Chapter 18

84K 4.4K 40
                                    

"Jangan berpikir terlalu berat. Kita akan baik-baik saja"

Itu adalah respon yang diberikan Gideon ketika Ayra menanyakan. Bagaimana jika Ayra jatuh cinta pada pria itu.

Suara helaan napas Ayra terdengar yang cukup berat dengan pandangan matanya menatap kearah langit biru.

Hari ini Ayra memilih untuk bersantai di gazebo belakang rumah. Pikirannya melayang-layang dan tak mau berpikir tenang sejak tadi.

Jawaban Gideon benar-benar membuat nyali Ayra menciut. Nyatanya ia telah jatuh cinta pada pria itu tetapi respon yang diberikan Gideon menyatakan jika pria itu tak memiliki perasaan yang sama padanya.

C'mon, apa untungnya Gideon membalas perasaanmu ? Kau bahkan lupa alasan kalian menikah. Itu bukan karena cinta pandangan pertama

Hati jahatnya benar-benar berusaha membuatnya tersadar. Tetapi tetap saja dadanya masih merasa nyeri ketika mengingat semua yang terjadi antara mereka berdua.

Mereka akan memiliki anak dan bahkan tiap malam mereka berbagi kehangatan. Apa benar Gideon tidak memiliki sedikitpun perasaan padanya ?

Walaupun hanya secuil ?

Ayra menghela napas lagi dan mengusap perutnya lembut. Kali ini Ayra tidak tau harus melakukan apa. Jawaban yang diberikan Gideon dua hari lalu membuat Ayra secara refleks membatasi hubungan mereka.

Setiap malam Ayra memilih tidur terlebih dahulu sebelum Gideon masuk ke kamar mereka. Hal itu mencegah agar Gideon tidak mengajaknya untuk melakukan hal yang semakin mengikis hatinya.

Pria itu terlalu baik untuk membangunkannya tidur walaupun itu menyangkut kebutuhan Gideon sendiri.

Gideon hanya akan tidur dan memeluknya lembut. Tidak ada hal lain yang dilakukan pria itu kecuali tidur.

Ayra juga berusaha menghindari Gideon dengan cara bangun lebih siang. Membiarkan pria itu berangkat kerja sebelum Ayra terbangun.

Kemarin siang Ayra berbohong jika dirinya merasa sedikit pusing. Ia menyuruh Bob untuk mengantarkan makan siang milik Gideon.

Suaminya itu menelfon sebentar ketika mendengar keadaannya. Ayra menjawab jika kepalanya sedikit pusing dan sepertinya istirahat sebentar akan membuatnya lebih baik.

Awalnya Gideon memaksa untuk pulang dan mengantarkannya ke dokter. Namun Ayra langsung menolaknya dan mengatakan jika Lyn sudah merawatnya dengan baik.

Mau tidak mau Gideon mengalah dan membiarkan istirahat. Namun tidak hari ini, Ayra tidak mungkin beralasan lagi untuk mengantarkan makan siang Gideon.

Ia harus berangkat dan mengantarkan pada pria itu itu.

Sosok orang yang berdiri di belakang pintu belakang rumah membuat Ayra menoleh dan menemukan Lyn berdiri dengan paperbag di tangannya

Ini waktunya untuk mengantarkan makan siang suaminya.

*-*-*

"Kau sudah lebih baik ?" Pertanyaan itu adalah kalimat pertama yang dilemparkan Gideon saat Ayra baru saja masuk ke ruangannya

Pria itu berjalan mendekatinya dan merangkul pundaknya untuk menuju sofa ujung ruangan. Gideon membawanya untuk duduk dengan lembut dan menyesuaikan beberapa bantal di bagian pinggang

Hal itu membuat hati Ayra menghangat karena Gideon tau jika ruang gerak Ayra semakin minim. Serta tubuhnya sering kesakitan sejak usia kehamilannya semakin tua.

"Aku baik-baik saja" ucap Ayra ketika Gideon menatapnya Lamat menunggu jawaban.

"Kemarin kau sudah tidur ketika aku pulang dan aku tidak berani membangunkanmu untuk menanyakan keadaan. Apa kau merasa lelah ?" Ayra mengangguk dan menyerahkan paperbag.

"Aku tidak apa, Gideon. Itu wajar untuk usia kandunganku sekarang. Kau ingin makan siang sekarang ?"

Gideon menatap paperbag itu dan mengambilnya. Ayra kira pria itu akan membukanya seperti biasa. Tetapi Gideon malah menaruhnya di meja dan menarik Ayra ke dalam pelukannya.

Tubuh Ayra refleks menegang ketika pria itu memeluknya dengan lembut.

"Nanti saja, aku merindukanmu, dear" bisik Gideon di puncak kepalanya yang membuat Ayra menghela napas.

Sebelum mengulurkan tangannya dan memeluk pinggang suaminya. Menyandarkan kepala di dada Gideon yang membuat Ayra mampu mendengar detak jantung Gideon.

Memilih untuk membuang sementara beban pikirannya sekarang.

*-*-*

"Kau ingin makan lagi ?" Suara Gideon terdengar dan Ayra yang sedang menaruh tasnya di meja langsung menoleh.

Ayra menggelengkan kepalanya dan menguap pelan.

"Tidak, aku sudah kenyang. Aku mengantuk" jawabnya yang membuat Gideon mengangguk.

Mereka berdua berjalan menuju kamar dan Ayra langsung menuju kamar mandi. Ia akan membersihkan tubuh sebelum tidur.

Saat kembali ke kamar ia menemukan Gideon yang sudah berganti pakaian dan beranjak menuju ranjang.

Sepertinya pria itu juga akan istirahat lebih sore daripada biasanya. Ayra segera mengambil posisinya dan merebahkan tubuhnya.

Gideon juga menarik selimut untuknya sebelum mendekat kearah Ayra. Menariknya ke dalam pelukan dan bergumam pelan sebelum memejamkan mata.

Ayra yang memang sudah mengantuk sejak tadi langsung ikut memejamkan mata dan berharap segera tidur.

Dua puluh menit berlalu nyatanya Ayra tak kunjung masuk ke dunia mimpinya. Padahal matanya terasa berat dan sulit untuk terbuka.

Namun pikirannya masih berada di tempat ini. Saat Ayra hendak membuka matanya dan memilih menyerah memaksa tidur.

Tiba-tiba terdengar suara nada pesan masuk. Namun itu bukan dari ponselnya melainkan dari ponsel Gideon.

Pria itu melepaskan lengannya dan berbalik. Sepertinya melihat pesan yang masuk ke ponselnya. Ayra dapat merasakan tubuh Gideon tiba-tiba menegang.

Sebelum akhirnya pria itu memilih duduk dan beranjak dari ranjang. Rasa penasaran seketika menyerangnya dan membuat Ayra merasa berdebar karenanya.

Selama menikah dengan Gideon tidak pernah sekalipun Gideon akan membuka pesan masuk saat malam. Bahkan pernah sekali Ibu Gideon mengomel panjang kali lebar karena Gideon mengabaikan panggilannya saat malam hari.

Lalu siapa yang menghubunginya hari ini ? Bahkan Gideon sampai beranjak dari ranjang setelahnya.

Ayra membuka matanya dan tatapannya langsung tertuju pada ponsel Gideon yang diletakkan di nakas.

Dengan ragu Ayra menatap kearah pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Rasa penasaran menghantamnya lagi dan membuat Ayra tergerak untuk maju.

Tangannya dengan cepat mengambil ponsel Gideon dan membukanya. Hal itu bertepatan dengan sebuah pesan masuk yang membuat tubuhnya menegang.

'Aku hampir sampai di apartemen kita dulu'

- Agnes

Tubuhnya terasa panas dingin ketika membacanya dan Ayra memilih mengembalikan ponsel Gideon ke tempatnya.

Ayra kembali merebahkan kepalanya dan membelakangi posisi Gideon sebelumnya. Dengan tergesa Ayra langsung menutup matanya ketika Gideon membuka pintu kamar mandi.

Debar jantung Ayra berpacu dengan kencang dan pesan yang dibacanya tadi terus berputar di ingatannya.

Suara Gideon tak terdengar sama sekali sampai akhirnya Ayra mendengar Gideon mengambil ponselnya di nakas.

Hening yang begitu lama terdengar sebelum Ayra dapat merasakan kecupan di pipinya. Disusul dengan suara pintu kamar yang tertutup dengan perlahan.

Rasa panas seketika terasa menyengat ketika Ayra menyadari jika Gideon pergi.

*-*-*

Scandal of BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang