XXII

74 29 26
                                    

Hari demi hari pun terus berlalu. Samuel sudah menjalankan semua planning untuk acara pernikahannya. Dia juga sudah menemui orang tua Mikha.

Awalnya kedua orang tua Mikha kaget dan marah ketika putrinya hamil. Namun, setelah mendengar semua penjelasan Samuel yang bermaksud untuk segera mempertanggung jawabkan atas perbuatannya itu, mereka pun luluh.

Mereka akhirnya merestui, dan mengikuti sesuai dengan rencana yang sudah mereka rancang.

Restu dari orang tua sudah mereka dapatkan. Mereka juga sudah memasukkan berkas-berkas yang diperlukan sebagai syarat pernikahan kepada instansi pemerintah.

Selebihnya, tinggal urusan soal mas kawin, gaun pernikahan, souvenir, undangan dan catering.

Sore hari di tanggal merah. Mikha datang ke rumah Samuel, juga ada Cathy dan Mario yang juga datang disana. Mereka berkumpul diruang tamu. Cathy dan Mikha duduk di sofa sedang memilih gaun pengantin yang akan di kenakannya nanti. Sementara Samuel dan Martin duduk di karpet sambil memilih-milih souvenir.

"Nih... Murah terus dapet banyak!!" Ucap Martin sambil menunjuk sebuah gambar gantungan kunci pada Samuel.

"Yaelah Martin... Hari gini souvenir lu masih aja gantungan kunci!!" Ucap Samuel, sambil menaikkan sebelah bibirnya

"Daripada centong nasi lu..." Kata Martin membela diri

"Haisshhh.... Shibal ya!!!" Kata Samuel mengikuti Drakor Drakor

"Widih ngeriii... Sejak kapan lu ngerti Shibal hahahaha" Kata Martin sambil tertawa

"Noh, dia noh streaming drakor sampe kuota gue sekarat!!" Kata Samuel sambil menunjuk Mikha dengan dagunya

Mikha cuma melirik, lalu tersenyum sinis.

"Daripada ngga dipake" Ucap Mikha santai, tapi matanya melotot.

Lalu mereka kembali memilih. Suasana ruang tamu seru sekali dengan tawa dan teriakan Samuel dan Martin yang berdebat hanya perkara souvenir. Sampai akhirnya, Dita pun datang sambil sempoyongan.

"Aduuuhhh.... " Rintihnya sambil berlutut di depan ruang tamu.

Mereka berempat pun menoleh dan memandangi Dita. Dilihatnya Dita yang ngos-ngosan sambil menggendong Mario di punggungnya. Jadi, sementara Martin dan Cathy sibuk urus gaun dan souvenir buat pernikahan Samuel. Dita jadi kebagian jagain Mario.

"Eeehhh udah pulang...." Ucap Martin sambil senyum lebar

Dita mengangkat wajahnya, tatapannya angker maksimal. Terlihat sekali kalau Dita sudah sangat kewalahan dengan Mario. Martin cuma cengengesan saja.

"Agi tante... Agiii...." Kata Mario masih nyemplak di punggung Dita

Dita cuma menoleh dengan wajah super letihnya. Nafasnya serasa sudah di ujung kerongkongan. Karena Mario selain berat, dia juga memang tidak bisa diam. Makanya itu yang bikin Dita kewalahan.

"Sama Om Samuel mau ngga?? Kan enak rambutnya gondrong" Kata Dita masih sambil menoleh kearah Mario, namun tangannya menunjuk ke arah Samuel.

Mario pun langsung menatap Samuel. Samuel pun langsung buru-buru mengalihkan pandangannya. Sebisa mungkin jangan sampai bertemu pandang dengan Mario, bahaya!!!

Dan benar saja. Mario pun langsung tersenyum lebar. Dia langsung turun dari punggung Dita, dan berlari menuju Samuel.

Samuel seketika langsung melotot ketika dilihatnya bocah itu sudah mengincarnya.

"Pait pait pait pait pait..." Gumamnya, ngga enak kalo Cathy sampai dengar.

Tapi kata 'Pait Pait' itu nggak ngaruh sama Mario. Soalnya Mario bukan tawon. Mario pun langsung dengan sigap naik ke punggung Samuel.

HANDSOME FAMILY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang