PART VII: EVANS

16 3 0
                                    

"Yang bener aja kamu, Kak. Dari kemaren udah landed di Bali, tapi nggak ke sini. Kamu kemana aja?"

Evans hanya bisa tersenyum, tidak bisa membantah omelan Mamanya. Bahkan wanita paruh baya itu menolak pelukan dan ciuman Evans saat pria itu datang tadi. Well, Ia tentu tidak bisa membela diri kalau itu Mamanya. 

"Yah, Ma, anaknya kan udah gede itu."

Papanya disebelah Mamanya berusaha membela Evans. Tapi Mamanya tidak akan puas. Papanya mengedipkan mata pada Evans diam-diam tanpa ketahuan Mamanya. Evans hanya bsia memberikan cengiran dan bisikan 'Thank you, Pa.'

"Kalian berdua benar-benar ya."

Papanya berusaha menggoda Mamanya dan Evans dengan perkataannya, "Toh ini anaknya udah datang. Well dressed dan tepat waktu lagi, I thought everything is solved, no? Kurang pasangan aja sih ini."

Bagi Evans hubungan kedua orangnya ini adalah yang paling ideal yang pernah pria itu lihat. Oh, tentu saja di posisi kedua adalah hubungan adiknya yang sebentar lagi menjadi istri orang lain. Hubungan kedua pasangan ini memberikan gambaran hubungan seimbang antara 2 individu di dalamnya.

Seperti kedua orang tuanya saat ini. Papanya adalah orang yang mengedepankan logic. Selain karena bawaan nature dimana pria lebih rational, sepertinya profesi Papanya sebagai diplomat juga sangat berperan. Bertahun-tahun pria itu harus berpikir rasional dan menggunakan logika untuk negosiasi dan diplomasi, memberikan upgrade kualitas diri yang sangat tinggi pada pria itu. Kualitas pria itu bisa mengimbangi kondisi Mamanya yang sedang terbawa emosional karena Evans berulah lagi.

Evans tahu sekarang adalah timingnya untuk bergerak, karena sepertinya wanita itu sudah lebih tenang dari sebelumnya. Pria itu berdiri menghampiri Mamanya.

"Hehe, sorry, Ma. Semalem aku udah ketemu sama Elijah kok," kata Evans memeluk Mamanya yang sebelumnya telah memberikan kecupan di pipi wanita itu.

"Jangan diulangi lagi ya, Kak."

Evans mengangguk manja hanya kepada Mamanya. "Iya, Ma. Sorry ya, this is the last... hopefully."

Setelah itu mereka dipanggil oleh EO acara pernikahan adiknya. Evans dan kedua orang tuanya bertemu dengan keluarga dari Elijah terlebih dahulu. Pria itu tersenyum melihat kedua pasangan orang tua itu sangat akur. Evans memberikan waktu kepada kedua pasang orang tua yang berbahagia hari ini saling bertukar sapa dan berbicara.

Sementara dirinya menyambut serta ikut menyapa saudara-saudari Elijah dan dua keponakan lucu Elijah yang bersama mereka.

"Hi, Uncle Ev!" Sapa mereka dengan riang.

"Halo-halo!"

Evans sama riangnya mendekati mereka dan memberikan high-five pada pria-pria keturunan unggul Macbain itu. They'll break many hearts when they're older just like me, batin Evans geli dalam hati.

"Hi, Vans, what's up?" Sapa Sean, kakak laki-laki Elijah, dalam balutan Tomford dan istrinya yang sangat anggun disebelahnya juga menyapa Evans.

"Hi, I've been good. How was Bali guys?" Sean tersenyum dan menjawab, "Never been this good." Ya, never been this good for any occasion but this.

Evans mengerutkan dahinya karena sepertinya satu orang lain masih kurang. Adik perempuan Elijah. "Kaleen?"

Istri Sean menjawab pria itu dan memberikan gestur yang Evans mengerti, "Lagi rapihin make up bentar." Evans menganggukkan kepalanya. He thinks he understands. She might cry seeing her older brother get married to someone, finally.

"Of course, her brother is going to marry my sister."

"But, you are not crying. You good, man?" Evans menyeringai. Ia tahu Sean mencoba menggodanya. "Gue nangis sih tapi diem-diem. Nggak kuat diledekin soalnya," jawabanya berhasil membuat mereka bertiga tertawa.

Sean berkata dengan yakinnya, "Elijah will cry. Mau taruhan?"

"Ya, he will cry hard. He should. Sepertinya nggak perlu taruhan, I'll take your side." Keduanya tertawa geli.

Lalu, tiba saatnya waktu mereka berpisah untuk bertemu dengan masing-masing mempelai.

Kedua orang tua Evans menitikan air mata ketika melihat Anna dalam balutan gaun yang wanita itu pilih sendiri. Apalagi Papanya yang terlihat sangat emosional akan melepas anak perempuan satu-satunya yang sangat berharga untuk pria yang dicintai pria itu. She's so beautiful.

Evans memberikan cukup waktu untuk Papa dan Mamanya memberikan sedikit wejangan serta memuji penampilan wanita itu. Sampai akhirnya ia memiliki waktunya sendiri.

"Hi, Kak." Evans tidak bisa menyembunyikan senyum lebar sejak tadi.

His little sister is going to get married? Rasa baru kemarin mereka berantem memperebutkan perhatian Papa dan Mama.

Evans menghampiri Anna dan memeluk wanita itu. Tidak lupa mencium pipinya. "You look stunning, Dek," pujinya.

Anna membalas senyum pria itu sama lebarnya. "Iya dong, I'm getting married, Old man. So, di mana pasangan lo?" Evans terkekeh setiap kali adiknya itu menyebutnya old man.

"Well, your soon to be husband is an old man too. We're sharing the same age," kata Evans menggoda Anna yang berhasil membuat orang-orang di ruangan itu yang bisa mendengarkan tidak bisa melakukan apapun, selain tertawa.

"Ms. Anna, Mr. Sumampow and Mrs. Sumampow, Mr. Politova, it's time," kata seorang staf EO memberitahu kepada mereka sudah waktunya bersiap di tempat masing-masing. Karena acara pernikahan ini akan segera dimulai.

Papa mendekati Anna sehingga wanita itu bisa merangkul tangan pria itu karena Anna akan berjalan ke altar dengan Papanya. Begitu juga dengan Evans yang mendekat Mamanya dan merangkul wanita itu. Mereka berdua akan masuk ke altar lebih dulu daripada Anna dan Papanya.

"Good luck, An. We'll see you inside."

Dan begitulah pernikahan Anna dan Elijah dimulai.

TAKE A CHANCE WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang