Chapter 12

95.7K 5K 11
                                    

"Kau seharusnya penuh perhatian! Mommy rasa kau terus memaksanya bukan ?" Omelan dari perempuan cantik di depannya ini terus terdengar.

Bahkan Gideon yang biasanya terlihat biasa saja dan cenderung dingin. Malah terlihat muak dan beberapa kali memutar matanya.

"Mom, memaksa apa sih ? Gideon nggak pernah paksa apapun" ucap Gideon yang mengundang tatapan tak percaya dari ibu kandungnya.

Sedangkan Ayra bagaikan penonton di tengah drama ibu dan anak ini. Dengan semangkuk sop ayam yang dibuatkan oleh Ibu mertuanya.

Ajaibnya perutnya terasa lebih baik dan bahkan tidak bergejolak lagi. Sop ayam ini benar-benar ampuh menghilangkan rasa mual yang tertinggal tadi.

Sejak ibu mertuanya datang. Gideon hanya diam dan hanya mampu mendengarkan semua omelan yang ditujukan padanya.

Begitupun sampai saat ini.

"Kalian pengantin baru. Mom jelas tau apa yang kau pikirkan saat melihat Ayra!" Sergah Ibu mertuanya yang sukses membuat kedua pipi Ayra memanas.

Sedangkan Gideon terlihat melebarkan matanya dan mengalihkan pandangan matanya. Sebelum berdehem dan menatap ibunya kembali.

"Mom..."

"Tidak! Mom tau kau sudah dewasa tapi kau tak seharusnya begitu. Ayra hamil dan kau tidak boleh memaksanya" ucap final ibu mertuanya yang membuat Gideon berdecak.

Tatapan mata Gideon terarah kearahnya yang membuat Ayra buru-buru menundukkan kepalanya.

Kedua pipinya memanas ketika memutar kembali ucapan ibu mertuanya yang frontal.

"Lihat! Tanya Ayra apa Gideon melak..." Tangan ibu mertuanya terangkat dan membuat Gideon seketika terbungkam.

Perempuan paruh baya itu membalikkan badannya dan menatap Ayra. Seolah-olah Gideon tak mengucapkan apapun sebelumnya.

"Apakah mualmu sudah reda ?" Suara ibu mertuanya terdengar dan Ayra tersenyum canggung.

Perempuan ini ramah. Oh bahkan sangat ramah dan hangat padanya! Hanya saja Ayra belum terbiasa dengan semua ini.

Seharusnya perempuan ini adalah termasuk bos di tempat kerjanya. Bukannya mertuanya! Hidupnya seperti drama! Tentu saja Ayra perlu menyesuaikan.

"Ehm... Ya, terima kasih, Mrs. Leviero" kernyitan di kening perempuan itu terlihat yang membuat Ayra langsung bungkam.

"Kau tak boleh memanggilku Mrs. Leviero. Aku ini ibumu sekarang. Panggil aku Mommy" ceriwisnya yang membuat Ayra tersenyum.

Sebelum menganggukkan kepalanya dan perempuan itu terlihat puas dengan kepatuhannya. Sedangkan Gideon masih terlihat tidak terima karena diabaikan begitu saja oleh ibunya.

"Saat aku mengandung Gideon. Aku sama sepertimu, mual pagi hari dan mood swing yang parah. Tetapi mualku berhenti ketika mencium aroma sop ayam dan hilang sepenuhnya saat memakannya"

Tepukan di punggung tangan Ayra yang tergelatak di meja membuat Ayra menundukkan kepalanya. Menatap tangan Ibu mertuanya yang menyalurkan kehangatan hingga ke dadanya.

"Terima kasih" bisik Ayra dan perempuan itu semakin tersenyum lebar.

"Baiklah, aku ada pertemuan dengan teman-temanku. Saat kau mual dan merasa tidak enak badan. Panggil, anakku itu. Setidaknya biar dia menunjukan tanggung jawabnya. Inikan juga anaknya"

Perempuan itu mengusap lengan Ayra pelan sebelum berbalik menatap Gideon yang terlihat melongo. Mendengar semua celotehan ibunya yang seolah Gideon tidak ada di sini.

Scandal of BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang