CCTV - 11. Rencana Terselubung (Penjualan Rahasia)

282 5 0
                                    

CCTV
11. Rencana Terselubung (Penjualan Rahasia)
- Esa Oentono -

Siapa lagi sekarang yang belum gue nikmati? Seluruh karyawan gue, sudah. Penghuni kosan gue, sudah juga. Walau bisa dibilang gue hanya tertarik pada Kenny dan Jedi, secara lima penghuni lain gue sama sekali tidak ada rasa untuk mendekati mereka secara lebih (tidak terhitung Tomo karena ia adalah pesaing gue sesama bottom).

Gue masih tertidur di kamar, baru saja bangun sekitar 20 menit yang lalu. Mata gue menatap langit-langit, masih memikirkan tentang semua hal yang telah terjadi beberapa bulan terakhir. Tetap saja gue tak percaya dengan seluruh kejadian ini.
Mendapatkan uang melimpah hasil dari jackpot di luar negeri, membangun dua usaha sekaligus, merekrut karyawan-karyawan yang semua adalah laki-laki tipe gue, dan terakhir bisa mendapatkan keperkasaan dan kejantanan mereka, bahkan mereka yang kini seolah ketagihan dengan melakukannya kepada gue.

Sekarang gue tak tahu lagi harus bagaimana. Setiap pagi gue selalu terbangun dengan senyuman melihat apa yang gue alami kemarin atau apa yang akan gue jalani nanti. Tiada hari pastinya tanpa gue mendapatkan kenikmatan birahi dari mereka-mereka ini.

Contohnya saja, satu minggu yang lalu gue baru bermain bersama dua penghuni kosan yang tak kalah gagah dengan karyawan gue. Selanjutnya selama satu minggu penuh itu secara rutin dan pasti gue digilir oleh mereka-mereka sang karyawan gue juga kedua penghuni kosan.

"Aahh anjiing mas.. Tau gitu gue dari duluu ikutan lo-lo pada ngentotin bos CIna lo ini ya." Kata Kenny dengan nafas ngos-ngosan. Ia baru saja menumpahkan pejuhnya ke dalam lobang gue kala itu dan kemudian disusul oleh Yusril melanjutkan menggenjot lobang gue.

"Ssshhh manaa gue tauu juga mass.. Aahhh yang penting mas Kenny sekaraang udah tauu kan. Udah bisaa ngikut ngentotinn Cinaa ini." Balas Yusril.

Di dalam kamar Yusril siang hari saat itu, gue menungging bergaya anjing menikmati entotan Yusril yang kencang sembari mendengarkan percakapan mereka.
Tak sampai disana saja, tentunya karyawan car wash gue yang lain juga meminta jatahnya kapanpun mereka menghendaki. Kadang digunakannya kamar Yusril, ruangan mess, bahkan saat subuh dini hari pun tepat di area cuci mobil ini gue di telanjangi dan dientot oleh beberapa karyawan car wash gue yang mana paling sering melakukannya adalah Ijong.

Sambil membayangkan apa yang gue alami saja sukses membuat kontol ini tegang walau sudah diperas bertubi-tubi setiap hari. Walau badan lelah seperti sedang berolahraga ketika selesai bercinta, namun semua terbayar lunas dengan apa yang gue rasakan.

Kali ini gue bangkit dari kasur. Gue ambil laptop dan membukanya, melihat kembali tentang history yang terekam oleh kamera cctv. Menyaksikan betapa gilanya permainan gue sendiri dengan mereka-mereka ini. Dimana pun, saat apapun, gue benar-benar tak menyangka mendapati diri gue seliar itu.

Ada kejadian dimana gue dikelilingi oleh karyawan car wash gue itu. Wajah mereka samar tak tertangkap begitu jelas di cctv. Gue berjongkok di bawah mereka, diantara empat orang dimana tangan gue sudah meraba kasar ke badan-badan telanjang itu.

Gue ingat betul dengan apa yang sedang gue saksikan di layar laptop. Berlutut di atas kasur yang entah kenapa sudah nampak kusam tanpa sprei. Seolah bisa mencium baunya, aroma kasur dan ruangan mess itu begitu khas. Apalagi kalau bukan campuran keringat dan pejuh kering?
Dari sudut atas kamera merekam itu gue perhatikan makin lekat ke layar. Gue yang kini sudah menghisap kontol, dengan kedua tangan meraih kontol terdekat dari sana untuk mulai mengocoknya.

—————

Saat sedang asyik-asyiknya mengocok kontol sembari menonton hasil rekaman, terdengar suara pintu kamar gue terketuk. Siang-siang seperti ini, rasanya hampir tak mungkin jika orang ini adalah karyawan gue. Gue memakai kaos dan celana, menutup laptop, dan membuka pintu kamar untuk menemukan Jay berdiri disana.

"Oohh Jay? Ngapain disini? Bukannya lo masih lagi di Vietnam?" Tanya gue dengan wajah bingung.

"Udah balik tadi pagi, gue buru-buru langsung kesini." Jay tersenyum lebar, senyuman yang biasanya berarti bahwa ia sedang merencanakan sesuatu.
"Ikut gue, ada yang mau gue kasih ke lo." Jay menarik tangan gue keluar.

"Gue belum mandi woi, gue baru aja bangun ini."

"Ya udah gue tungguin, buru gih mandi." Jay lalu turun ke bawah menghampiri Yusril dan Asman yang sedang duduk di common area kosan.

Gue hanya menatap aneh pada Jay yang bertindak demikian. Buru-buru gue mandi dan beberes diri. Biasanya jika Jay yang mengajak keluar seringkali ia akan membawa gue ke tempat-tempat elite area orang-orang kaya berkumpul, tentu gue tak mau mengecewakan atau memalukan dirinya dengan berpenampilan kurang pantas bukan?

Benar saja, Jay membawa gue ke sebuah restoran mewah yang rasanya gue sendiri tak pernah sadar ada restoran seperti ini. Melihat buku menu aja gue nyaris berteriak, tak ada menu makanan yang harganya di bawah seratus ribu rupiah. Tempat yang mungkin tak akan pernah gue datangi jika bukan Jay yang mengajak.

"Woi, lo mau ngapain sih tiba-tiba bawa gue ke tempat kaya ginian?" Tanya gue setelah kami selesai memesan.

"Ngajakin lo nongkrong aja, kan mumpung gue lagi balik nih ya masa gue ga ada cabut bareng sama lo sih." Senyumnya masih aneh.

"Bohong banget, gue tahu senyum lo ini senyum penuh arti ya. Pasti ada sesuatu yang lo mau dari gue kan?"

"Hahahaha! Esa-Esa! Emang lo tau bener tentang gue ya? Tapi sayangnya gue ga banyak tau tentang lo."

Gue tersentak mendengar jawaban Jay. Belum sempat membalas Jay, makanan dan minuman yang kami pesan keburu datang. Jay lalu menyuruh gue menyantap makanan di atas meja ini sebelum melanjutkan perbincangan, ia memang tidak suka berbincang-bincang ketika sedang makan.

Makanan milik gue sudah habis lebih dulu dan kini gue lihat Jay baru saja meletakan sendok garpunya. Dan lagi-lagi, baru saja gue mau berkata gue lihat tiga orang berseragam hitam menghampiri meja kami, berdiri tepat di ujung meja.

"Ko Jay, ko Esa." Sapa seseorang yang berada di depan. Wajahnya terlihat cukup familiar.
Tapi tunggu dulu, dari mana pria ini tahu nama gue?

"Oh bang Reksa, tepat banget udah dateng. Ayo langsung aja kita kesana." Senyum Jay berdiri.

Reksa? Reksa... Reksa? Bang Reksa?
Gue yang sadar segera berdiri panik sambil menoleh ke arah Jay. Mata gue melihat Jay yang menyunggingkan senyum seraya ia berjalan mengikuti bang Reksa keluar dari area meja. Tiba-tiba saja kedua tangan pria pendamping bang Reksa ini langsung memegang tangan gue, aksi kami menjadi tontonan para pengunjung berjas dan bergaun disana.

*****

Terimakasih atas dukungan kalian selama ini! Melalui pesan pendek disini, Author ingin menyampaikan rasa bahagia Author atas antusiasme dari para pembaca setia semua. Oleh karena itu, Author akan terus berkarya demi memberikan kepuasan bagi kalian semua melalui cerita-cerita yang Author lahirkan.

Semoga dari cerita-cerita Author seluruhnya bisa membuat kalian terbawa oleh suasana dan tentunya kalian bisa selalu Coli dengan puas hingga tenaga terkuras!

Kisah lengkap "CCTV" kini dapat kalian akses melalui https://karyakarsa.com/deansius

https://linktr.ee/rgdeansius

Begitu pula dengan kisah lain milik Author seperti "Keluarga Berbeda" ; "Para Pejantan" ; "Ero-Mantica" ; "Para Pejantan II" ; "Terapi 'Kejantanan'" ; "Laki-Laki Perkasa" ; "Pemijat Sensasional" ; "Top Series #1 - InterSext" ; "Bot Series #1 - Petualangan Anak Kembar" ; "Vers Series #1 - Petualangan Anak Kembar" ; "Bot Series #2 - Desahan penuh Desahan" ; "Perjalanan Birahi" ; "Menduduki Raga Pria" ; "Keluarga Berbeda II" ; "Gairah Kosan Lelaki" ; "B Chi Hyper" ; "Para Pejantan III" ; "Scandal Dua Sahabat Chinese" ; "Tersesat" ; "Fun World" ; "Succubus" ; "Sang Pri-Cin" ; "Keturunan Genetik"dapat kalian akses di situs karyakarsa milik Author.

Untuk cerita lengkap dan update terbaru dalam kisah ini dapat anda baca dan nikmati di sana.

Terimakasih dan selamat membaca!

Regards,

RG Deansius

CCTVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang