Seminggu berlalu sejak kejadian aku mengobrol dengan Haris di koridor sekolah. Dan sejak saat itu banyak sekali kabar yang mengatakan bahwa Haris dengan Renata putus. Wajar, kabarnya sampai seramai itu mengingat Haris maupun Renata memang sepopuler itu. Namun yang terus menganggu pikiranku akhir-akhir ini, beberapa orang mengatakan bahwa kandasnya hubungan mereka adalah karena adanya aku.
Sebenarnya aku tidak masalah soal itu. Toh, sudah biasa aku dibicarakan seperti itu setiap Haris memiliki pacar. Hanya saja, empat hari terakhir ini, Haris seakan menjauhiku. Aku sempat beberapa kali bertemu dengannya di sekolah. Tapi dia seolah menghindar dariku.
Dan saat ini aku sedang berjalan menuju kelasnya. Saat bel istirahat berbunyi aku berniat segera menemuinya. Namun, saat sampai di kelasnya aku tidak menemukan Haris. Hanya ada beberapa siswi dan—Raja.
Laki-laki itu melirikku. "Nyari Haris? dia di tongkrongannya. Tapi saran gue lo jangan kesana." aku tidak menjawabnya. Kuputar tubuhku untuk segera menemui Haris, tidak peduli dengan apa yang mantan ketua OSIS itu katakan. Aku harus segera meminta penjelasan Haris kenapa dia menjauhiku sampai sekarang.
Aku berjalan cepat menuju tempat tongkrongan Haris. Ya, aku mengetahui tempat itu. Aku sempat beberapa kali diajak Haris ke tempat itu, yang merupakan sebuah bangunan kecil di belakang sekolah yang biasa ia jadikan tempat nongkrong bersama teman temamnya. Hingga saat sampai di pintu bangunan tersebut, aku berhenti sejenak. Kulihat pintunya terbuka sedikit. Lalu kubuka lebih lebar. Dan disana,
Dihadapanku, kulihat Haris. Tengah duduk berhadapan dengan seorang gadis dalam satu kursi kayu panjang. Dia adalah Renata. Namun saat itu hatiku rasanya seperti teremas. Karena untuk pertama kalinya aku melihat Haris tengah memejamkan matanya, dengan bibir tertaut dengan gadis dihadapannya.
Tak seperti Haris yang terlihat begitu mendalami apa yg tengah ia lakukan, Renata justru sadar akan kehadiranku. Dia sempat melirik ke arahku dan tersenyum. Setelah selesai, aku bisa melihat Haris menatap Renata dengan dalam. "Jangan tinggalin aku. Aku sayang sama kamu, Re." ucapnya. Renata tersenyum lalu mengangguk.
"Udah gue bilang, jangan kesini."
Aku tidak peduli dengan suara di belakangku. Aku hanya...
Sakit.
Hingga rasanya aku tidak bisa menahan air mataku. Namun laki-laki di belakangku justru menarik pergelangan tanganku menjauh. Entah dia ingin membawaku kemana, rasanya aku tidak peduli.
***
Saat ini aku berada di sebuah warung yang terletak di sebrang sekolahku. Raja, laki-laki itu yang membawaku. "Gak usah nangis, malu udah gede." aku menatap laki-laki itu tajam. Sebenarnya aku kesal karena dengan seenaknya dia menarikku hingga berada di tempat ini.
"Jauhi semua yang nyakitin lo."
"Kenapa mau pusing pusing ngurusin aku?"
Raja terkekeh, lalu terdiam. "Haris itu bego. Dia lebih milih cewe lain dibanding lo. Sementara gue mau nyenengin lo gak dibolehin." ucapnya kemudian.
Aku menyernyit bingung. “Maksudnya?" tanyaku.
***
"Gue udah bilang jangan pernah deketin Laras."
Raja yang tengah duduk di bangku kelasnya sambil membaca buku, menoleh. Haris. Laki-laki itu tengah menatapnya dengan penuh emosi. "Lo merasa kalah, karena Renata lebih milih gue? Dan sekarang lo mau bales dengan deketin Laras?"
Raja tertawa. "Kalo iya emang kenapa?." ucapnya tenang.
Haris semakin emosi. Ia menarik kerah seragam Raja, hingga laki-laki itu berhasil berdiri. Aksinya bahkan berhasil membuat beberapa perempuan di kelasnya menjerit terkejut. Beberapa teman laki-lakinya menghampiri untuk memisahkan.
"Apaan woy! Ada masalah kalian?!" teriak Aksara salah satu teman mereka. "Ngomong baik-baik! Jangan kayak gini!" teriaknya.
Mendengar itu, Haris segera pelepaskan tarikannya dari kerah Raja, sembari mendorongnya kesal. "Gue gak akan biarin Laras sama cowo kayak lo!" ucapnya.
"Kenapa?" tanya Raja, masih dengan nada yang santai. "Emang gue kenapa? Lo merasa lebih baik dari gue? Lo perasa lo udah jagain Laras dengan baik? Jangan merasa begitu kalo lo aja gak tau gimana perasaan dia."
Haris terdiam setelahnya. Raja berjalan mendekat. "Dan lagipula gue gak pernah merasa gue kalah karena Renata lebih milih lo. Lo yang tiba-tiba jauhin gue dan pertemanan kita karena lo sendiri merasa udah ngerebut Renata."
"Ris, lo gak inget gimana pertemanan kita dulu? Dan lo rusak itu cuma gara-gara cewek. Satu lagi. Lo nyakitin Laras, Ris. Dia suka sama lo, dan lo gak pernah sadar itu." ucap Raja kemudian pergi meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Haris [Selesai]
Teen FictionUntuk Haris, Terima kasih sudah hadir. Berkat kamu, aku tahu rasanya mencintai begitu dalam. Tanpa dicintai kembali.