"Akhirnya.. Dua puluh jari Sukuna."
Seringai keji menguar dengan lebarnya. Netra sang kepala klan Gojo membesar penuh obsesi. Kunci kemenangan telah berada di genggaman.
"Dengan begini kita akan memenangkan perang selanjutnya dan Jepang akan seluruhnya berada di bawah kekuasaan kita—"
"Ie." Gojo mengangkat tangan tanda agar bawahannya diam. Semua orang dalam rapat mengamati kegilaannya yang meledak.
"Kita tidak akan menunggu sampai perang selanjutnya terjadi. Aku ingin kita menyerang Kamo malam ini."
Sontak suara bisik gaduh terdengar. Para tetua klan antara setuju tak setuju.
"Meskipun kita sudah mendapat dua puluh jari Sukuna. Kita tidak tahu bagaimana kekuatan Sukuna setelahnya. Jika kita langsung menyerang, ada kemungkinan gagal." ucap Geto dengan rasionalitasnya.
"Tidak. Aku yakin dia yang sekarang tidak lebih dari seorang prajurit biasa. Kekuatan setengah dewanya telah musnah bersama dengan keduapuluh jari ini!"
Satoru semakin menggila. Ia tidak sabaran untuk segera menduduki klan Kamo. Dendam dan rasa ingin menang sudah begitu menggebu di dalam nadinya.
"Gojo Satoru, jika penyerangan ini berujung gagal. Kita akan benar-benar kalah."
"Aku tidak peduli! Sukuna harus mati dan aku mendapatkan Megumi!"
Makin terkejutlah semua orang saat niat asli pria albino itu terungkap. Kali ini Geto tak dapat berbuat banyak untuk membela sahabat sekaligus atasannya itu.
Gojo sendiri yang menghancurkan wibawa dan reputasinya di depan semua orang. Bahkan melupakan fakta istrinya ada di rapat malam itu pula.
Tentu sebagian mereka langsung melirik pada Tsumiki membuat wanita itu berkecil diri. Sekujur tubuhnya membeku dengan pupil yang mengecil kaget.
Satoru masih mengingini Megumi bahkan saat Megumi sudah dimiliki orang lain.
Tangan Tsumiki mengepal. Wanita itu bangkit berdiri dan meninggalkan tenda rapat tanpa sepatah kata.
.
.
.Megumi melongo sambil mengerjapkan mata. Pagi-pagi Sukuna pulang dengan selusin bahkan lebih anzan omamori.
Uraume yang turut berdiri di belakang Megumi juga terheran.
"Untuk apa anzan omamori sebanyak ini??" tanya Megumi.
Sukuna mendekat dengan senyum lebar. Tangannya merangkul puluhan omamori erat. "Semalaman aku mendatangi semua kuil yang ada di dalam maupun sekitar daerah kita. Termasuk kuil-kuil yang ada di kaki gunung sana."
"Oh Sukuna.. Kita tidak memerlukan jimat sebanyak ini." Megumi menangkup pipi Sukuna seraya tersenyum lembut.
Pria berambut jambu itu menggeleng. "Bagaimana pun ini kehamilan pertamamu. Aku ingin yang terbaik untukmu dan anak kita.. Ya walaupun aku sanggup melindungimu sendiri tetap saja aku ingin yang terbaik untukmu."
"Kau manis sekali.."
Sukuna makin tersenyum saat jemari Megumi membelai pipi dan mengecupnya.
Keduanya pun masuk ke dalam untuk sarapan. Setelahnya bersama-sama menghabiskan waktu untuk menggantung omamori yang ada.
Sejenak Megumi merasakan perutnya dipeluk dari belakang. Kecupan mesra menyusul, mendarat pada pipi dan ceruk lehernya.
"Aku merindukanmu Memi.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ryomen: The God of War (sukufushi)
Fanfic[Historical Au) Sengoku Jidai, zaman keras dan bergejolak. Zaman negara berperang dan saat para panglima besar saling bertumpah darah untuk menguasai Jepang. Pada masa tersebut, dua klan besar bersatu untuk melawan raksasa bertangan empat, senjata u...