Megumi sudah siap menjerit. Sulit dipercaya bahwa sosok pria tampan dengan tubuh tinggi gagah yang berdiri di hadapannya adalah Sukuna.
Pria bak pahatan dewa Ares itu membungkam mulut Megumi dan menyelami netra hijaunya.
"Ini aku.. Sungguhan aku.." ujar Sukuna lembut dengan suara sama yang biasanya membangunkan Megumi di pagi hari. Suara sama yang terdengar serak dan dalam namun sangat seduktif.
Barulah pada saat Megumi melihat mata sang ruby, ia bisa mengenali pria itu sebagai suaminya. Retina merah seperti bara. Mengingatkannya pada kehangatan musim gugur.
Inner Megumi pun membola. Ia melepas bungkaman yang lebih tinggi terbata.
"Kuna..? Kau terlihat.."
"Tampan?" sudut bibir Sukuna terangkat.
"Berbeda." sambung yang lebih pendek.
Tangannya mulai merabai muka Sukuna. Tak ada lagi kerak di separuh wajah ataupun sepasang mata kecil di pelipis. Sukuna benar-benar terlihat berbeda. Seperti bukan Sukuna yang Megumi kenal.
Anak laki-laki itu menjadi pusing akan perasaan menumpuk yang memuakkan di benaknya. Semua terasa begitu banyak dan penuh dalam satu waktu bagi otakknya.
Pandangan Megumi mulai bergoyang. Sekarang ia melihat Sukuna ada dua. Makin pening dan membingungkan sebelum akhirnya gelap menerpa.
Grep
Dengan cepat Sukuna meraih tubuh pingsan Megumi.
.
.
."Astaga..!"
Megumi terpekik melihat lelaki asing terlelap di sampingnya.
Setelah diingat-ingat, pria yang ia anggap asing itu adalah Sukuna, suaminya. Jujur Megumi masih pusing karena beberapa hari menangis. Ia kurang tidur dan makan. Sekarang ditambah suaminya berubah. Bagaimana caranya?
"Kau seperti melihat hantu. Padahal wajahku yang sekarang lebih tampan." Sukuna mengusak dagunya sendiri. Kalimatnya membuyarkan lamunan yang lebih muda.
"Kemana saja kau ini?!" Megumi meraih bantal dan langsung menabuk muka Sukuna. "Sudah kubilang aku tidak selingkuh!"
Bugh
Bugh..
Megumi memukuli Sukuna dengan bantal berkali-kali sedang Sukuna hanya tersenyum kemudian menyingkirkan bantal yang mengganggu.
"Lupakan soal itu. Aku tidak peduli lagi. Tapi kalau sampai pria itu berani kembali, sudah pasti dia akan mati." Tangan Sukuna pun bersemayam di pipi Megumi. Mengelusnya lembut. "Ayo kita jalan-jalan."
"Huh..?"
"Aku ingin menunjukkan pada semua orang."
Mata Megumi mengerjap heran. "Apa yang kau bicarakan? Kau jelaskan dulu apa yang terjadi padamu, kenapa kau... berubah??"
"Lebih baik bukan." Alis Sukuna terangkat riang. Ia tidak pernah merasa lebih baik dari sekarang. "Aku yang sekarang sangat tampan. Kau tidak perlu takut melihat wajahku lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ryomen: The God of War (sukufushi)
Fanfic[Historical Au) Sengoku Jidai, zaman keras dan bergejolak. Zaman negara berperang dan saat para panglima besar saling bertumpah darah untuk menguasai Jepang. Pada masa tersebut, dua klan besar bersatu untuk melawan raksasa bertangan empat, senjata u...