"Anak Sialan kamu!" Bentaknya pada Jeriel, "Bagus menurut kamu gak pulang-pulang ke rumah?"
Jeriel menghela nafas, bagaimana dirinya tidak pulang bahkan baru menginjakkan kakinya saja dirinya sudah di maki-maki di depan pintu oleh ibunya sendiri
"Sekalian aja gausah pulang lagi, bikin repot El aja kamu!" Sentaknya lagi, "Kamu gamau gimana repotnya El nyariin kamu, dia itu Abang kamu, pengertian sama kamu, harusnya kamu balik ngertiin dia,"
"Mih udah," lirih El yang merasa kasihan melihat adiknya yang baru saja sampai, "Gapapa kok, wajar Jeriel kayak gitu dia masih remaja,"
Jeriel mengangkat sudut bibirnya, terkekeh dengan ucapan yang di lontarkan El, "Lihat! El masih bela-belain kamu, gatau diri!"
"Masa depan kamu suram kalo kelakuan kamu kayak gitu terus," tambah ayahnya dari dalam sana
Jeriel mengintip ke dalam, dilihat ayahnya sedang asik membaca koran dengan teh hangat di meja
"Udah?" Tanya Jeriel, "Kamu apa apaan sih!" Marah ibunya, Jeriel mengangkat bahunya acuh lalu berbalik kembali meninggalkan rumah dengan umpatan-umpatan ibunya yang terus terdengar hingga gerbang
"Je-"
"Udah mih," El menyentuh bahu ibunya mencoba menenangkan dan meredam emosinya, El menutup pintu dan mengajak ibunya untuk masuk dan meredam segala amarahnya pada Jeriel
Jeriel kembali pergi dari rumah, bahkan dirinya belum berganti pakaian ataupun menyimpan tas nya, menginjakkan kaki di kamar saja tidak, ia menatap kosong sepanjang jalan mungkin dirinya akan kembali ke rumah saat tengah malam tiba, di saat kedua orang tuanya telah tidur
Memang kemana lagi dirinya harus pergi? Pada akhirnya tempat kembalinya adalah rumah sialan tersebut, tak ada pilihan, menginap di rumah Raden akan menyebabkan sedikit masalah karena kedua orang tuanya yang telah pulang dari luar kota tadi siang
Mata Jeriel menatap sebuah cahaya yang berkilauan juga suara orang-orang yang tertawa di sebuah tempat, dihentikannya motornya menuju tempat yang penuh dengan orang-orang
Itu pasar malam, tempat orang-orang menghabiskan waktu mereka untuk membeli makanan bersama orang-orang terdekat mereka, bermain dan tertawa melupakan masalah mereka
Apakah Jeriel bisa? Ia melangkahkan kakinya mendekat, dilihatnya banyak stand makanan yang berjajar sampe ujung, aroma makanan yang tercampur membuatnya tercium semakin harum
Jeriel berjalan sekitar stand, mungkin dirinya bisa membeli beberapa makanan dengan uang nya, dirinya melirik ke kanan dan ke kiri mencoba mencari makanan apa yang cocok untuknya malam ini
Jagung bakar? Langkah Jeriel terhenti melihat stand jagung bakar, tetapi dirinya malas untuk memakan jagung sekarang, kembali melangkah mencari sesuatu
"Je? Jeriel?" Panggilan tersebut berhasil membuat Jeriel menoleh kebelakang, dilihatnya Haksa sedang memegang sebuah cumi panggang di tangan kanannya dengan minuman di tangan kirinya
Haksa tersenyum ketika mengetahui orang tersebut benar Jeriel, melambaikan tangannya dengan cumi panggang yang masih utuh
Jeriel ikut tersenyum, ia melangkah mendekati Haksa, "Ngapain?"
"Jajan lah," ucapnya, "Lu ngapain, mana masih pake seragam sekolah lagi, gak pulang ya?"
Pertanyaan tersebut cukup membuat Jeriel sulit, ia terkekeh lalu menarik ujung sweter Haksa, "Weh, kemana?"
"Anter gua jajan," ajak Jeriel, Haksa tidak menolaknya ia berjalan sejajar dengan Jeriel yang masih memegang ujung sweter nya
Mereka berdua berhenti di stand Baso bakar, Jeriel ingin memakan sesuatu yang mudah, "Suka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Chance || Hajeongwoo
Short Story."Gua pengen mati," _ . "Gua takut mati," _ .Jeriel lebih memilih berjalan menuju kematian daripada menghargai setiap detik dalam hidupnya seperti Haksa .Sebelum Haksa datang meminta Jeriel untuk mengajarinya tentang beberapa pelajaran. Mereka hanya...