Keluar dari rumah, kobaran jago merah melanda di mana-mana. Kampung halamannya benar-benar diserang habis-habisan.
Tangan Sukuna mengepal erat dengan senjata baru di tangan. Mengingat ukuran tubuhnya sekarang tak sebesar dulu, jadi senjatanya pun ikut berubah layaknya ukuran senjata manusia pada umumnya.
Seluruh penduduk berusaha menyelamatkan nyawa masing-masing. Ada yang berlarian dan ada yang melawan.
Sukuna menghabisi musuh dengan samurai, bersama saudara-saudara dan pasukannya berusaha memukul mundur lawan.
"Keparat sialan, berani-beraninya mereka mengotori rumahku."
Melihat Sukuna maju berperang, mental Kamo menjadi kuat. Percaya bahwa pahlawan mereka akan memberikan kemenangan dan mempermalukan musuh. Seperti biasanya.
Tapi,
semua itu seketika runtuh saat sebuah anak panah melesat, menembak tempat bahu kanan Sukuna hingga tembus.
"HAHAHA APA KUBILANG! DIA TELAH KEHILANGAN KEKEBALANNYA!" Pria albino yang bisa menggunakan segala macam senjata di atas rata-rata itu tertawa keras. "Sukuna tanpa dua puluh jari hanya prajurit biasa di mataku."
Mata Sukuna terbelalak. Pertama kali dalam hidupnya ia merasakan sakit secara fisik.
Siapa rambut putih sialan yang sedari tadi mengoceh menghinanya itu? Orang itu bahkan tau soal dua puluh jari.
"Sukuna awas!" Yuuji menolong Sukuna tepat waktu dari serangan musuh.
"Sial.. Tangan kananku tidak bisa digerakkan." geram Sukuna menahan perih. Luka panahan membuat urat dan jaringan tubuhnya nyeri sampai ke rusuk.
Tidak butuh waktu lama dengan melemahnya Sukuna, klan Kamo dapat ditundukkan.
"Yo Ryomen Sukuna. Kehebatanmu telah terdengar di mana-mana. Kini saatnya kabar kekalahanmu yang menyusul diberitakan." Satoru berjalan mendekat pada Sukuna.
Pria itu tersenyum miring seraya membuang samurainya. "Ayo bangkit berdiri. Lawan aku dengan tangan kosong, dewa perang."
Sukuna bangkit berdiri. Ia hendak beradu tinju namun di luar perkiraan Satoru memiliki kecepatan yang mengagumkan. Dirinya bisa menghindari semua serangan Sukuna dan membalasnya berkali-kali.
Darah terus mengucur keluar dari sela-sela panahan dan daging Sukuna yang robek. Sang ruby menahan sakit luar biasa saat Gojo menendangnya, membuat panah yang tertancap di tubuhnya bergeser.
"Argghh!!"
"Menyedihkan.. Aku tidak menyangka dewa perang akan selemah ini tanpa dua puluh jarinya.. Kasihan.."
Satoru tak henti-hentinya mengolok Sukuna. Ia menginjak-injak muka dan tubuh pria itu berkali-kali sampai darahnya mengotori sepatu dan pakaiannya.
"Bawa dia. Aku tidak ingin menghabisinya di sini."
Pun Sukuna yang sudah tidak berdaya di rantai dan diseret dengan kereta kuda dari Kamo sampai ke tanah Gojo.
.
.
.Di lapangan luas. Sukuna dijadikan bahan tontonan seluruh Gojo dan Zenin. Sosok dewa perang yang gagah perkasa dulunya itu kini tak lebih dari sekedar boneka olokkan musuh.
Tangan, leher, dan kaki Sukuna di rantai bagaikan anjing. Seluruh penduduk bebas melakukan apapun padanya, termasuk menikam, melempar batu, menyiram sake, yang mana membuat luka Sukuna terasa perih beribu kali lipat.
Ia mengalami penderitaan dan dipermalukan dengan begitu hebat.
Satoru bertepuk tangan. "Setelah bertahun-tahun menanti, akhirnya hari dimana kita mengalahkan sang Dewa Perang telah tiba. Ini semua tidak akan berhasil tanpa satu orang.. Orang yang sangat berjasa dan begitu berdedikasi pada klannya.. Kemarilah, Megumi."
Mendengar nama istrinya, kepala Sukuna yang menunduk pun terangkat. Sebelah mata Sukuna sudah tidak bisa terbuka. Namun matanya yang satu lagi tak mungkin salah mengenali bawah pemuda di seberang sana adalah benar-benar Meguminya.
Seketika Megumi histeris melihat kondisi Sukuna. Lututnya menjadi lemas sampai-sampai ia terjatuh. Megumi menangis tanpa suara.
"Maaf aku harus mengatakan ini padamu, Sukuna. Megumi adalah Zenin. Dia menikahimu karena misi. Misinya adalah mengetahui kelemahanmu. Dengan kata lain, yang membuatmu begitu hina dan menyedihkan sekarang adalah Megumi.. Haha.. Kebenaran memang menyakitkan."
"Sukuna.. Hiks.. Maafkan aku.."
"Megumi.." Sukuna kehilangan kata-kata. Hatinya remuk.
Megumi ingin mendekat, ia ingin berlari dan merangkul Sukuna namun Satoru menahannya.
"Apa selama ini semuanya palsu?"
Begitu banyak luka ditubuh dan wajahnya, namun yang paling sakit adalah hatinya.
Sukuna menitikkan air mata. Yang karena begitu sakit hingga menjadi darah.
"Tidak!.. Aku sungguhan mencintaimu! Aku mencintaimu, sangat mencintaimu!! Maafkan aku sudah mengkhianati mu.. Tapi perasaanku padamu tidaklah palsu.. Aku sangat sangat sangat mencintaimu.."
Megumi terisak. "Aku terlambat menyadari perasaanku.. Aku tau aku tidak pantas untuk maafmu.. Tapi aku benar-benar jatuh cinta denganmu.. Aku hanya ingin bersamamu.. Aku bersedia mati bersamamu.. Bahkan ke neraka sekalipun.. Asal bersama denganmu aku mau.. Aku mencintaimu.."
Tatapan mata Sukuna melembut.
Oh bagaimana bisa dia membenci Megumi.
Tangan Sukuna yang berlumuran darah pun terulur dengan besar harapan di hati agar tangan itu sampai dan dapat menghapus air mata di pipi Megumi.
Grep
"Jangan mimpi. Kau adalah milikku mulai saat ini, Megumi."
Gojo mencengkran dagu Megumi, memaksa agar wajah itu menghadapnya.
"Aku akan menjadikanmu selirku."
*lick*
"YAMERO SHIRE MONO GA!!!" Sukuna menggeram dengan suaranya yang menggelegar.
Tubuh dan jiwanya mengerang marah saat Satoru dengan kurang ajar menjilat rahang Megumi.
"AKU AKAN MEMBUNUHMU!!"
"HAHAHAH!!" Sebaliknya Gojo justru tertawa terhibur. Dengan wajah angkuh dia mengeratkan cengkraman pada Megumi. "Saat kau tidak ada aku akan meniduri Megumi siang dan malam!"
"BAJINGAN! AKU AKAN MEMBUNUHMU! SINGKIRKAN TANGANMU DARI ISTRIKU!KEPARAT SIALAN! KAU AKAN MATI DI TANGANKU"
Sukuna berusaha melepaskan diri hingga rantai yang menahan tubuhnya mengencang.
Gojo mundur selangkah. "Berisik, haruskah kupenggal kepalanya sekarang?"
"Sukuna!" Megumi berusaha lepas dari cengkraman Gojo namun sia-sia. Ia dibawa dua pengawal untuk masuk ke dalam rumah.
"Tuan Gojo.. Ada berita buruk." Miwa sang pelayan mendatangi Gojo. "Dua puluh jari Sukuna di kotak penyimpanan telah hilang."
Seakan tidak diberi jeda, Gojo kembali dikejutkan dengan Shoko yang datang dan mengatakan bahwa Megumi sedang hamil.
"Huh?? Dengan raksasa itu??" Pupil biru samudera mengecil. Wajah tampannya menjadi begitu keras dan dingin. "Menjijikkan.. Singkirkan calon bayi di perut Megumi. Aku tidak ingin darah daging monster itu berlanjut."
Shoko terkejut. "Kau mau aku menggugurkan janinnya?? Megumi masih sangat muda, dia bisa mati—"
"Kubilang singkirkan janin itu! Aku tidak sudi melihat Megumi kotor karena mengandung anak dari monster!!"
"Jangan sentuh Megumi!! Aku akan membunuhmu bajingan!" Sukuna semakin menjadi-jadi saat mendengar ucapan Gojo.
Dia harus lepas untuk menyelamatkan Megumi dan buah hati mereka. Meskipun dia harus mati nantinya, Sukuna tidak ingin Megumi dilukai.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ryomen: The God of War (sukufushi)
Fanfiction[Historical Au) Sengoku Jidai, zaman keras dan bergejolak. Zaman negara berperang dan saat para panglima besar saling bertumpah darah untuk menguasai Jepang. Pada masa tersebut, dua klan besar bersatu untuk melawan raksasa bertangan empat, senjata u...