PART I: EVANS

47 3 0
                                    

"Good morning, Captain Politova," sapaan menyambut Evans Politova Sumampow yang memasuki cockpit.

Evans membalasnya dengan cengiran pada sang penyapa itu, "Gaya lo, Ben."

Beniah Hilliard yang sudah datang lebih dulu dan duduk di kursi co-pilot terkekeh-kekeh. Ya, hari ini pria itu bertugas sebagai co-pilot Evans.

"Jadi, udah punya rencana apa nih di Bali?"

BR-255 adalah salah satu penerbangan yang diidamkan oleh semua flight attendant Eva Air. Bali selalu jadi tujuan favorit dan penerbangan ini adalah direct flight dari Taipei ke Bali. Biasanya flight attendant yang bertugas dalam penerbangan ini sudah menyusun rencana tentang apa saja yang akan mereka kunjungi, lakukan dan makan di Bali. Tentu saja karena Bali adalah surganya.

"Gue belum ada rencana apa-apa sih. But my ultimate event would be my sister's wedding for sure," jawab Evans sudah duduk di kursi miliknya dan membaca data-data penerbangan yang harus diperhatikan.

"Eh iya, Anna's getting married ya. Lo nggak better ngambil cuti aja?"

Sebagai salah satu rekan kerja yang berasal dari Indonesia, Evans dan Ben bisa dibilang cukup dekat. Apalagi sejak dua tahun belakangan mereka sering mendapatkan tugas bersama, keduanya telah menjadi sahabat yang bahkan cukup mengenal saudara masing-masing.

Ben telah bertemu dengan Anna, adik Evans satu-satunya, karena secara kebetulan wanita itu adalah dokter saraf Oma pria itu. Selayaknya pegawai Eva Air, Evans sudah pasti mengenal orang tua Ben karena keduanya adalah komisaris di Eva Air.

Evans menggelengkan kepalanya. "No, it's just a one day event. Even the bride didn't even take any leaves. She's crazy."

"Your sister is indeed a good doctor, Vans."

Evans tidak pernah meragukan Anna. Hanya saja pria itu ingin adiknya itu memprioritaskan dirinya sendiri.

"She needs to prioritize herself."

Ben tersenyum. Pria itu mengerti bahwa Evans sangat mengkhawatirkan Anna. "She will. Apalagi sekarang dia udah punya suami dan, I think soon, a baby."

"Baby? No." Evans menggelengkan kepalanya dan Ben menatapnya bingung, "Kenapa? Gue pikir lo udah nggak sabar."

"Gue belum siap," kata Evans membuat kernyitan Ben semakin dalam. "Gue yang belum siap jadi om-om," lanjutnya dengan nada tengil yang berhasil membuat mereka berdua tertawa sampai tawa.

"Lo sama Xueye gimana? There must be any progress."

"Gimana apanya?" Evans menaik turunkan alisnya, "Don't say... What?! you haven't made any moves yet?"

Ben tiba-tiba tersipu malu karena apa yang diduga Evans benar. Dia belum melakukan pergerakan apapun pada wanita yang telah memiliki hatinya saat ini.

"You–" Perkataan Evans terpotong oleh pramugari yang melaporkan kondisi penumpang mereka yang sudah siap untuk penerbangan. "Captain Politova and Captain Hilliard, we are done counting our passengers. We are ready for takeoff," katanya dengan percaya diri dan senyuman paling cantik yang wanita itu miliki.

Ben berdehem menetralkan perasaannya, Evans melirik pada co-pilotnya itu sambil tersenyum mengejek. Dasar Ben pengecut.

"Thanks, Xueye," kata Evans. "Lo hutang penjelasan ke gue," kata pria itu yang ditujukan pada Ben, lalu berbicara ke headphone yang menghubungkannya dengan Ground Officers dan Air Traffic Controller.

"BR-255 requests pushback and start engine." Pria itu meminta izin kepada Air Traffic Controller melakukan pushback.

Orang di luar dunia aviasi mungkin akan menganggap komunikasi antara pilot, Ground Officers, dan Air Traffic Controller itu sangat ribet, bahkan mungkin sangat membingungkan. Semua komunikasi mereka disertai dengan kode-kode yang banyak dan beberapa istilah yang memang hanya dimengerti oleh orang-orang yang terlibat di sana.

Namun menurut Evans, dan mungkin semua pilot akan berpikir yang sama, komunikasi yang singkat dan efektif di antara mereka jauh lebih jelas daripada komunikasi apa pun di dunia ini. Terutama urusan percintaan yang sering kali tidak memberikan kepastian, belum lagi miskomunikasi karena setiap manusia punya inferiority-nya masing-masing.

Setidaknya para pilot punya kepastian. Untuk terbang mereka perlu berkoordinasi dengan beberapa pihak yang memang penting dan ahli di bidangnya. Seperti saat ini, pilot hanya perlu menunggu konfirmasi dari Air Traffic Controller selama persiapan penerbangan, di atas udara dan ketika sampai di bandara tujuan. Izin dan konfirmasi Air Traffic Controller  saja yang terpenting. Tanpa harus pusing melakukan re-konfirmasi atau memastikan tentang apa yang pesawat mereka harus lakukan.

Evans menyukai itu. Proses dan stakeholder yang jelas membuat semuanya lebih mudah. Bahkan ketika terjadi kesalahan pun, maka akan terlihat jelas siapa yang membuat kesalahan dan pihak tersebut akan dihukum sesuai yang berlaku.

Air Traffic Controller yang bertanggung jawab untuk penerbangan mereka dari Taoyuan International Airport mengkonfirmasi, "BR-255 clear for pushback and ready to start, heading to the west, runway 25L."

"Clear for pushback and ready to start, BR-255."

Setelah Air Traffic Controller memberikan konfirmasi, captain dan co-captain akan mulai melakukan Before Start Procedure. Giliran Ben mengambil bagiannya dengan berkata, "Before Start Procedure."

Evans dan Ben mulai melakukan cross check berbagai hal sesuai dengan kewajiban dari Before Start Procedure. Banyak hal yang harus diperiksa sekali lagi sebelum pesawat pushback dari tempat parkir menuju runway untuk take off, mulai dari mesin, pintu yang terkunci, bahan bakar dan masih banyak lagi untuk memastikan pesawat aman dan dapat tiba dengan selamat di tujuan.

"Before Start Procedure Completed," kata Ben setelah selesai yang dapat terdengar oleh Ground Officers dan Air Traffic Controller. Lalu pushback dilakukan oleh Ground Officer dan tidak lupa mereka berdua memberikan lambaian tangan.

Pesawat sekarang telah berjalan menuju runway takeoff yang telah ditentukan.

"BR-255 runway 25L, request for takeoff," Evans meminta konfirmasi untuk takeoff dari runway 25L.

"BR-255 runway 25L, clear for takeoff. Safe flight."

"Clear for takeoff, BR-255. Thank you and have a good day."

"Here we go, Capt," kata Ben bersiap mendorong tuas Thrust untuk takeoff.

Evans melirik pada Ben yang excited dan tersenyum. Yeah, Bali here we come!

TAKE A CHANCE WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang