23- Until The End

17.6K 1K 311
                                    

😁😁

ciyee yang ketemu elemen seminggu sekali🤭


SPAM KISSEU DI SINI💋

bentar lagi q mau ujian wirr bantu doa dong biar ujian q lancar😁




-H A P P Y  R E A D I N G-


🚫🚫🚫🚫

Setelah kejadian di Unit Kesehatan Sekolah tadi berlangsung, di mana Aldara dengan berani menampar wajah Livy di depan anak-anak Argostavo tanpa perasaan.

Cewek itu langsung diseret oleh Elemen ke rooftop, satu-satunya tempat sepi di Sekolah yang bisa Elemen gunakan untuk melakukan semua hal yang dia inginkan.

Termasuk.. bermain tangan dengan seorang perempuan.

Aldara menyangga wajahnya yang terasa panas akibat ulah tamparan dari tangan berurat seseorang yang kini sedang menatapnya lapar dengan napas memburu.

“Why can you do that huh?!”

Elemen berteriak keras dengan urat-urat di lehernya yang menonjol, wajahnya merah padam dikuasai amarah.

Aldara menggertakkan gigi-giginya, menatap murka pada Elemen dengan kedua matanya yang merah namun sedikit berkaca-kaca.

“I don't know...” Elemen mengacak rambutnya. “Gue gak tau kenapa lo sekarang bisa seberani itu.” Dia menunjuk Aldara dengan wajah geramnya.

“Karena dia pantes dapetin itu!” seru Aldara cepat. “Dan Lo..!” Cewek itu menunjuk Elemen dengan wajah penuh kedengkian. “Lo gak bisa main tangan seenaknya sama gue!”

“You are the one who deserves it! Elemen mengutuknya. “Main tangan sama jalang gila kaya lo.. gak ada artinya buat gue,” desisnya.

[Lo yang pantes dapetin itu!]

Aldara terkekeh sumbang. “Cewek lo yang harusnya dapet panggilan itu, not me!” ujarnya meluap-luap. “Dan lo pikir gue bakal diem aja dituduh yang enggak-enggak sama cewek sialan itu hah?!”

“Apa susahnya sih ngaku?!” hardik cowok itu dengan suara tinggi.

Aldara hanya tersenyum pahit menelan kekehan sumbang yang masih menyangkut di tenggorokannya. “Mau gue jelasin sepanjang apapun juga.. lo emang gak akan pernah percaya sama gue,” lirihnya, sejenak mengatur napas. “Yang jelas.. jangan ikut campur lagi sama urusan gue, atau...” Kedua alis Elemen menukik, dengan tatapan masih mengunci pada Aldara. “Gue bisa gunain kelemahan lo buat keuntungan gue.”

You damn?!” Elemen menarik pergelangan tangan cewek itu dengan kasar. “Lo tau apa soal kelemahan gue huh?!”

Aldara mengangkat satu sudut bibirnya. “Trauma masa kecil lo.. dan Livy.” Elemen semakin menyeret tubuh cewek itu mendekat, hingga kini wajah mereka benar-benar saling berhadapan dengan jarak sejengkal jari.

Kedua mata elang Elemen terasa menguliti Aldara hidup-hidup saat pandangan mereka saling terkunci. “Just do it...” Meskipun suaranya tenang namun Aldara dapat melihat rahang cowok itu yang semakin mengeras. “As if you could do it.” Suaranya terdengar berat dan mengintimidasi.

Aldara menggertakkan giginya. “Kalau lo masih mau ikut campur.. gue bakal ngelakuin apapun buat lo jera,” tekan Aldara tanpa memutuskan kontak mata mereka. “I swear.”

ELEMEN; BAD FIANCÉ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang