"Suster Andrea, suami saya kemana ya?"
Carissa bertanya kepada Suster Andrea yang pagi mengantarkan makanan dan obat-obatannya. Pagi ini wanita itu terbangun dengan kerutan di dahinya ketika mendapati Evans yang tidak berada di kamar rawatnya. Pria itu pergi entah kemana dan tidak meninggalkan pesan apapun kepada wanita itu.
Carissa berpikir untuk menelpon pria itu, namun Ia baru ingat tidak memiliki nomor handphone Evans.
Satu-satunya orang di rumah sakit ini yang bisa menjawab kebingungannya tentang kehadiran pria itu adalah Suster Andrea.
Pertanyaan Carissa membuat Suster Andrea mengerut dahi menatapnya.
"Anda tidak tahu suami Anda kemana, Nyonya Widjaya?"
Dasar bodoh, batin Carissa kepada dirinya sendiri. Tentu saja semua orang akan bingung kalau seorang istri bertanya kepada orang lain suaminya pergi kemana. Carissa terpaksa berbohong dan mencoba menjelaskan situasinya dengan nada meyakinkan Suster Andrea yang untungnya membalasnya dengan hal yang wanita itu inginkan."Semalam suami saya bilang mau kemana, iya semalam dia sudah berkata. Tapi saya lupa saking capenya. Jadi mungkin dia menitipkan saya ke Suster Andrea dan menginformasikan kemana dia pergi?" Kebohongan pertama.
"Sekarang saya nggak bisa hubungin karena handphone saya masih di service." Kebohongan pertama."Suami Anda memang sangat pengertian. Dia tahu mungkin Anda beneran lupa apa yang dibicarakannya semalam, jadi suami Anda memberitahukan kalau ia harus menghadiri pernikahan adiknya atau ipar Anda dan baru akan kembali mungkin di malam hari. Jadi kami harus memastikan Anda menghabiskan makanan, obat dan tidak melakukan hal berbahaya dengan infus stand Anda."
Suster Andrea tersenyum dan melanjutkan lagi, "Anda juga tidak perlu merasa bersalah karena melewatkan pernikahan adik ipar Anda. Mereka semua sudah tahu kondisi Anda saat ini, jadi sebaiknya Anda bisa fokus pada penyembuhan sehingga nanti bisa menghadiri resepsi Jakarta ya."
"Suami saya mengatakan itu?"
"Itu pendapat saya dan para suster lainnya berdasarkan informasi dari suami Anda, Nyonya Widjaya."Suster Andrea dengan sangat girang juga melanjutkan lagi, "Suami Anda memang sangat romantis dan pengertian ya. Calon suami adik ipar Anda juga sangat pengertinan juga loh, sampai repot membawa tuxedo suami Anda semalam. Padahal hari ini pemberkatan nikahnya."
"Calon suami adik ipar saya, Sus?"
"Iya. Kami menduga Anda sudah tertidur pulas semalam makanya tidak sempat bertemu dengan adik ipar Anda." Suster Andrea tidak berhenti memuji ketampanan Evans dan yang katanya adik iparnya seperti seorang fangirl, "Anda sangat beruntung! Suami udah tampan dan pengertian ditambah calon suami adik ipar yang juga nggak kalah secara visual. Pasti adik ipar juga visualnya paripurna dong ya, nggak kalah sama suami Anda ya."
Carissa dengan kikuk menggaruk belakang kepalanya, ia bingung mau merespon seperti apa. Kemarin dia baru saja punya suami, tiba-tiba sudah punya adik ipar dan calon suaminya.Setelah Suster Andrea keluar dari kamar, Carissa meraih handphone miliknya yang disimpan di dalam nakas. Sejak tiba di Indonesia, handphonenya memang sengaja ia matikan untuk menghindari omelan dari managernya.
Carissa mencari nama seseorang yang pasti akan menolongnya tanpa melaporkan keberadaan wanita itu sekarang kepada siapapun.
"Halo, Pak Den?" Sapa Carissa yang disapa balik dengan nada kaget dari Pak Den itu.
Pak Den adalah sekretaris pribadi Carissa yang ditugaskan oleh orang tuanya sejak wanita itu masih kecil.
"Ini Carissa. Tolong jangan bilang ke siapa-siapa ya. Aku mau minta bantuan."Carissa lupa kapan pastinya pria itu mulai menjadi sekretarisnya, tapi yang pasti sudah lama sekali yang membuatnya jadi lebih setia kepada Carissa daripada kedua orang tua wanita itu. Pak Den adalah orang yang sukarela berbohong pada orang tua Carissa untuk menolong wanita itu. Her guardian angel, yang sangat bisa diandalkan, bahkan sampai saat ini ketika Carissa meminta bantuan pria itu untuk mengirimkan sesuatu kepadanya.
"Anda sekarang di Bali, Non?" Pak Den terdengar bingung. "Iya, Pak Den. Long story, tapi sekarang aku lagi di Bali," Jelas Carissa.
"Terus sekarang tinggal di mana? Saya bisa mengurus penginapan Anda tanpa diketahui Tuan dan Nyonya."
"Nggak perlu, Pak Den. Aku menginap sama temanku dan pastinya nggak akan ketahuan Papa dan Mama kok.""Baiklah. Tolong kabari saya jika butuh bantuan ya, Non. Ini barangnya harus saya ke alamat yang mana?" Carissa menyebutkan kemana pria itu harus mengirimkan apa yang ia inginkan dan Pak Den terkejut mendengarnya sekaligus khawatir disaat bersamaan.
"Anda sakit, Non? Waduh, saya akan segera ke Bali kalau begitu.""No-no! I'm good, Pak Den. Tapi sementara aku harus melakukan pemeriksaan di rumah sakit ini."
"Wah, apa nggak akan ketahuan nanti, Non?" Terdengar nada yang masih khawatir dari Pak Den disambungan telepon.Iya juga ya, orang tuanya tidak mungkin tidak memiliki akses ke rumah sakit mana pun di Indonesia dan pastinya saat ini wanita itu terdaftar dengan data pribadi miliknya.
"Hopefully not, Pak Den. Tolong dikirimkan segera ya." Sesaat setelah wanita itu memutuskan sambungan telepon, ia kembali mematikan handphone miliknya.
Jangan sampai mereka mengetahui aku di Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKE A CHANCE WITH ME
RomanceBeberapa hal buruk bukan berarti sebuah kecelakaan. Tapi mungkin saja takdir yang membawa kehidupan kita ke sesuatu yang memang memiliki arti. Seperti kehidupan Carissa Putri Widjaya yang bersinggungan dengan Evans Politova. Ditulis dalam Bahasa Ind...