Chapter 19

80.4K 4.6K 36
                                    

Semoga di Malam Natal dan Tahun Baru ini kamu merasakan semua cinta dan kegembiraan!

Selamat Natal dan Tahun Baru untuk semuanya

Jangan lupa vote dan comment ya

Goalsnya mau namatin cerita ini baru lanjut Sayangnya sayang ya

So ditunggu...

Big luv, Ififah75

*-*-*

Ayra membuka matanya ketika merasakan selimut yang dirapatkan ke tubuhnya. Belum lagi pelukan lembut membungkus tubuhnya saat ini.

Untuk beberapa saat Ayra mengerjapkan matanya dan membukanya secara perlahan. Tatapan matanya langsung bersitatap dengan sosok pria yang sudah bangun terlebih dahulu.

Senyuman Gideon mengembang dan pria itu mengusap lembut lengan Ayra dari luar selimut.

"Good morning, dear"

Kesadaran seketika menghampiri Ayra dan membuatnya langsung menarik diri dari Gideon. Kilasan tentang pesan di ponsel Gideon membuat Ayra tersadar.

Belum lagi Gideon memang benar-benar pergi. Selama semalaman Ayra berusaha berpikir jika Gideon tidak pergi menemui perempuan bernama Agnes itu.

Hanya saja otaknya seolah mengatakan jika ia terlalu berpikiran positif akan membunuhnya secara perlahan.

Pria ini memiliki hubungan dengan perempuan lain

Rasa panas terasa di mata Ayra dan hal itu membuat Ayra langsung menarik diri. Memilih mendudukkan tubuhnya dan membuat Gideon menatapnya dengan tatapan bingung.

"Kau merasa mual ?" Pertanyaan Gideon membuat Ayra terdiam sebelum menggelengkan kepalanya.

Gideon mengikutinya untuk duduk dan pria itu merangkul pundaknya lembut. Memaksanya untuk menghadap pria itu.

"Kau terlihat terkejut. Ada apa ?" Tanya Gideon lagi yang membuat Ayra menatap Lamat suaminya itu.

Gideon terlihat... Habis bangun tidur.

Pria itu bahkan menggunakan piyama semalam yang dikenakan pria itu sebelumnya. Ayra terdiam beberapa saat.

Ia menyakinkan diri jika kejadian semalam adalah nyata bukannya mimpi yang datang karena ia merasa parno tentang hubungan mereka.

Kau tidak memiliki hubungan yang lebih dengannya, Ayra. Hanya karena keterpaksaan dan kewajiban saja.

Ayra berusaha menekan rasa sakitnya dan menatap Gideon yang terlihat benar-benar bingung menatapnya.

"Aku baik-baik saja. Aku hanya lapar" ucap Ayra dan Gideon terlihat seolah tak percaya.

Namun pria itu menganggukkan kepalanya dan mengusap pipi Ayra lembut. Sebelum menurunkan kakinya dan menggunakan sandal.

"Aku akan mandi dan menyiapkan sarapan selagi kau mandi, Dear. Tunggu sebentar" ucap Gideon dengan berlalu pergi menuju kamar mandi

Lidah Ayra keluh ketika menatap punggung Gideon yang berjalan menjauhinya. Sebelum hilang ditelan pintu kamar mandi.

Dengan refleks Ayra menolehkan kepalanya dan menemukan ponsel Gideon di atas nakas. Seperti biasanya dan seolah tidak ada yang aneh.

Ayra yakin dirinya tidak mimpi. Bahkan kedua matanya terasa bengkak karena tanpa sadar menangis Gideon sampai tengah malam.

Jam menunjukkan pukul satu malam ketika mata Ayra mulai berat dan tertidur setelah menangis beberapa jam.

Pada saat itu Gideon belum kembali seperti yang dilihatnya pagi ini.

Scandal of BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang