Chapter 4

128K 6.4K 10
                                    

Ayra membuka matanya ketika tirai terbuka dan memunculkan seberkas sinar matahari. Ia langsung menutupi kedua matanya dengan selimut dan kembali bergelung ke dalam selimut.

Namun ingatannya langsung teringat dimana dirinya berada. Kedua matanya refleks langsung terbuka dan menemukan dua pelayan yang terlihat menatapnya.

Ayra langsung mendudukkan tubuhnya dan dua pelayan itu langsung memberikan hormat kepadanya.

Melihat hal itu Ayra ingin mengumpat tetapi ini adalah kali kedua. Ayra terbangun di tempat ini dengan pelayanan yang sama.

Bahkan ia bisa menebak kalimat apa yang akan dilontarkan padanya setelah ini.

"Ms. Colten, saya sudah menyiapkan air hangat untuk Anda mandi. Selagi saya membereskan ranjang"

Bahkan suara itu terngiang dan akan selalu membekas di pikirannya.

Ayra mengusap matanya sebentar sebelum menarik rambutnya untuk sedikit rapih.

"Dimana aku bisa menemui, Mr. Leviero ?" Tanyanya langsung dan perempuan itu terlihat tersenyum.

"Mr. Leviero, berada di ruang makan dan tengah sarapan"

Ayra menganggukkan kepalanya mendengar jawaban tersebut. Sebelum menyingkap selimut dan turun dari ranjangnya.

Berjalan menuju pintu kamar bukan menuju pintu kamar mandi. Suara terkejut dari belakangnya cukup membuat Ayra tau apa yang dikatakan dua pelayan itu.

Namun Ayra mengangkat tangannya sebelum keluar dari kamarnya.

Menuruni tangga dengan perlahan dan berjalan menuju ruang makan di rumah yang begitu megah ini.

Saat mengetahui jika dirinya di sekap di rumah semewah ini. Ayra antara bingung dan kagum. Munafik jika mengatakan interior rumah ini biasa saja.

Nyatanya lantai marmer dan hiasannya saja sudah membuat Ayra menahan napas. Tanpa perlu dipikirkan berapa harga rumah ini. Agra cukup paham jika gaji seumur hidupnya tidak akan mampu membeli rumah ini.

Jika dulu ia menganggap semua ini hanya ada di fiksi. Nyatanya saat ini di kehidupannya semua menjadi nyata.

Bahkan ia dapat bertemu dengan pemilik rumah mewah ini. Sosok pria yang tengah meminum segelas kopi yang tengah menatap kedatangannya.

Ayra mengabaikan tatapan itu dan berdiri di hadapan dengan sosok bos besar di perusahannya itu.

"Aku harus bekerja" ucap Ayra langsung dan membuat Gideon yang tengah meminum kopi menurunkan gelasnya.

Menatap Ayra sejenak dari atas sampai bawah sebelum menaruh kopinya dengan perlahan.

"Kurasa kau dengar aku mengatakan..." Ayra melangkah maju dan menggeleng.

"Kau tak mengijinkan ku bekerja ketika aku menjadi istrimu dan sekarang belum. Kurasa aku masih bisa bekerja"

Tatapan kagum terlihat dari sorot mata Gideon sejenak. Sebelum menghilang digantikan dengan tatapan biasa saja.

"Tapi kau sedang hamil" Ayra menghela napas dan akan memenangkan argumen ini.

Pria ini mungkin sudah mengatur kehidupannya di masa depan. Setidaknya saat ini ia masih memiliki hak untuk menentukan hidupnya.

Pria itu belum menikahinya. Walaupun Ayra sudah setuju dan menanda tanganinya.

"Semua ini tidak akan ada artinya setelah kita menikah. Lagipula aku sudah menyetujui mu untuk berhenti bekerja. Aku bahkan memilih mengalah dari..." Suaranya terhenti ketika pria itu menghela napas kasar.

Scandal of BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang