Chris menghentakkan kakinya dalam ritme yang konstan. Suara sol sepatu yang beradu dengan lantai kayu menciptakan irama yang menjadi temannya. Dia duduk sendirian di ruang tamu di pondok Hyunjin. Hyunjin si pemilik pondok itu sibuk menyiapkan teh untuknya. Chris hanya diam, bingung harus melakukan apa. Jadi dia mulai memperhatikan ruangan yang ditempatinya itu. Tidak ada yang menarik dari interior ruangan itu. Oh! Sebuah lukisan sedikit menarik perhatiannya. Seorang wanita dengan rambut putih panjang, dengan dahi bertanda bulan sabit, harusnya itu adalah lukisan Moon Goddes.
Tuk!
Suara itu memutus perhatian Chris pada lukisan tadi. Ternyata itu adalah Hyunjin yang datang meletakkan nampan berisi dua cangkir teh panas dan sepiring kue kering. Chris memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan Hyunjin, hingga detail terkecil tak luput dari pandangan Chris. Hingga pada saat Hyunjin duduk tepat di sebelahnya, hingga lengan Hyunjin yang secara tidak sengaja bergesekkan dengan lengan miliknya. Chris terkejut setengah mati, dia hampir menggigit lidahnya sendiri.
Demi Dewi Bulan yang Agung! Kenapa Hyunjin duduk di sampingnya?! Selain kursi panjang yang Chris gunakan, masih ada dua kursi lain yang kosong, dan kenapa Hyunjin tidak menggunakan satu dari dua kursi itu? Dan, sungguh ruangan ini sudah penuh dengan pheromone Hyunjin, ditambah Hyunjin sendiri yang berada begitu dekat dengannya sekarang ini, pheromonenya makin tercium pekat. Chris bersumpah, pheromone Hyunjin ini, dia pasti sengaja membuatnya menjadi lebih menggoda.
"Chris apa kau merasa tidak nyaman?"
Hyunjin bertanya karena melihat Chris yang terlihat sangat gelisah dalam duduknya. Chris terkejut, dia gelagapan. Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan pertanyaan dari Hyunjin. Tapi Hyunjin bertanya dengan wajah yang begitu dekat wajah Chris, begitu dekat dengan hanya menyisakan jarak sejengkal tangan. Wajah polos Hyunjin itu sungguh membuat Chris frustrasi, tidak sadarkah Hyunjin jika dia bertingkah seperti sedang menggoda Chris?! Chris tidak kuat, tubuhnya refleks membawa tangannya mengangkat cangkir teh yang isinya masih panas, meminumnya.
"Chris tehnya masih pa....nas"
Terlambat.
"Ugh! Hah...hah, tsial- lidhah khu,"
Hyunjin cekatan meraih cangkir teh yang hampir dijatuhkan oleh Chris. Hyunjin meraih kepala Chris, menangkup kedua sisinya.
"Lidahmu! Biarkan aku melihatnya"
Chris menurut, mengeluarkan lidahnya sekarang ini terasa begitu perih. Hyunjin dengan teliti memeriksa lidah Chris. Apakah benda lunak itu terluka cukup serius? Dahinya mengerut. Hal itu tak luput dari penglihatan Chris. Chris perhatikan baik-baik wajah Hyunjin yang berada begitu dekat dengan wajahnya. Alis tebal Hyunjin, menggaris runcing. Iris jelaganya yang indah itu, bulu matanya yang lentik, juga bibir penuh Hyunjin yang memberengut lucu. Semua itu diperhatikan Chris dengan cermat, mengukir setiap lekuk wajah indah itu dalam ingatannya.
"Tidak ada luka yang serius. Rasa sakitnya akan hilang sebentar lagi..."
Oh, pandangan mereka bertemu. Keduanya saling mengunci pandangan. Jemari Chris entah sejak kapan sudah membelai helai rambut Hyunjin. Merapikan anak rambut yang jatuh menutupi mata hitam Hyunjin.
"Hyunjin, apa boleh aku mencium bibirmu?"
Tanpa melepas pandangan, Chris bertanya dengan lembut. Chris bisa melihat dengan jelas bagaimana pipi Hyunjin yang kembali bersemu. Irisnya bergetar, kehilangan fokus.
"Bolehkah?"
Chris bertanya sekali lagi. Hyunjin yang tadinya mematung pun ragu-ragu mengangguk sebagai balasan. Chris yang sudah diberi ijin pun bergerak. Hyunjin memejamkan matanya saat wajah Chris perlahan mendekat. Bibir keduanya saling menempel selama beberapa saat, hingga Chris menarik diri. Hyunjin membuka matanya. Pipinya tambah memerah. Tatapan Hyunjin berubah, menginginkan lebih dari sapuan ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[On Going] ROSE | Chanjin
Hombres Lobo"Semoga takdir mengembalikan kita, Luna" Kala itu takdir memisahkan keduanya. Tapi Chris masih bergantung pada takdir, masih mengharap pada garis yang dibuat penciptanya agar dia bisa kembali bersama kekasihnya. "Kita akan bersama lagi, tidak peduli...