Chapter 2 || Hanya penasaran

247 17 0
                                    


"Haksa, lu beneran?" Tanya Riri dengan raut wajah khawatir.

"Bener lah," Yakin Haksa yang sedari tadi matanya tidak lepas dari bangku yang ada di belakangnya.

Riri tidak nyaman, kantin begitu ramai, di tambah Haksa yang sedari tadi memantau Jeriel, ntah apa yang di pikirkan bocah tersebut.

"Gaenak Haksa, lu liatin orang sampe begitunya, apalagi orangnya Jeriel, kalo di tau gimana, terus gimana kalo dia ngiranya lu nantangin gelut," khawatir Riri, gelas jus nya masih terisi penuh, begitupun Haksa.

Tujuan Haksa ke sini untuk mengintai Jeriel, mencari waktu yang pas untuk memintanya mengajarinya.

Raut wajah Riri makin tidak enak, ia menepuk pipi Haksa, membuatnya melirik kearah Riri, "Udah yu, gua cuman becanda aja tadi, asal ceplos, lagian si Jeriel mana mau ngajarin lu yang notabene nya orang asing,"

"Kan belum di coba Ri, kali aja dia mau," balas Haksa.

"Pas gini aja pikiran lu positif, nggak kayak tadi ngeluh-ngeluh seakan gaada hari esok,"

Haksa tidak membalas nya dan kembali menatap Jeriel yang sedari bercanda asik dengan teman-temannya, bahkan di sampingnya terlihat beberapa wanita yang ikut tertawa.














Siang berganti sore, kini Haksa pulang dengan motor Riri, keduanya sering pulang bersama dengan Haksa yang di bonceng.

Haksa tidak bisa mengendarai motor, hal bagus baginya bisa berteman dengan Riri, sekali-kali menghemat uang jajannya.

Saat pulang pun Haksa memaksa Riri untuk menunggu Jeriel yang masih belum keluar gerbang, keduanya menunggu di parkiran.

"Haksa, pulang yu, bunda gua dah nelpon nyuruh cepet balik, keburu malem nih," paksa Riri.

Haksa menggeleng, "Nggak, malem masih lama, lagian masih jam 3an,"

"Rumah kita kan beda arah Haksa, lu ke kiri gua ke kanan, gua harus nganterin lu dulu baru pulang ke rumah gua," Jengah Riri namun Haksa tak kunjung menjawabnya.

Riri mulai menyesali ucapannya siang tadi, harusnya dirinya tidak asal bicara apalagi kepada Haksa, anak itu selalu kuat jika punya keinginan.

Begitupun dulu, waktu pertama kali dirinya bertemu dengan Haksa, bocah tersebut memaksanya untuk mencari kucing yang di lihatnya saat di pagi hari.

Mereka berdua mencarinya hingga malam hari dan baru menemukan kucing tersebut, Haksa membawanya pulang, hal sial dalam hidup Riri karena harus terkurung di dalam sekolah hanya karena untuk mencari kucing.

Namun hal tersebut membuatnya semakin dekat dengan Haksa hingga saat ini.

"Tuh, Ri!" Sorak Haksa membuat lamunan Riri buyar dan hampir oleng.

Riri melihat arah yang ditunjuk Haksa, di sana terlihat jika Jeriel bersama teman-temannya baru keluar dari parkiran belakang bersama satu orang perempuan yang diboncengnya.

Perempuan yang mereka bonceng berbeda dengan perempuan yang tadi ada di kantin, Riri sedikit meringis melihatnya, "Buaya,"

"Apa?" Tanya Haksa.

Riri menggeleng, "Nggak,"

"udah kan liat si Jeriel nya, kita pulang ya," tutup Riri langsung menjalankan motornya, mengabaikan ocehan Haksa sepanjang jalan.

"Makasih Ri," ucap Haksa ketika sudah sampai di depan rumahnya, "Hati-hati di jalan,"

Riri mengangguk tersenyum, lalu melambaikan tangannya, Haksa tidak langsung pergi, dirinya melihat Riri pergi hingga tidak terlihat lalu melangkah memasuki rumahnya.

One More Chance  || Hajeongwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang