Aku memeluk Reynandra erat sambil menangis. Anak itu justru tersenyum. Ia menenangkanku.
"Aku kehilangan semuanya, Rey. Mereka semua meninggalkanku."
Reynandra menepuk-nepuk pundakku. "Aku tau. Aku tau semuanya. Dari keluarga, sampai persahabatan mu. Aku tau semua."
Aku kaget. Bagaimana bisa Reynandra mengetahui semuanya? Sedangkan aku tidak pernah cerita sedikit pun kepadanya.
"Kau, kau tau dari mana?" tanyaku.
Reynandra duduk di kursi yang ada di dekat kami. "Aku sudah tau tentang keluarga bahkan jauh sebelum kau mengetahui bahwa ibumu menikah lagi."
"Apa?! Reynandra, siapa kau sebenarnya?" tanyaku dengan nada sedikit menekan. Ahh semoga Reynandra tidak tersinggung.
"Mungkin aku tidak bisa menceritakannya sekarang. Karena kondisi mentalmu yang masih rapuh."
Aku menunduk. "Saat ini aku memang rapuh. Tapi bagaimana denganmu? Kau pasti jauh lebih rapuh tinggal di sana. Aku sudah tau semuanya dari Calvin."
Reynandra tersenyum. "Ahh Calvin benar-benar menepati janjinya. Terimakasih, Calvin."
Kenapa rasanya penuh misteri ketika aku berbicara dengan anak ini?
"Reynandra, aku masih belum mengerti."
"Jangan pikirkan itu dulu, sembuhkan dulu mentalmu." Reynandra pergi meninggalkanmu.
"Reynandra tunggu!"
Ia menoleh. "Ada apa?"
"Kau mau pulang ke panti?"
"Tentu."
"Kenapa kau masih mau tinggal di panti asuhan toxic itu? Lebih baik kau tinggal bersamaku."
"Tidak bisa."
"Kenapa?"
"Aku tidak bisa menjelaskannya."
***
Kami pulang. Tapi, aku tidak bisa berhenti memikirkan ucapan Reynandra tadi. Apa maksudnya? Dan kenapa rasa ingin menjadikan Reynandra sebagai adik agar bisa melindunginya dari orang-orang jahat itu semakin besar?"Aku harus menemui Reynandra lagi. Tapi, bagaimana caranya? Aku tidak bisa menjamin kapan dan di mana bisa bertemu anak itu."
Aku mencari album foto yang ada foto Reynan di sana.
***
Aku nekat mendekati panti asuhan itu. Walaupun aku tidak bisa masuk ke dalamnya, setidaknya ada Calvin yang membantuku bertemu dengan Reynandra.Saat ini, aku dan Reynandra sedang duduk di rooftop gedung komunitas dulu. Entah kenapa rasanya bahagia sekali ketika bisa berdekatan dengan anak ini. Aku ingin selalu berada di dekatnya. Ingin selalu melindunginya dari segala bahaya. Perasaan itu tidak pernah hilang.
"Rey," panggil ku.
Ia menoleh. "Iya?"
"Menurutmu, apakah mungkin aku bisa membawamu tinggal bersamaku sebagai adikku?"
Reynandra tersenyum. "Tidak."
"Kenapa?"
"Aku mengabdi di panti itu sampai akhir hayatku. Supaya ibu panti ku tidak memenjarakan ayah ku. Ahh ralat. Ayah kita."
"Apa? Ayah kita? Apa maksudnya?"
"Kau benar-benar tidak tahu?"
"Iya."
"Baiklah."
Flashback on
"Apa? Kamu hamil, Mora?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Apart (Spin Off Alverissa)
Jugendliteratur"Kau tau apa yang lebih menyakitkan daripada hidup sebatang kara?" "Memangnya apa?" "Hidup bersama dengan kenangan yang tidak akan pernah bisa terulang lagi, itu sangat menyiksa daripada hidup sendirian." ••• Bagi Azriel Xavier Alexander, hidup seba...