Selama perjalanan hidup baru kali ini Sherin dibuat bingung dengan sikap sang Ibunda. Dimana tiba-tiba datang tanpa salam, dengan wajah tanpa senyuman dan diam seribu bahasa.
Apa yang terjadi pada Bundanya itu? Bukankah tadi baik-baik saja saat berpamitan padanya hendak menjenguk temannya yang sedang dirawat disebuah klinik, lantas mengapa kini tampak tak baik-baik saja.
"Bunda tumben banget enggak ucap salam dulu?" Tanya Sherin ketika Bunda duduk di tepi ranjang tempat tidurnya.
Tak ada jawaban dari sang Bunda membuat Sherin memperhatikan dengan seksama wajah sang Bunda, sembari terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri apa yang sedang terjadi pada Bundanya ini.
"Bunda kenapa? Gimana kabar teman Bunda? Apa udah baikan?"
Bukannya menjawab pertanyaaannya, Bundanya itu malah langsung memeluknya dengan erat. Pelukan erat dari sang Bunda membuat Sherin mengerti bahwa kini Bundanya sedang tak baik-baik saja membuat Sherin membalas pelukan erat sang Bunda.
"Bunda kenapa? Cerita sama Sherin Bun."
"Maafin Bunda ya Sher, maaf kalau Bunda belum bisa jadi Bunda yang baik buat Sherin."
"Kenapa Bunda berucap seperti itu. Bunda adalah Bunda yang terbaik buat Sherin."
"Bunda kira Bunda telah memahami kamu selama ini, tapi nyatanya Bunda salah, Bunda tidak memahami kamu tapi Bunda semakin menyakiti kamu dengan memintamu tetap bersama Randy."
Mendengar nama suaminya terucap oleh sang Bunda membuat Sherin perlahan melepaskan pelukannya pada sang Bunda.
"Kenapa tiba-tiba berujung Mas Randy, Bun."
"Bunda lihat sendiri dengan mata kepala Bunda betapa keterlaluannya perlakukan Randy dibelakang kamu Sher, kini Bunda paham mengapa kamu begitu menginginkan perceraian karena apa yang Randy lakukan terhadap kamu memang menyakitkan, maafin Bunda yang selama ini tidak mengerti rasa sakit yang sedang kamu rasakan."
"Apa yang Bunda lihat tentang Mas Randy?" Tanya Sherin dengan mata berkaca-kacanya.
"Bunda tanpa sengaja bertemu dengannya di klinik seusai Bunda menjenguk teman Bunda."
"Lalu?"
"Bunda melihat Randy sedang membopong seorang perempuan tak sadarkan diri dengan pakaian yang begitu minim."
Sherin terdiam sejenak, hatinya seolah tak terkoyak entah mengapa kala mendengar penuturan sang Bunda.
"Apa perempuan yang dibopong Mas Randy adalah perempuan ini Bun?" Tanya Sherin sembari menyodorkan sebuah foto di ponselnya pada sang Bunda.
"Kamu tau perempuan ini?"
"Jadi bener Bun, perempuan yang dibopong Mas Randy adalah perempuan ini?" Tanya Sherin yang diangguki oleh Bu Ita.
Mendapat anggukan dari sang Bunda membuat air mata Sherin seketika lolos begitu saja, entah mengapa air matanya ini keluar begitu saja, bukankah ini hal biasa baginya kala melihat Randy bersama Bianca, tapi entah mengapa kali ini rasanya begitu sakit sekali, apa mungkin ini perasaan bawaan karena dirinya sedang mengandung anak Randy.
"Siapa perempuan itu Sher? Kamu mengenalnya?"
"Sherin mengenalnya Bun, perempuan itu bernama Bianca Alicia dia kekasih Mas Randy."
"Kekasih?"
"Sejak awal Bunda tau kan, pernikahan Sherin dan Mas Randy bukan atas keinginan kita berdua, namun karena nasi sudah menjadi bubur membuat Sherin menerima pernikahan ini."
"Bukankah Randy juga menerimanya Sherin? Buktinya kamu hamil anaknya Sher."
"Kita enggak pernah tau bagaimana isi perasaan seseorang kan Bun? Jadi ya beginilah adanya, inilah kenyataannya Bun, Mas Randy masih bersama kekasihnya, itulah yang membuat Sherin ingin mengakhiri pernikahan ini Bun, anak ini enggak tau apa-apa Bun, Sherin enggak mau anak ini ikut merasakan sakit, itu sebabnya Sherin memikirkan opsi perceraian dengan Mas Randy."
KAMU SEDANG MEMBACA
ATTACHMENT AMOUR (SUDAH TERBIT)
Roman pour AdolescentsPEMBELIAN NOVEL BACA CHAPTER INFO ORDER🫶🫶 Dinikahkan secara tiba-tiba membuat Sherin Zhafira dan Randy Baskara Artawijaya, dua insan yang tak saling kenal harus terlibat dalam ikatan pernikahan yang tak pernah meraka harapkan. Lantas bagaimanakah...