10

4K 262 13
                                    

Mengusak mata, Megumi terbangun berbalut yukata besar milik Sukuna. Anak manusia itu merintih kecil, sekujur tubuhnya terasa pegal dengan banyak bekas gigitan dan cengkraman. Namun meski demikian, ia begitu harum serta bersih dari keringat maupun cairan lain.

Grekkk

"Ah kebetulan kau sudah bangun.."

Sukuna masuk ke ruangan dengan nampan berisi makanan. Berbeda dari biasanya, pria besar itu terlihat agak canggung. Sukuna meletakkan sarapan yang ia sediakan bagi Megumi ke samping futon.

Bukankah sudah terlambat untuk merasa malu-malu? Mereka berdua telah melihat semuanya dan mengisi satu sama lain semalam. Tapi, nyatanya pipi Megumi tetap memerah.

Tangan Sukuna terulur, hendak menyentuh tubuh kecil itu dan sang raven lekas menarik diri dalam selimut.

Kedua alis Sukuna terangkat, terheran dengan Megumi yang menghindar dari sentuhannya.

"Doshita?"

"Aku malu.. Aku berteriak sangat keras kemarin.." ujar Megumi masih berada dalam gelungan selimut.

"Ya bagaimana lagi, kau sangat menikmatinya." balas Sukuna enteng. Tentu saja ucapannya membuat Megumi menggerutu.

Anak lelaki itu keluar dari persembunyiannya dengan pipi menggembung, lantas yang lebih dewasa terkekeh. Diusakknya pelan surai Megumi sebelum ia cupit dagu dan cium keningnya.

"Hidoi.. Kau tertawa di atas penderitaanku."

"Aku tidak tertawa.."

"Kuso." Megumi melengos sambil mendengus. Dia kembali berbaring seolah malas melanjutkan hidup.

"Serius Megumi.. Kenapa kau merengek seperti bayi pagi-pagi? Apa salahku?" Sukuna mengukung Megumi dan menatapi wajah kecil istri cantiknya.

Megumi masih diam. Tidak ada pilihan lain, Sukuna mencium pipi Megumi berkali-kali. "Katakan atau aku tidak berhenti."

"Nghh.. Kunaa." Megumi menoleh ke kanan dan kiri, berusaha mengelak dari Sukuna yang menghujaninya dengan ciuman. Kerutan pada kening dan alisnya perlahan memudar. Anak laki-laki itu mulai tersenyum, bahkan tertawa kecil sambil berusaha menghentikan ciuman Sukuna.

Kaki jenjangnya mengalungi pinggang sang suami. Membuat yukata di sana tersibak. Bahkan mungkin yukata kebesaraan itu tidak terpasang secara proposional sejak awal.

Ciuman Sukuna turun ke leher dan dada Megumi yang terpampang nyata.

"Nggh ahh.. Ini masih pagiii!" rintih Megumi saat jari Sukuna masuk ke lubangnya. Bergerak memutar dan keluar masuk sambil menciumi tubuhnya.

"Lantas mengapa?"

Telinga Megumi memerah. Ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Sukuna. Cakarannya mengerat saat tubuh mereka kembali menyatu.

.
.
.

"Ohayou kakak ipar!" Yuuji menyapa Megumi yang tiba di lapangan kuda. Beberapa minggu lagi para tentara akan kembali berperang. Sukuna mengajak Megumi untuk melihat-lihat persiapan, di tambah lelaki raven itu suka kalau bertemu binatang.

"Ne.." Megumi tersenyum. Ia mendatangi kuda milik Yuuji serta mengelus moncong hidungnya.

"Selamat untukmu."

Kedua alis Megumi terangkat. "Untuk?"

"Kakak ipar dan Sukuna sebentar lagi akan punya anak kan?? Aku mendengarnya semalam."

"Hah?!"

Yuuji masih belum sadar akan aura mematikan Megumi yang malu dan kesal karena aktivitas malamnya ternyata 'sekedengaran' itu.

Ryomen: The God of War (sukufushi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang