"Kenapa wajahmu memerah ?" Pertanyaan Gideon masuk ke dalam telinga Ayra yang membuat perempuan itu terlonjak kaget.
Tatapan matanya langsung bertemu dengan sosok Gideon yang duduk berhadapan di depannya saat ini. Mereka berdua tengah makan malam dengan hidangan yang sudah dipersiapkan oleh beberapa pelayan.
Mereka tidak tetap di sini. Setelah menyajikan makan malam mereka akan kembali ke rumah mereka. Meninggalkan Ayra dan Gideon untuk makan malam dengan tenang.
Nanti pagi-pagi sekali akan ada pegawai yang datang dan membereskan semuanya hingga bersih.
Hanya ada Lyn yang menempati salah satu kamar pelayan di lantai bawah. Selebihnya mereka akan kembali ke rumah mereka masing-masing.
Sejak siang pikiran Ayra berubah menjadi perempuan mesum dan membuatnya merasa begitu malu.
Apalagi saat ini ia berhadapan dengan pelaku yang membuatnya seperti ini. Pesan singkat yang dikirimkan Gideon untuknya terus melintas dan mengganggunya.
Namun Ayra tak menyangka jika wajahnya akan memerah malu seperti murahan begini. Betapa malu dirinya berhadapan dengan Gideon saat ini!
Sialan!
"Ak... Aku tidak" ucap Ayra langsung dengan memegang kedua pipinya.
Gideon terlihat mengangkat sebelah alisnya yang membuat Ayra meneguk ludahnya dengan susah payah. Sebelum menggeleng dan menundukkan kepalanya.
Fokus dengan makanan suapan terakhir miliknya.
Suara Ayra memundurkan kursi miliknya membuat Gideon mengangkat pandangannya.
"Ehm... Aku sudah selesai" ucap Ayra dan Gideon menatapnya dengan tatapan tak suka.
"Aku belum" jawabnya yang membuat Ayra membuka mulutnya.
Namun langsung terkatup diam saat suara Gideon menyelanya terlebih dahulu.
"Suamimu belum selesai makan, Ayra. Tentu saja kau tidak mungkin pergi" tekan Gideon yang membuat Ayra terdiam sebelum mendudukkan tubuhnya patuh.
Gideon terlihat menatap Ayra lekat yang membuat Ayra merasa semakin gugup. Seharusnya pria itu tak menatapnya seperti itu.
Atau bahkan seharusnya Gideon segera memakan makanannya. Supaya Ayra bisa cepat kembali ke dalam kamarnya dan menyembunyikan diri.
Ayra bahkan tidak yakin dengan dirinya sendiri akan kuat berada satu ruangan dengan Gideon seperti ini.
Pria itu terlalu mengintimidasi.
"Apakah ada yang salah ?" Suara Gideon terdengar dan Ayra menggelengkan kepalanya langsung.
Namun hal itu tentu saja tidak dipercaya oleh Gideon. Hanya saja pria itu memilih diam dan tak mengatakan apapun.
Mereka berdua menaiki tangga bersama dan Ayra merasakan aura di sekeliling mereka berubah. Entah itu hanya firasat Ayra saja atau memang itu yang terjadi.
Saat Ayra membuka pintu. Ia merasa ada yang mengikuti dan membuat Ayra menolehkan kepalanya. Benar saja Gideon ikut berdiri di belakangnya dan terlihat bingung saat Ayra menghentikan langkah.
"Kau mau kemana ?" Tanya Ayra langsung dan Gideon menatap lekat.
"Masuk ? Apa yang salah ?" Gideon menunjuk kamar Ayra.
"Ini kamarku, kau seharusnya tak kemari"
Gideon terlihat ingin membuka mulutnya sebelum sebuah senyuman muncul di sudut bibir pria itu.
Suaminya itu melangkahkan kaki mendekatinya dan membuat jantung Ayra berdebar keras.
"Tentu saja aku boleh kemari, Ayra. Aku suamimu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal of Billionaire
RomanceSiapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak perempuan yang berbondong-bondong untuk menghangatkan ranjang Pria itu. Namun tidak seperti pengusaha...