Chapter 8

104K 5.7K 31
                                    

Ayra tengah termenung di dapur ketika bunyi bel terdengar dan membuatnya langsung menoleh. Kernyitan di keningnya terlihat dan Ayra berpikir sejenak.

Ia tidak merasa tengah menunggu sesuatu. Kecuali perutnya yang tengah menunggu untuk di isi.

Ini adalah akhir Minggu dan Ayra memilih berada di rumah. Bergelung di balik selimut dan tidur. Bahkan ia sampai melewatkan makan siang dan lebih memilih tidur.

Ayra sendiri tidak tau kenapa dirinya menjadi sangat mengantuk dan lebih suka bergelung di balik selimut. Daripada harus menonton televisi seperti biasanya.

Dengan menguap pelan Ayra berjalan menuju pintu ketika suara bel terdengar untuk ke dua kalinya.

Di apartemennya yang mungil ini. Ayra jarang sekali menerima tamu, kecuali Abel. Dia beberapa kali menginap di sini.

Saat pintunya terbuka kernyitan kening Ayra langsung terlihat. Ketika menatap sosok Gideon yang berdiri di depan apartemennya dengan wajah datarnya.

Apa yang dilakukan pria itu ?

"Kenapa kau di sini ?" Pertanyaan itu meluncur dari mulut Ayra dan membuat alis Gideon terangkat sebelah.

Pria itu melangkah maju dan mendesak masuk. Membuat Ayra mau tidak mau memundurkan tubuhnya. Membiarkan pria itu masuk ke dalam apartemennya seolah pria itu adalah pemilik apartemen ini.

"Akukan berbicara padamu" ucap Ayra dengan menutup pintu di belakangnya.

Berjalan mengikuti Gideon seolah pria itulah pemilik apartemen ini! Padahal ini adalah Teritorial Ayra dan seharusnya pria itu tak seenaknya masuk.

Mungkin kemarin ia membiarkan Gideon datang tetapi tidak kali ini. Akhir Minggu adalah harinya dan waktunya untuk beristirahat.

Namun jika Gideon berada di sini. Akhir minggunya akan kacau dan tak sejalan sesuai rencana.

Pria itu menaruh bingkisan yang di bawa sejak tadi. Menaruhnya di sana dan terlihat sibuk mengeluarkan beberapa bungkus makanan.

"Apa kau sudah makan ?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Gideon yang langsung di sambut oleh bunyi perut Ayra yang berbunyi.

Perut sialan! Bagaimana bisa ia memperlakukan Ayra di hadapan Gideon. Seolah mengadu jika belum di beri makan.

Gideon bahkan tengah menatapnya dengan kernyitan keningnya.

"Kau belum makan ?" Tanya Gideon langsung dan Ayra menyengir tanpa sadar.

Untuk mengelak saja ia tak bisa!

"Kau hamil dan kau mengabaikan jam makanmu ? Kau serius ?" Ayra langsung mengangkat tangannya dan menggeleng.

"Aku tertidur sejak siang dan melewatkan makan siang. Bukan karena mengabaikan, aku ketiduran" tekan Ayra yang membuat Gideon menyipitkan matanya.

"Dengar, Ayra. Anak yang kau kandung adalah anakku dan kurasa kau harus mulai memperhatikan makananmu. Mulai besok akan ada koki khusus yang ada datang dan memasakkan makanan untukmu"

Ayra menggelengkan kepalanya cepat dan hendak berjalan mendekati pria itu. Menyerukan protesannya tetapi nyatanya mulutnya langsung terbungkam.

Ketika Gideon menatapnya tajam dan tak terbantahkan.

"Tidak ada bantahan. Bayi Kita harus diprioritaskan" perintah Gideon yang membuat Ayra terdiam.

Bayi Kita!

Sialan! Bahkan Ayra sendiri tidak pernah memikirkan akan memanggil janin yang dikandungnya dengan sebutan 'Bayi Kita' ataupun 'Bayinya dan Gideon'

Scandal of BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang