XVIII

80 29 26
                                    

Malam harinya Samuel bercerita tentang pertemuannya dengan sang Papa. Dia bercerita kalau Papa mengajak mereka untuk kembali bertemu.

"Gue bilang nanti, tunggu Dita balik" Ucap Samuel, dia tertunduk sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.

Martin terdiam, masih terus di tatapnya sang adik yang sedang tertunduk itu. Dia pun menghela nafas, panjang dan berat.

"Baru kali ini gue kasian liat Papa" Ucap Samuel lagi.

"Lu masih marah sama dia?" Tanya Martin pelan sambil mengusap pundak Samuel

Samuel mengangkat wajahnya, dan di tatapnya sang kakak yang ada di hadapannya itu. Dan merubah posisi duduknya jadi menghadap Martin.

"Gue ngga tau. Seperti ada perasaan asing yang masuk kedalam hati gue ketika tau cerita sebenarnya dari Kiara" Jawabnya

"Mungkin itu perasaan kangen lu yang udah lama hilang" Kata Martin

Samuel terdiam, seperti ada gengsi di hatinya ketika harus mengakui kalau memang dia kangen dengan papanya.

"Wajar, Sam. Itu adalah naluri anak ke bapaknya. Seburuk-buruk nya seorang bapak, ya tetap bapak lu juga kan??" Kata Martin

Samuel merubah posisi duduknya, dia kembali menyandarkan tubuhnya di sofa.

"Gue juga mikir, mungkin papa lakuin itu karna memang dia sedang kalut. Karna ngga ada orang yang jadi support system buat dia" Ucap Martin sambil menyandarkan tubuhnya di sofa juga.

"Tapi bukan berarti ninggalin anaknya gitu aja kan, Mar?! Itu yang bikin gue marah sama dia!! Macam orang ngga punya pikiran, ngga punya Tuhan, ngga punya temen buat sharing. Papa kan bisa minta saran ke temennya gimana jalan keluarnya, bukan langsung Terima tawaran aki-aki laknat terus ninggalin kita gitu aja kan?!" Jelas Samuel seketika emosi

Namun Martin terdiam, perkataan Samuel ada benarnya juga. Dia hanya menghela nafas saja.

"Terus sekarang gimana? Kalo lu ikutin ego pasti ngga ada ujungnya, Sam!!" Kata Martin sambil menoleh ke Samuel

Samuel melirik Martin, tatapannya sedikit sinis karena sudah terlanjur emosi.

"Dia dateng ke kita terus minta maaf, jelasin semuanya, dan cerita maksud dan tujuan dia walaupun memang nyatanya ditentang sama keluarganya. Itu juga udah termasuk itikad baik kalo menurut gue. Mungkin aja selama bertahun-tahun dia jalani hidup ngga tenang karena mikirin kita bertiga, dan baru hari ini dia beranikan diri untuk minta itu ke bapaknya!!" Ucap Martin panjang lebar.

"Kalo memang berat untuk Terima kembali dia, minimal maafin dia" Lanjut Martin lalu menyandarkan kepalanya ke sofa.

Samuel hanya diam saja. Hati dan pikirannya seakan bertarung, berisik disana sini.

"Masa lalu ya masa lalu, Sam. Ngga akan terulang lagi, dan kalo bisa jangan sampe terulang lagi. Kita fokus untuk masa depan kita" Lanjutnya lagi sambil menoleh kearah Samuel dan menggenggam tangannya.

Samuel pun menoleh kearahnya.

"Lu bener, itu cuma masa lalu dan ngga boleh sampe terulang lagi. Kita fokus untuk masa depan kita bertiga" Kata Samuel

Martin pun tersenyum, lalu menepuk pelan pundak adiknya itu.

"Yaudah, nanti kita temuin papa lagi ya. Kita tinggal dengerin aja apa yang mau dia sampein" Kata Martin

Samuel pun mengangguk.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HANDSOME FAMILY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang