Target Bagian 2 (Geminifourth)

560 47 8
                                    

Fourth Nattawat as Arthan Regart
Gemini Norawit as Gabriel Susanto

Also
Fourth Nattawat as Farka Regart













.
.
.
Happy Reading 😊


















Gabriel mengerjapkan matanya perlahan saat sinar matahari sedikit demi sedikit menerpa wajahnya. Rasa nyeri dan perih mendominasi tubuhnya.

Merenungkan kejadian beberapa minggu belakangan, ia sering terkena masalah. Mulai dari ban motornya yang sering bocor, beberapa tas sekolah yang ia pakai robek, buku pelajaran basah karena air di botol minumnya tidak ditutup padahal ia yakin sudah menutupnya.  Bekal makanannya yang sering dimasuki serangga dan masih banyak lagi. Puncaknya beberapa hari yang lalu, sepertinya ada yang sengaja mendorongnya dari tangga dan memukul tengkuknya. Saat sadar, ia sudah terikat di kursi besi di dalam gudang tua ini.

Entah sudah berapa lama ia terkurung disini.

Gabriel bukan orang berada, ia mengandalkan beasiswa untuk sekolah jadi untuk apa mereka menculik dan menyiksanya?

Saat berada disini, tubuhnya benar-benar disiksa, dihantam dan di pukul beberapa kali dan itu terus berulang seperti makanan teratur. Ia tidak mengerti apa yang terjadi dan sampai kapan ia akan terkurung disini.

"Sudah sadar rupanya".

Suara familiar beberapa hari ini. Beberapa orang berpakaian serba hitam dan tubuh yang besar mulai masuk kedalam, saatnya ia kena pukulan.

Bugh bugh bughh

Ia dipukul lagi dengan tongkat bisbol. Area perut dan kakinya mulai mati rasa karena terus menerus di pukul tanpa diobati.

Bugh bugh

Giliran wajah ya?  Dirinya sekarang  pasti jelek sekali, wajahnya sudah tidak berbentuk lagi.

Sebelum keluar, salah satu dari orang itu akan mendekati Gabriel lalu menyuntikkan sesuatu. Sepertinya ini semacam makanan untuknya, karena ia sama sekali tidak merasa lapar atau kekurangan cairan apapun. Hanya saja tenggorokannya sangat kering, ia hanya diberi minum saat menjelang malam hari.

Mereka semua pun pergi meninggalkan Gabriel sendirian. Dan akan kembali lagi nanti saat sudah waktunya memukul.

Gabriel hanya meringis kesakitan menahan ngilu ditubuhnya. Dua hari pertama ia berusaha berteriak dan meminta dilepaskan, tapi semua usahanya sia sia. Untuk saat ini ia hanya akan pasrah dan menunggu waktu untuk kabur.

"Sepertinya mandi air dingin dan tidur di kasur adalah hal yang paling nikmat untuk dilakukan". Gabriel bermonolog dalam hati dan menatap sendu pintu yang beberapa saat lalu tertutup.

Mungkin ia akan mati disini. Lagipula tidak akan ada yang mencarinya, ia sebatang kara dan sendirian.

Sebenarnya apa yang terjadi?








***









Arthan berlari dilorong rumah sakit. Tiga jam yang lalu ia dapat telepon dari anak buahnya bahwa Farka telah sadarkan diri.   Tanpa berpikir banyak, setelah kelasnya selesai ia langsung bergegas menuju rumah sakit.

Arthan membuka pintu ruangan Farka perlahan. Disana ia melihat Farka yang duduk bersandar di ranjang sedang bersama seorang dokter dan dua perawat, sepertinya checkup kondisi Farka.

"Selamat siang tuan Arthan, kondisi saudara Farka sudah cukup stabil tapi ia masih butuh tinggal dirumah sakit untuk tindakan lebih lanjut sampai benar-benar pulih."

"Baik dokter, terima kasih".

"Baiklah, kami permisi".

Arthan berjalan mendekati Farka saat dokter dan dua perawat tadi sudah meninggalkan ruangan ini.

"Bagaimana kondisimu?"

Arthan memeluk Farka pelan, hatinya cukup lega melihat bahwa saudaranya baik-baik saja.

"Lebih baik dari saat tadi baru sadar. Hanya sedikit lemas, tapi semuanya baik".

Arthan tersenyum mendengar jawaban Farka. "Bagaimana kamu bisa jatuh Farka?"

Farka menatap kesamping, menghindari tatapam tajam saudara kembarnya.


"Seseorang bernama Gabriel-

Ia berhenti sejenak dan menarik napasnya dalam. Ia belum bisa mengungkapkannya.

-tidak Arthan. Lupakan, aku belum ingin membahasnya".

Mendengar nama itu kelur dari mulut Farka, tangan Arthan menggenggam erat berusaha meredam emosinya. Ia menggertakkan giginya. Sorot matanya tajam menatap Farka yang sedang melihat keluar jendela.

Arthan mengambil handphonenya lalu mengirimkan pesan kepada anak buahnya yang sedang menjaga Gabriel.

Iya benar, dalang pengurungan Gabriel adalah dirinya. Arthan tidak akan mengampuni siapapun yang menyakiti keluarganya termasuk Gabriel.





Pintu gudang tua tiba-tiba terbuka, menampilkan sosok familiar seperti bisanya. Gabriel menatapnya heran, spertinya belum dua jam mereka dari sini tapi sudah masuk lagi.

Orang itu mendekat, menyuntikkan sesuatu di paha kiri dan kanan Gabriel lalu pergi meninggalkannya.

Perlahan rasa nyeri di kakinya memudar, apakah tadi anti biotik? mencoba menggerakkan kakinya tapi tidak bisa. Kakinya seperti mati rasa. Apa mereka membuatnya lumpuh setelah menyiksanya?

Gabriel mendongakkan wajahnya ke atas, melihat keluar lewat jendela kaca dengan teralis besi. Bulan bersinar terang diluar sana, matanya mulai berkaca menahan tangis. Setidaknya jika ia akan mati, bisakah ia tahu lebih dahulu apa kesalahannya?
















.
.
.
I hope you like it...
Give me a pleasure 🥰








.
.

EKSTASI RASA // Geminifourth / Fourthgemini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang