ngetok-ngetok masang sesuatu di tembok?"

Asman tertawa sangat kencang mendengar ucapan Yusril, sedang gue hanya geleng-geleng kepala aja.
"Ya mau dia ngondek kek, apa kek, kalo cuma ngetok paku pake palu juga semua orang gue rasa bisa kali Yus." Kata gue.
"Cek ya ntar, minta masuk aja ke kamarnya. Ngomong sudah ada di perjanjian awal gitu kita boleh buat cek kamar berkala."

"Tapi gue ga yakin ko, cuma ya udah ntar gue cek deh." Jawab Yusril.
"Tapi beneran ini ko, Man. Dia itu putih mulus gitu, kurus kayak cewek gitu lo penampilannya." Kali ini Yusril menatap ke arah gue.
"Putih kaya ko Esa."

"Itu karena dia Cina, Yusril. Atau mungkin emang kulitnya aja putih." Balas gue. Bukannya marah atau apa, malah gue merasa jika Yusril ini ada tendensi juga dan rasa-rasanya bisa digoda.

"Ngerti ko. Ga maksud ya gue ini. Cuma emang... Gitulaahh. Malah kadang gue ngerasa dia kayak ngeliatin gue mulu. Demen kali ya sama gue?"

"Bisa jadi tuh. Gas aja lah Yus, lumayan dapet ngentot gratis kan? Hahaha!" Asman menanggapi cerita Yusril.

"Enak aja. Gue masih normal tau."

"Loh, lo ngentotin dia juga bukan berarti lo homo kan?" Asman lalu memajukan wajahnya, seolah ingin berkata sesuatu rahasia.
"Nih ya, gue cerita ke koko sama lo nih. Gue pernah dulu ngentot cowok. Anjing!! Enak banget!"
"Sepongannya jauh lebih enak, bokongnya lebih ngejepit, servisnya jauh lebih oke. Lebih binal aja cowok dibanding cewek, apalagi pas tahu kontol gede gue ini." Gue menelan ludah mendengar cerita Asman yang sangat vulgar. Makin-makin saja gue yakin untuk menggoda Asman sebentar lagi.

Ceritanya begitu detil membuat kontol gue tak kuasa menegang memberontak di balik celana. Dan setelah Asman selesai bercerita demikian, ia malah menyunggingkan senyum sambil berkata.
"Kalian semua pasti ngaceng kan denger cerita gue? Hahahaha!"

Gue langsung mundur menyender di kursi, sedang Yusril mulai mengolok Yusril.
"Tenang aja, gue juga ngaceng ini. Gue emang baru coba beberapa kali sama tu cowok, tapi harus gue akui emang sensasinya beda, jauh lebih enak."
"Dan lo juga ga perlu takut jadi homo, buktinya gue udah nikah juga? Punya anak dua lagi di kampung." Tegas Asman.

"Lo aja sono kalo mau ngicip tuh orang. Gue mah ogah." Yusril terus menolak.

"Kalo ada kesempatan boleh lah, toh cowok ini putih bersih, mulus gitu kan? Gue yakin enak tuh bokongnya gue entot." Tawa Asman dan kini pandangannya beralih ke gue.
"Hahaha, Yus liat si koko, Yus. Dia udah sange banget kayakyna."

Gue memang sudah sangat sange, terangsang sebab membayangkan betapa kasarnya permainan Asman jika nanti ia mengentoti lobang gue. Bisa-bisa gue dibuatnya tak bisa berjalan oleh kontolnya itu.
"Anjing lo emang Man. Udah fokus-fokus lanjut lagi bahas kerjaan." Kata gue mengelak.

CCTVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang