Chapter 1 || Dia, Jeriel Steward

608 29 0
                                    


Sebuah kerumuman yang saling berdesakan, mereka tengah melihat Mading yang baru saja terpasang di depan kelas mereka, melihat hasil nilai ulangan minggu kemarin.

Beberapa dari mereka bersorak karena hasil yang memuaskan, ada juga yang mengeluh kecewa karena hasil yang tidak memuaskan bahkan bisa dibilang buruk.

Salah satunya Haksa, Remaja berbadan tinggi yang berambut hitam dengan poni yang membuat dirinya terlihat manis, dengan balutan kacamata yang bertengger di hidungnya.

Ia dengan mudah masuk kedalam kerumuman untuk melihat nilainya, namun apa yang dilihatnya membuat semangatnya hilang dan perlahan keluar dari kerumuman tersebut dengan bibir yang cemberut.

"Gimana?" Tanya seorang perempuan dengan rambut ikalnya yang diikat dengan pita merah yang mencolok.

Haksa menggeleng, membuat perempuan tersebut ikut cemberut, "Gapapa, masih ada kesempatan lagi, semangat dong!"

"Semangat gimana Ri, semester depan ujian, abis itu lulus, kesempatan gua cuman sekali lagi buat dapet nilai yang bagus," Lirih Haksa.

Perempuan yang di panggil Riri dengan raut wajah bingung mencoba merangkul Haksa memberinya semangat, "Justru karena kesempatan lu cuman sekali lagi, harus semangat dari yang kemarin lah,"

"Kalo gagal lagi gimana?" Tatap Haksa, Riri dibuat makin bingung, temannya ini telah putus harapan.

"Udah, jangan mikir ke mana-mana dulu, hari ujian masih lama ada 6 bulan lagi, jangan patah semangat dari sekarang," Lontar Riri.

Haksa bingung meresponnya, sudah dari setahun lalu dirinya berusaha mendapatkan nilai yang bagus, belajar hampir setiap hari, sampai meninggalkan makanan siang dan malamnya, namun sampai kini hasil usahanya tidak muncul satu pun.

Peringkatnya masih di bawah, mungkin Haksa harus sedikit bangga mendapatkan peringkat 5 terbawah dari 210 siswa kelas 12.















Haksa dan Riri, kini keduanya pindah ke depan kelas, kerumuman masih ada, hanya saja lebih sedikit dari tadi.

Di sebelah kanan kerumunan tersebut terlihat ada 4 orang lelaki yang sedang berdiri sambil melihat kerumunan tersebut.

"Gila, dapet peringkat 3 lagi?" Heboh salah satu dari mereka dengan rambut yang sedikit panjang hingga hampir menyentuh bahunya.

Yang di maksud hanya tersenyum sembari menyenderkan punggungnya di tembok dengan raut wajah yang angkuh.

"Heran, kok guru masih mau ngasih peringkat, padahal lu sering bikin masalah," Ucap seorang siswa yang paling pendek diantara mereka.

"Nama lu selalu terpampang di peringkat 3 teratas, Jeriel Steward, " Sombong siswa dengan senyum manis di wajahnya seraya bertepuk tangan, bangga dengan temannya.

Jeriel, atau lebih sering dipanggil Je, siswa yang selalu mendapat kan peringkat 3 teratas walaupun dengan kelakuannya yang sering membuat pusing para guru.

Bukan hanya ketiga temannya yang bingung, yang lain juga ikut bingung dengan dengan Jeriel yang bisa mendapatkan peringkat 3 teratas, dengan penampilannya yang urak-urakan dan sering berbuat masalah.

"Enak ya kalo jadi Jeriel," lenguh Riri yang sejak tadi mendengarkan obrolan mereka berempat dari depan pintu kelas, "Jeriel?"

Riri mengangguk, "Iya, Jeriel, siapa si yang nggak kenal Jeriel,"

"Gua," Jawab Haksa sembari mengangkat tangannya dengan wajah polos bodohnya.

Riri berdecak, "Ga salah si, lu baru pindah ke sini pas kelas 11," jeda Riri.

"Tapi aneh anjir, kok gatau Jeriel, kebanyakan baca buku lu, pinter kagak," Sindir Riri.

Kini giliran Haksa yang berdecak, "Yaelah Ri, tadi aja nyemangatin sekarang bikin kena mental,"

"Bisa nggak ya gua kayak si Jeriel," lirih Haksa, Riri terkekeh mendengar ucapan Haksa, lagi pula jika Haksa dan Jeriel di bandingkan tentu mereka berdua sangat jauh, sejauh langit dan bumi.

"Gabisa, tapi mungkin lu bisa di ajarin sama dia biar bisa dapet nilai bagus, lu tanya rahasia dia apa bisa dapet peringkat 3 teratas padahal kerjaannya tiap hari bikin masalah," Canda Riri.

Lagi pula, selain Haksa bodoh, dia juga anti sosial, buktinya sampai saat ini temannya hanya Riri, itupun Riri yang memaksanya untuk berteman, ditambah dia anak tunggal yang sering bermain sendirian di rumahnya.

Wajah Haksa tampan, hanya saja ketampanannya tertutupi dengan sifat ansos nya, ditambah otaknya yang bermasalah jika menghadapi pelajaran hingga orang-orang banyak yang mengiranya tidak menarik, tertunduk setiap hari dengan buku-buku yang selalu di bacanya.

Riri bahkan bingung kenapa dirinya bisa berteman dengan orang semacam Haksa, tapi jika di bayangkan sifat Haksa seperti Jeriel mungkin dirinya akan suka dan memaksa Haksa untuk berpacaran dengannya, tapi hal itu tidak mungkin.

"Kayaknya gua harus minta di ajarin sama si Jeriel," celetuk Haksa.

"Iya kayaknya," lamun Riri, "Eh-Hah?!"


















Jeng jeng ~
Book baru terus, kwkwkw

Butuh visual? Kayaknya nggak deh, tapi hmm
Beginilah visualnya

Ganteng. cuman, ketutupan sama kacamatanya

Haksa >> Haruto

Haksa >> Haruto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Ngab Je, si paling paling

Jeriel Steward >> Jeongwoo

Yang lain nyusul yah, Aneh juga bikin haruto culun, gpp kali ya, orang cuman visual doang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yang lain nyusul yah,
Aneh juga bikin haruto culun, gpp kali ya, orang cuman visual doang..

Tbc.

One More Chance  || Hajeongwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang