Jangan lupa tekan ⭐ ya!
.
.
.Mereka sudah pulang dan saat ini mereka berada di ruang kerja Taehyung. Pria dewasa itu begitu frustrasi melihat Jungkook yang terlihat tak bernyawa karena kedua matanya terlihat kosong.
Wajah Jungkook sangat berantakan, kuyu dan lemas. Badannya pun terlihat kurus walau hanya beberapa hari dia tak melihat bocah itu.
"Bagaimana jika sarapan lebih dulu? Kau belum makan apapun." Ujar Taehyung dengan lembut.
Jungkook hanya diam menatap jari tengahnya yang berisikan sebuah cincin pemberian sang mommy. Kedua mata Jungkook kembali memanas, air mata mulai menggenangi pelupuk matanya.
Bibirnya bergetar dan dia menggigitnya dengan kuat. Ia menunduk lalu menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.
"Haaahh.. mmhhh hiks! Hiks!" Jungkook kembali menangis dengan lirih.
Bocah itu meremas kuat surainya sembari berusaha mengatur napasnya. Taehyung mengeraskan rahangnya, dia mengalihkan wajahnya merasa tak tahan melihat keadaan Jungkook yang seperti itu.
"Jeon--saya rasa harus mengatakan hal ini lebih cepat." Lirih Taehyung membuat Jungkook mendongak menatap ke arah Taehyung.
Taehyung mengepalkan tangannya dengan kuat saat matanya bertemu kedua mata Jungkook yang terlihat menyiratkan luka yang begitu besar.
"Tentang hal apa?" Tanya Jungkook dengan wajah tak berminat.
Taehyung berdiri dan berjalan mondar mandir beberapa saat karena dia merasa sangat bimbang dengan apa yang akan ia sampaikan kepada Jungkook.
Namun logikanya berkata dia harus mengatakan semuanya kepada Jungkook lebih awal karena dia takut akan menyakiti Jungkook lebih lama. Katakanlah Taehyung jahat, namun dia berpikir dalam masa duka ini Jungkook sudah merasakan kehancuran yang sangat besar.
Dan jika dia mengatakan hal ini kepada Jungkook, maka dia berharap hal ini tak begitu menyakitkan bagi Jungkook. Dia ingin rasa sakit yang dirasakan Jungkook berlangsung lebih cepat maka lebih baik, dalam satu waktu.
Taehyung pun duduk di depan Jungkook, dia berusaha menenangkan diri lebih dulu sebelum mengatakan sebuah fakta yang ia sembunyikan dalam beberapa waktu ini.
"Perjodohan kita hanyalah sebuah kesepakatan yang terjadi antara saya dan Jeon Lily yang dapat berakhir di waktu yang telah ditentukan." Ujar Taehyung dengan satu tarikan napas.
Jungkook seketika mendongak menatap ke arah Taehyung, air matanya seketika berhenti keluar karena sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Taehyung.
Taehyung menggigit bibir bawahnya dengan kuat saat melihat wajah Jungkook terlihat sangat tercengang hingga tatapannya berubah menjadi sangat hampa.
"A-apa maksudmu? A-aku tak mengerti." Jungkook menggelengkan kepalanya pelan.
Taehyung menunduk, dia meremas telapak tangannya sendiri dengan rasa takut yang memenuhi relung hatinya.
"Beberapa bulan sebelum kita bertemu, Jeon Lily mendatangi saya. Dia meminta bantuan kepada saya untuk melindungi putra semata wayangnya dari suami dan keluarga besar Jeon dengan cara membuat perjodohan palsu antara saya dan putranya. Awalnya saya menolak karena saya merasa tak mendapatkan keuntungan apapun." Ujar Taehyung dengan perlahan.
Bilah bibir Jungkook terbuka kecil, napas Jungkook mulai terdengar terengah. Dia meremas pinggiran sofa dengan kuat, menatap Taehyung dengan rahang mengeras hingga bergetar.
Bahkan Jungkook menggigit kuat bibir bagian dalamnya hingga berdarah guna menahan rasa sakit yang ia rasakan saat ini.
Dadanya terasa sangat sakit seolah ribuan anak panah menghujani dadanya, yang sebelumnya sudah terdapat luka lebar namun dihujami ribuan panah hingga membuat hatinya semakin terluka dan hancur lebur.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGREEMENT S1 (Taekook/Vkook) END by FujoHere8
Fanfiction⚠️ HOMOPHOBIC OUT! 21+ MPREG!⚠️ HAPPY END-NO CHEATING-ANTIMAINSTREAM Jeon Jungkook, remaja 18 tahun yang tumbuh menjadi berandal dan menjunjung tinggi kebebasan harus menerima berita pahit. Dia dijodohkan oleh sang ibu dengan pria yang usianya terpa...